Di desa yang sangat jauh,di mana akses jalan dan sambungan komunikasi sangat jarang.Di sinilah Edward,dia harus ke desa ini yang tingkat masyarakatnya masih tradisional dan sangat kampung.
Jarak antara rumah ke rumah sangat jauh.Namun penduduknya lumayan banyak.Dan di desa itu juga terdapat pondok pesantren sederhana.Hanya ada bangunan pondok dan masjid besar untuk jamaah satu desa serta rumah seorang kyai dan satu rumah lagi asrama para ustad.
Tidak banyak santri di sana,sebagian santri dari desa tersebut.Makanya tempat pondok pesantren itu khusus santri luar daerah,sedang santri yang dari desa bisa bolak balik ke pondok jika ada pengajian berlangsung.
Namanya santri kalong,sebutannya bagi santri di desa itu.Pesantren itu sangat sederhana,sama dengan pesantren lainnya di sana di ajarkan ilmu agama dari dasar hingga ilmu tahap tinggi.
Santrinya juga tidak di batasi umurnya,ada santri yang sudah tua juga ada santri yang sudah menikah,namun masih mau mondok.
Di desa ini Edward di siapkan untuk menyelidiki keberadaan kakaknya.Dia harus menyamar jadi santri,setidaknya dia juga sambil menyelam minum air.
Edward di antar oleh pak Dori,pakaian mereka juga tidak mencolok.Hanya pakai koko dan celana panjang.
Mereka berdua hanya di antar sampai pangkalan ojek di pengkolan jalan pertigaan.Selebihnya akan naik ojek di pengkolan.
Para ojek yang sedang mangkal menyambut mereka.
"Ojeknya bang."
"Mau kemana bang?"
Begitu tawaran para ojek tersebut.Edward bingung,sedangkan pak Dori bersikap tenang dan bertanya pada tukang ojek tersebut.
"Di sini kendaraan umum apa saja pak?"tanya pak Dori.
"Bapaknya mau ke mana?"
"Kami mau ke pondok pesantren di desa G."jawab pak Dori.
"Oh,pesantrennya pak Kyai Sobri?"
Pak Dori diam,saling pandang dengan Edward.
"Memang di desa tersebut ada berapa pesantren?"
"Kalau di desa itu cuma ada pondoknya kyai Sobri namanya pesantren Al-Falah.Di situ cuma satu-satunya."
"Ah,ya di pesantren Al-Falah.Iya kami mau ke pesantren itu."
"Kalau begitu mari saya antarkan pak.Bapaknya mau pondokin anaknya ya?"
"Iya."
Lalu dua motor ojek langsung membawa mereka ke tempat pesantren Al-Falah.
Satu jam perjalanan mereka sampai,karena jalanan yang tidak rata dan banyak lubang di mana-mana.
"Nah,sampai pak di pondok kyai Sobri."
Edward memberikan uang seratus ribuan pada mereka.
"Ini kebanyakan bang."kata tukang ojeknya.
"Ngga apa-apa,sekalian saya bersedekah."kata Edward.
"Terima kasih bang.Abangnya kaya bule."
Edward hanya tersenyum saja,pak Dori menatap majikan mudanya.Apa tidak terlalu mencolok tuan muda yang di kirim kesini?pikir pak Dori.
Tapi,bagaimana dengan tuan muda Nicko?
"Paman,apa harus ya aku mondok dulu untuk mencari kak Nicko."ucap Edward sambil berbisik.
"Ya,sambil mencari dapat ilmu tuan muda."ucap Pak Dori.
Lalu mereka melangkah menuju pesantren yang memang tidak ada gerbangnya.Di sana terlihat santri berlalu lalang.
Pak Dori menghampiri salah satu santri yang sedang berjalan keluar area pondok.
"Maaf de,rumah kyai Sobri di mana?"tanya pak Dori.
"Oh kyai Sobri,mari saya antar."santri itu berjalan menuju sebuah rumah sederhana yang masih bermaterikan kayu,namun bersih tempatnya.
Pak Dori dan Edward mengikuti santri tersebut dari belakang.
Setelah sampai di sebuah rumah panggung bertembokkan kayu,santri tersebut berhenti.Pak Dori dan Edward ikut berhenti.
"Ini rumah kyai Sobri.Beliau juga tadi ada di rumah habis selesai ngajar santri ngaji di pondok."kata santri itu.
"Oh iya dek,terima kasih."
Lalu santri itu pergi meninggalkan pak Dori dan Edward.
Edward melihat sekeliling tempat itu,dia ragu apakah dia sanggup menjalani hidup di pondok pesantren itu?Tak ada fasilitas yang bagus menurutnya,namun mungkin karena di desa sehingga semua serba terbatas.
"Tuan muda harus kuat hidup di sini,ini demi kakak anda."kata pak Dori seakan tahu isi hati anak majikannya itu.
Edward menatap pak Dori,di carinya di mata tua itu untuk meyakinkan hatinya bahwa dia akan sanggup menjalaninya.
"Saya yakin,tuan muda akan sanggup menghadapi segala keterbatasan itu.Lagi pula saya akan menempatkan dua orang secara tak langsung untuk menjaga tuan muda di sini jika terjadi yang tak terduga."kata pak Dori lagi.
Mereka melangkah menuju rumah panggung pak kyai Sobri.Edward duduk memandang semua santri yang lalu lalang,sedangkan pak Dori mengetuk pintu rumah kyai Sobri.
