Edward mulai menjalankan misinya sebagai santri di pondok La Falah milik kyai Sobri.awalnya dia kewalahan dan kesusahan dengan segala fasilitas terbatas dan serba sedehana.
Tapi setelah satu minggu berjalan,dia mulai terbiasa.Kyai Sobri sengaja tidak langsung menyuruh Edward terjun langsung dengan tugasnya,harus beradaptasi dengan lingkungan pondok dan mengenal teman satu sama lain.
Teman yang sekamar dengannya hanya satu orang,yang satunya lagi di tugaskan oleh kyai Sobri untuk menjadi supir pribadi kyai Sobri.Karena akhir-akhir ini sering di undang ceramah di luar kota.
Ed panggilan semua temannya yang audah mengenalnya,termasuk Bayu teman satu kamarnya.
Bayu hampir sebaya denga Edward,beda dua tahun lebih muda dari Edward.Tapi Edward merasa cocok berteman dengan Bayu.
"Ed,besok lagi kita di tugaskan belanja ke pasar untuk membeli bahan makanan para santri."ucap Bayu yang siap-siap hendak sholat isya di masjid pondok.
"Belanja di pasar.Apa pasarnya tradisional?"tanya Edward penasaran.
"Iya,kalau di desa pasti pasaranya tradisional.Kenapa memangnya?"
"Biasanya kalau pasar di desa kan selalu becek dan kotor ya."
"Ya ,kadang becek dan kotor kalau lagi musim hujan.Tapi sekarang lagi musim panas,jadi tidak akan becek."
"Mm..baiklah.Biar saya yang bawa mobil ya."
"Siap."lalu Bayu keluar dari kamarnya,sedangkan Edward baru memakai sarung.
_
Esok paginya,Edward sudah siap di balik kemudi mobil pengangkut barang belanjaan pondok.Bayu yang bertugas membeli sayur sedang di dapur untuk mengambil uang belanja dari kepala juru masak.
Setelah selesai mereka lalu berangkat dengan mobil pick up yang di sediakan oleh pondok.
Sebenarnya tidak semua masakan di sediakan di pondok,hanya bagi santri usia SD saja,sedangkan usia SMP dan SMA di suruh memasak sendiri.
"Ed,kita nanti mampir ke warung dulu ya."kata Bayu.
"Warung yang mana?"tanya Edward.
"Nanti kita berhenti akan tahu."seolah memberi teka teki.
Kesal juga Edward,tapi dia diam saja.Bukan urusannya juga kalau ada urusan pribadi dengan dirinya.
Edward melajukan mobilnya denga pelan,karena memang jalanan tidak semulus di kota.Jika menyetir denga cepat,yang ada hanya guncangan yang keras dan melelahkan.
Setelah setengah jam berlalu,akhirnya Bayu.meminta Edward menghentikan mobilnya di warung kecil.Bayu turun dari mobil,lalu menuju warung kecil itu,menghampiri seorang ibu tua yang sudah menunggunya di depan pintu warung.
Edward melihat Bayu mengeluarkan sejumlah uang beberapa lembar yang di lipat dan menyerahkannya pada ibu tua itu,sambil menyalami tangannya.
Edward tertegun,dia takjub menyaksikan pemandangan di depan matanya.Tiba-tiba dia rindu mamanya,ingin sekali menghubunginya namun sekarang tidak bisa karena jaringan di sana tidak bagus.
Pak Dori sedang mengupayakan pembuatan sambungan seluler di daerah tersebut dari perusahaan papanya.Mungkin butuh beberapa minggu untuk bisa tersambung dan bisa di gunakan.
Setelah selesai Bayu kembali lagi ke dalam mobil.Edward memperhatikan raut muka Bayu yang terlihat sangat sedih.
"Ada apa?"Apa beliau ibumu?"tanya Edward penasaran.
Bayu tersenyum,lalu dia mengangguk pelan.Tak ada penjelasan dari Bayu,dan Edward pun menghormati keputusan Bayu yang tidak mau bercerita tentang hidupnya.
_
Sampai di pasar,benar saja pasar satu-satunya itu begitu tidak bisa di anggap pasar tradisional.Mereka berjualan di sembarang tempat karena banyaknya bekas genangan air yang entah dari mana.Aneh saja,di musim kemarau ini di pasar ada saja yang tidak sedap di pandang mata.
Edward jadi malas untuk masuk lebih dalam ke pasar.Suatu saat dia berencana membangun pasar itu dengan layak.Banyak sekali kekurangan fasilitas umum di desa ini.
"Saya di mobil saja ya,kamu yang membeli barang kebutuhan pondok.Nanti kalau sudah dapat semua tinggal kasih kode aja."kata Edward pada Bayu.
Bayu hanya mengacungkan jempol,lalu dia meninggalkan Edward di dalam mobil.
Lama Bayu berbelanja hingga Edward jadi bosan dengan hanya menunggu.Tak ada yang di lakukan selain menyetel musik di mobil.Dan musiknya itu tidak ada yang menarik menurutnya,hanya musik sholawatan dan mengaji.
Edward belum sealim itu harus mendengarkan suara seperti itu.Hanya belum.
Merasa bosan dengan keadaan itu,Edward keluar dari dalam mobil.Lalu melihat-lihat orang berlalu lalang pembeli di pasar.Dia melihat ada seorang gadis berlari ke arahnya dengan sangat kencang,lalu dengan tidak sopan dan tergesa-gesa gadis itu masuk ke dalam mobil.
