Ini adalah ruangan putih yang hanya ada satu meja dan dua kursi, setahuku aku sedang tertidur tapi kenapa bisa berada di sini?
Di hadapanku ada seorang gadis dengan rambut oranye panjang bergaya ekor kuda, dibanding terlihat feminim dia lebih sedikit tomboy, itu terlihat karena dia lebih suka memakai celana pendek ketat dibanding sebuah rok, meski begitu dia terlihat elegan saat menuangkan teh dari poci ke cangkir lalu memberikannya padaku.
Mata birunya menatapku penuh kelembutan, aku tidak pernah bosan melihat ekspresinya yang indah itu, lagipula ini adalah kedua kalinya aku bertemu dengannya.
Benar, dia adalah Dewi Ristal.
"Silahkan."
"Terima kasih Dewi."
"Tak apa jika kau ingin memanggil Ristal juga."
"Rasanya itu tidak sopan."
Dewi Ristal tertawa.
"Untuk orang sepertimu kau cukup sopan juga."
Terkadang Dewi ini memang blak-blakan, jika biasanya Dewi itu anggun, lembut serta berwibawa. Dewi di depanku ini jelas berbeda.
Dewi ini penuh semangat, bahkan dia memamerkan dadanya yang besar tanpa ragu padaku.
"Ada apa? Kau ingin menyentuh dadaku, jika itu maumu bersiaplah untuk menerima hukuman ilahiku."
"Aku hanya mengagumi dua gunung itu."
Dewi tertawa lagi.
"Aku memang bisa membaca pikiranmu, tapi mendengarnya langsung dari mulutmu membuatku senang."
Dewi Ristal duduk kembali di kursinya selagi menyeruput tehnya, pembicaraan ringan memang sangat menyenangkan jika ditemani sebuah teh.
Aku menyeruput tehku juga lalu bertanya padanya.
"Ini di mana?"
"Di duniaku... aku membawa kesadaranmu datang kemari, bagaimana menurutmu?"
"Tampak membosankan."
"Benar juga ruangan putih biasanya untuk orang yang sudah mati, kalau begitu.."
Dewi Ristal menjentikkan jarinya dan seketika pemandangan kami berubah menjadi pemandangan bawah laut.
"Aku lebih suka di padang rumput."
"Banyak minta."
Meski dia bilang begitu dia menuruti permintaanku, Dewi yang pengertian.
Angin sepoi-sepoi berhembus di sekitarku memberikan nuansa yang menyejukkan, awalnya aku hanya ingin hidup bermalas-malasan tanpa ikut dalam medan perang berbahaya akan tetapi, bisa bertemu dengan Dewi Ristal juga adalah sesuatu yang luar biasa.
"Nah, bagaimana tentang kedua pelayan yang kuberikan padamu? Aku mengirim mereka agar kau sedikit bersemangat dengan tugas yang kuberikan, sejujurnya aku sedikit marah saat kau memutuskan untuk menjalani hidup seperti orang tua."
Wajahku memucat
"Maafkan aku, aku pikir saat itu aku sangat lemah dan tak cocok ikut dalam peperangan."
"Tak apa, karena prestasimu mengalahkan raja iblis aku telah melupakan kemarahanku."
Dengan kata lain selama ini dia menyimpan dendam padaku, Dewi ini berbeda dari Dewi lainnya.
Aku tidak boleh melupakan soal itu.
Aku melanjutkan.
"Para pelayanku bekerja sangat baik, aku juga bisa merasakan kelembutan tiap malamnya."
"Begitu, kau sangat jujur... mau aku beri hukuman ilahi yang membuatmu tertimpa kemalangan selama seminggu?"
"Tidak, aku tidak ingin... ngomong-ngomong sebenarnya apa yang sedang dilakukan para Dewi? Aku dengar kalian sedang bertanding."
"Aah, kami sedang melakukan kompetisi tepatnya. Siapapun yang lebih banyak berkontribusi dalam memberikan kebaikan di dunia fana, salah satu kami akan diberikan jabatan tinggi yang mana memperbolehkan kami turun ke dunia dan alam Dewi semau kami."
"Bukannya itu?"
"Dewi biasanya dilarang turun ke dunia fana, dan terkadang bahkan para pengikut kami juga hanya bisa mendengar suara dewi saja. Ini adalah kesempatan bagus untuk bersenang-senang di dunia fana."
"Jadi itu keinginan Dewi."
"Begitulah, untuk Dewi lain mereka lebih suka memperbesar basis agama mereka nantinya."
Sepertinya Dewi di depanku ini tidak peduli soal itu, dia lebih mengutamakan dirinya sendiri, kendati demikian kenapa aku ingin mendukungnya? Mungkin aku jatuh cinta padanya, entahlah mungkin aku cuma mengagumi Dewi ini atau dadanya.
Perlahan tubuhku mulai transparan.
"Sepertinya sudah waktunya kau bangun," kata Dewi Ristal.
Banyak hal yang ingin kutanyakan terutama soal kedua pelayanku, tapi saat aku sadar, aku telah berada di kamarku dimana mereka berdua memelukku dengar tubuh mereka yang hangat.
Ekpresi lembut keduanya membuatku tidak tega membangunkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 517 Episodes
Comments
Karazuki Kun
Aaanddd... Aaah sh*t he we go again....
2024-07-21
0
arfan
287
2022-12-14
1
Bakulgeblek
mgkn sblm jadi dewi, dulunya berkarir dari bawah, jd SPG rokok dulu, LC, induk semang, baru kmdian lewat jalur prestasi dan didukung zonasi akhrnya bs jadi dewi (bantuan org dalam jg tentunya)...
positif thinking ja klo aku sih...
2022-07-27
0