16. Kebencian Bunda

"Kamu sepertinya benar-benar lupa padaku, Sarah. Baiklah, aku akan ingatkan kamu siapa aku. Aku, Yuni."

Ya, yang menjadi tamu tak diundang bu Sarah saat ini adalah Yuni. Dia datang karena sebuah alasan.

"Yu--Yuni."

Sarah terlihat sangat kaget. Ia tidak pernah bertemu Yuni sebelumnya. Tapi Sarah tahu siapa Yuni. Dia adalah mahkluk halus dari kalangan jin yang paling berkuasa di alam gaib.

"Sudah ingat kamu dengan dosa yang telah kamu lakukan, Sarah?" tanya Yuni masih tetap berada pada tempatnya. Duduk di depan meja rias dengan santai.

"A--aku ... maafkan aku Yuni. Aku mohon, aku mengaku salah," ucap bu Sarah sambil bersujud.

"Mengapa kamu tidak mengaku salah saat kamu ingin melakukan kejahatan, Sarah?"

"Kamu adalah manusia paling keji yang tidak punya hati. Kamu adalah ibu yang tidak punya pikiran," kata Yuni lagi dengan mata melotot kearah bu Sarah.

"Aku tahu, aku salah, Yuni. Maafkan aku," kata Sarah sambil terus berlutut mohon pengampunan.

"Seharusnya kamu minta maaf pada anakmu karena telah menyakitinya, bukan padaku."

"Sejujurnya, aku tidak ingin ikut campur urusan kalian, tapi, kamu telah membuat namaku buruk akibat ulah mu."

"Aku ... aku tidak berniat melakukan hal itu, Yuni."

"Kamu tidak berniat tapi kamu melakukannya. Seharusnya kamu berpikir sebelum melakukan sesuatu. Kamu memancing kemarahan jin penjaga yang aku tugaskan untuk menjaga Budi. Kamu tahu bukan? Jin itu adalah jin penjaga milik kerajaan jin. Jin itu tidak akan menyakiti jika kamu tidak memancingnya," ucap Yuni dengan nada tinggi.

"Aku minta maaf, Yuni. Aku tidak akan melakukannya lagi," kata bu Sarah dengan deraian air mata penyesalan.

"Tapi kamu sudah melakukannya, Sarah. Kamu sudah melakukannya. Apakah semuanya dapat ditarik kembali? Aku rasa tidak."

"Aku menyesal. Aku mohon, maafkan aku," ucap bu Sarah mengiba.

"Kamu .... "

"Bunda."

Suara itu menghentikan langkah Yuni yang ingin mendekati Sarah. Seketika, Yuni menghilang dari pandangan Sarah. Semuanya kembali normal seperti semula.

"Bunda." Suci mengulangi panggilannya kembali.

Bu Sarah menghampiri pintu kamar dengan hati yang sangat lega. Ia membuka pintu kamar dengan segera, tapi sebelum itu, bu Sarah menghapus air mata yang sempat tumpah. Ia tidak ingin Suci tahu apa yang terjadi.

"Ada apa, Chi?" tanya bu Sarah ramah seperti tidak ada kejadian apa-apa sebelumnya.

"Tidak ada, Bun. Suci seperti mendengarkan keributan dari kamar bunda, makanya Suci memanggil bunda."

"Keributan? Keributan apa? Kayaknya gak ada deh."

"Bunda yakin, gak ada?" tanya Suci seolah tak percaya dengan apa yang bundanya katakan. Karena sebelumnya, dia merasakan kehadiran mahkluk halus yang berbeda dari biasanya di kamar sang bunda.

"Iya. Memang gak ada keributan, Suci. Bunda sedang berberes kamar sekarang. Mungkin itu yang kamu katakan suara keributan barang kali."

"Oh, mungkin Suci salah dengar bunda."

"Hmmm." Bunda menjawab singkat.

"Ya sudah kalo gitu, apa bunda sudah selesai beres-beresnya? Kalo belum, biar Suci bantu."

"Gak perlu," bunda menjawab cepat.

"Bunda udah selesai kok," kata bunda lagi sambil memaksakan sebuah senyum.

"Oo, ya udah kalo gitu," ucap Suci sambil membalas senyum sang bunda.

Suci pun pamit meninggalkan kamar sang bunda. Ia membawa rasa tak percaya dengan apa yang bunda katakan barusan. Suci merasa ada yang tidak beres dengan bundanya. Ia merasa, bundanya menyembunyikan sesuatu.

Sementara itu, bunda bisa bernapas lega karena kepergian Suci dan menghilangnya Yuni. Tapi, bunda merasa kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Ia tidak terima dengan kunjungan dadakan yang Yuni lakukan padanya.

Bukannya menyesal, bunda alias bu Sarah ini malahan merasa kesal dan tak terima dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Ia berniat akan membalas perlakuan Yuni padanya. Sekalipun tidak bisa melenyapkan Yuni, maka dia akan melenyapkan manusia yang dekat dengan Yuni, yaitu, Budi.

Kekesalan bunda pada Budi semakin meningkat. Ia menyalahkan Budi atas apa yang baru saja terjadi padanya. Ia tak terima kehilangan peliharaan yang sudah belasan tahun ia miliki hanya karena hal sepele.

"Awas kamu," ucap bunda sambil menggenggam erat tangannya sambil menatap wajah dalam cermin.

"Akan aku buat kamu menderita, karena kamu sudah membuat aku kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupku," kata bunda sambil menahan geram.

_________

Sudah menjadi lumrah bagi manusia, merasa tidak puas, membenci dan saling menyakiti. Sifat manusia itu memang banyak macamnya. Ada yang baik, ada pula yang jahat. Semua saling berlawanan. Tak jarang, mereka saling menyakiti satu sama lain hanya karena kesalahpahaman yang mereka ciptakan sendiri.

Manusia tidak akan puas jika nafsu yang ia miliki tidak ia kawal dengan hati yang bersih. Jika ia turuti kata hati, maka nafsu akan meraja lela dalam diri. Hal itulah yang sedang bu Sarah rasakan saat ini. Ia membenci, sakit hati, iri, dan merasa tidak puas dengan hidupnya saat ini. Apalagi saat dia kehilangan jin peliharaan yang sudah ia pelihara selama belasan tahun. Hal itu semakin memicu rasa benci dan sakit hatinya pada Budi.

Bu Sarah pun memutuskan untuk kembali menemui gurunya yang berada di luar desa. Ia ingin meminta kembali jin untuk ia pelihara. Tentunya, jin yang punya kekuatan yang lebih dahsyat dari jin yang telah Yuni musnahkan sebelumnya.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

lanjut thor

2023-01-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!