Edward yang merasa aneh dengan gadis itu pun akhirnya menghampirinya.
"Hei,kamu lagi apa di mobil saya?"tanya Edward sedikit membentak.
"Sudah diam,saya lagi sembunyi dari kejaran preman pasar yang setiap hari berkeliling mencari saya."ucap gadis itu sambil matanya melirik kesana kemari.
Edward mendesah,matanya ikut berkeliling juga mencari preman yang di maksud.Dan benar saja,tiga orang laki-laki yang berperawakan gemuk dan tinggi sedang mencari sesuatu.
Edward ingin memberi tahu keberadaan gadis yang ada di dalam mobilnya namun dia urungkan.Akhirnya dia diam saja dan memperhatikan ketiga laki-laki sangar tersebut.
Satu orang mendekatinya,Edward bergeser menutup pintu mobil hendak menutupi gadis yang sedang bersembunyi.
"Hei,kamu lihat gadis berjilbab tomboy lari kesini tidak?"tanya laki-laki itu dengan mata yang di buat sangar.
Bagi Edward penampilan mata melotot seperti itu malah kelihatan lucu,ingin dia tertawa namun di tahannya agar tidak tersinggung.
"Hei!jawab kalau di tanya itu!"bentaknya.
"Memang kenapa dengan gadis itu bang?"tanya Edward sengan santai sambil bersedekap.
"Dia telah merampas hasil kerja kami hari ini."ucap laki-laki itu masih dengan nada kasar.
"Abang kerja apaan bang sampai gadis itu merampas hasil kerja abang?"masih bersikap tenang.
"Di tanya malah balik nanya.Kamu lihat tidak?!"bentaknya lagi.
"Ngga bang."jawab Edward lagi.
"Yang benar kamu,saya tadi melihat gadis itu lari ke arah sini."sekali lagi membentak dengan mata yang masih melotot.
"Tadi memang ada gadis lari kesini,tapi dia berbelok ke arah sungai itu."kata Edward menunjuk jalan yang menuju sungai.
"Awas kalau kamu bohong!"sambil menunjuk tangannya mengancam Edward,laki-laki itu kemudian berlalu dari hadapan Edward.
Setelah jauh ketiga preman itu,gadis yang sejak tadi diam bersembunyi akhirnya keluar.Dia menengok ke arah kanan dan kiri memastikan ketiga preman yang tadi mengejarnya benar sudah pergi jauh.
"Sudah pergi mereka,cepetan kamu keluar."perintah Edward pada gadis itu.
Gadis itu pun keluar,bibirnya cemberut dengan perkataan Edward yang keras.
"Iya,aku keluar.Pelit banget jadi orang"membanting pintu mobil.
"Ck,udah di tolongin malah membanting pintu.Kamu ngga ada sopan-sopannya yah.Bilang terima kasih apa kek"kesal Edward.
"Iya,terima kasih bang.Segitu aja sewot."kata gadis berjilbab tomboy.
Lalu dia berlalu,namun di cegah oleh Edward.
"Tunggu."katanya.
"Ada apa lagi?Aku kan sudah bilang terima kasih."
"Apa sebenarnya yang kamu lakukan sehingga ketiga preman itu mengejarmu?"tanya Edward penasaran.
"Ngga ada,cuma bantuin nenek-nenek aja yang di rampas uangnya sama ketiga preman itu."setelah mengatakan itu,gadis tomboy itu berlalu dari hadapan Edward.
Edward hanya menatap kepergian gadis aneh itu sampai dia masuk ke pasar.Edward melihat Bayu berpapasan dengan gadis itu dan berbincang sebentar sebelum Bayu memanggilnya untuk mengangkut barang yang tadi di belinya.
Secepat kilat Edward berlari menghampiri Bayu yang menunggunya.
Edward mengambil barang yang tadi di panggul Bayu dan jinjingan Bayu.
"Tadi kamu bicara sama siapa?"tanya Edward yang penasaran kenapa Bayu kenal dengan gadis tadi yang bersembunyi di mobilnya.
"Yang mana?"tanya Bayu bingung,pasalnya dia bertemu dengan banyak orang dan berbicara dengan mereka.
"Tadi yang berbicara dengan seorang gadis."terang Edward.
Bayu mengernyitkan dahi,mengingat gadis mana yang bicara padanya.
"Sudahlah,ngga penting juga.Ayo kita pulang."Bayu masih mengingat gadis mana yang dia ajak bicara.
"Oh gadis tadi yang berpenampilan tomboy itu?"tanya Bayu yang sudah mengingat gadis mana yang dia ajak bicara.
"Iya."jawab Edward singkat.
"Dia Aya,keponakannya kyai Sobri.Dia memang sedikit tomboy dan agak urakan anaknya,tapi sebenarnya baik.Bahkan suka menolong orang,walaupun kadang cara yang dia lakukan salah."Bayu menjelaskan dengan jelas.
"Tapi kok aku tidak pernah lihat dia di pondokan?"
"Dia diam sama ibunya,tidak di pondok.Kalau ke pondok hanya mengajar mengaji sama anak-anak santri tingkat SD saja."
Edward manggut-manggut saja sambil bergumam tidak jelas.
Low profile...
☆☆☆☆☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
Edward ketemu jodoh ma keponakan pak kiayi
2021-10-22
2