Tok tok tok.
"Assalamu alaikum..."pak Dori mengucap salam.
Tak lama pintu itu terbuka dan terlihat seorang perempuan paruh baya yang berkerudung biru.
"Wa alaikum salam.Mau cari siapa?"tanya perempuan itu.
"Saya mau mencari kyai Sobri,apakah beliau ada?"
"Oh ada,sebentar saya panggilkan.Mari silakan masuk."ajak perempuan itu.
Pak Dori masuk ke dalam,dan perempuan itu masuk meninggalkan pak Dori.Sedangkan Edward masih di luar.
Lima menit kemudian,kyai Sobri keluar.Dia tersenyum dan meyalami pak Dori.
Wajah cerah dan berwibawa terpancar dari wajah kyai Sobri.
"Ada perlu apa mencari saya?"tanya kyai Sobri ramah.
"Mm..begini kyai.Saya mau menitipkan keponakan saya di pondok ini.Dia mau belajar agama lebih dalam supaya ilmu agamanya luas."ucap pak Dori.
Kyai Sobri tersenyum lalu dia menengok keluar.
"Apa keponakan bapak ada di luar,bisa di panggilkan?"pinta kyai Sobri.
"Bisa kyai,sebentar saya keluar dulu."kyai Sobri hantlya mengangguklalu pak Dori keluar memanggil majikannya.
Tak berapa lama pak Dori dan Edward masuk ke ke dalam lalu keduanya duduk bersebalahan.
Kyai Sobri menyalami Edward,dia pun menyambut tangan kyai Sobri dengan sopan.
"Apa dia yang mau mondok di sini pak?"tanya Kyai Sobri karena dia heran dengan tampang Edward.
Dia pikir masih anak-anak atau remaja,tapi ini sih orang yang sudah dewasa.Apa mungkin dia mau jadi santri?pikir kyai Sobri ragu.
"Maaf pak siapa?"tanya kyai Sobri.
"Saya Dori pak kyai dan ini keponakan saya namanya Edward.Mungkin dia agak berbeda dengan kebanyakan orang-orang karena ayahnya memang keturunan asing."
"Ah,ya.Saya memang agak kaget juga.Dan apakah benar nak Edward mau jadi santri di sini?Soalnya di sini santri kebanyakan anak SD,Anak SMP dan juga anak SMA atau sederajat.Bukan apa-apa,kalau Edward ini kayanya sudah dewasa sekali.Kalau saya sih siapa saja yang mau menimba ilmu agama di sini silakan saja,tapi maaf kalau saya menyinggung tentang usia."ucap kyai Sobri dengan sopan.
"Kalau begitu,tempatkan keponakan saya di mana saja,asal jangan di campur dengan anak-anak santri yang pak kyai sebutkan tadi."ucap pak Dori.
Kyai Sobri berpikir,dia ragu mau menempatkan di mana.
"Mm..ada sih tempat untuk nak Edward ini.Tapi saya ragu apakah nak Edward mau?"
Pak Dori melirik Edward,dia juga ragu untuk meneruskan niatnya.
"Saya siap di tempatkan di mana saja pak kyai."ucap Edward mantap,ini demi pencarian kakaknya Nicko.
"Kira-kira di tempatkan di mana pak Kyai?"tanya pak Dori penasaran.
"Di bagian penyediaan logistik.Di sana tempat orang yang sudah dewasa dan mau menimba ilmu agama juga.Kalau di sana tidak ada biaya bulanan,malah gratis asal di sana membantu para juru masak saja.Biasanya kalau laki-laki tugasnya belanja di pasar.Apa sanggup di tempatkan di sana?"tanya kyai Sobri.
Karena sudah menyanggupi akan di tempatkan di mana saja,akhirnya Edward pun mengangguk.
"Untuk belajar ilmu agamanya waktunya kapan pak kyai?"
"Malam hari setelah para santri selesai mengaji,juga waktu subuh."
"Baik pak kyai,saya siap."
"Baik,nanti saya suruh santri siapkan tempat untuk tidur nak Edward.Oya,nak Edward juga nanti ada dua teman yang sama seperti nak Edward di sana."
"Pak kyai,kalau bisa nanti keponakan saya ini tolong idebtitasnya di sembunyikan ya.Bukan apa-apa,nanti banyak yang tahu.Karena jujur saja kami ke sini untuk mencari sesuatu."
"Kalau boleh tahu apa yang anda cari di tempat pondok kami pak Dori?"
"Biar nanti keponakan saya yang menceritakan,tapi untuk saat ini kami belum bisa memberitahu pak kyai,maaf.Karena ini sangat rahasia."
"Ya ngga apa-apa pak Dori.Kalau begitu nak Ed bisa mulai hari ini,nanti sore saya akan mengenalkan nak Ed pada teman satu kamar."
Edward hanya mengangguk,lalu pak Dori berpamitan pada pak kyai Sobri.Sebelum pergi pak Dori berbicara pada Edward sebentar.
"Nanti anak buah saya kesini tuan muda,membawa keperluan anda selama di sini."
"Iya paman,terima kasih untuk semuanya."
"Semoga anda betah tuan muda."kata pak Dori.
"Jangan meledekku paman."ucap Edward sambil berdecih.
Pak Dori hanya tersenyum lalu berpamitan pada majikannya itu.
_
_
_
☆☆☆☆☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments