6. Ingatan Budi 3

"Dasar manusia keras kepala," ucap gadis itu dengan kesal.

"Yuni, sudahlah. Antar kan saja dia pulang. Kamu tidak perlu memaksakan apa yang tidak dia inginkan," kata ayahnya.

"Tapi ayah .... "

"Sudahlah, jangan banyak membantah. Lakukan saja apa yang ayah katakan. Antar dia pulang sekarang karena dia juga sedang dicari oleh keluarganya."

"Baik ayah."

Budi pun mengikuti langkah Yuni yang sedang berjalan dengan malas. Yuni kelihatannya benar-benar kesal dengan keputusan yang ayahnya buat. Tapi, dia tidak berani melawan apa yang telah ayahnya katakan.

Setengah jalan baru mereka lewati, tiba-tiba, Budi ingat dengan tujuan awal dia mau diajak perempuan itu pergi. Ia pun bertanya pada Yuni tentang anak sapi kesayangannya.

"Di mana anak sapiku? Bukankah kamu bilang ingin membawa aku bertemu anak sapiku?"

"Kau tidak menginginkannya, bukan?"

"Apa maksudmu?"

"Kau tidak mau menemani ayahku makan, berarti kamu tidak mau anak sapi mu kembali."

"Apa hubungannya makan dengan anak sapi yang kalian curi?"

"Anak sapi itu berada pada ayahku. Jika kamu ingin anak sapi itu kembali, maka ikuti apa yang ayahku mau."

"Dasar kalian makhluk jahat. Kalian benar-benar mempermainkan aku. Sudah mencuri dariku, kalian malah mempermainkan aku dengan seenak hati," ucap Budi dengan sangat amat kesal.

Tiba-tiba, wajah cantik Yuni berubah. Mata indahnya menjadi merah melotot. Suasana taman bunga yang indah berubah menjadi hutan belantara yang sepi dan menyeramkan.

"Aku sudah berusaha memperlakukan mu dengan sangat baik, tapi kamu malah melewati batas mu sebagai manusia lemah. Terimalah apa yang akan aku lakukan pada tubuhmu," kata Yuni dengan nada yang sangat menakutkan.

Budi tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba saja dia kembali berada dalam istana. Duduk manis di dalam sebuah kamar yang begitu mewah. Namun sayangnya, kamar itu tidak memiliki pintu sama sekali. Yang ada hanya satu buah jendela yang tertutup rapat.

"Di-di mana ini?" tanya Budi panik dengan napas yang tidak teratur.

"Ini adalah hukuman buat kamu. Manusia lemah dan tidak tahu diri," ucap sebuah suara yang sangat Budi kenal.

"Keluarkan aku!" teriak Budi.

"Nikmatilah ... nikmatilah ... nikmatilah .... " Hanya suara yang terdengar, namun orang yang bicara tidak terlihat sama sekali.

Budi terdiam tanpa bisa melakukan apa-apa. Tubuhnya tidak bisa mendekati jendela sama sekali. Bagaimana caranya ia bisa lolos dari dunia ilusi ini, dia pun tidak tahu bagaimana caranya.

"Itulah yang aku alami sebelum aku pingsan. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku tiba-tiba saja berada di rumah ini saat aku membuka mata dari tidurku di negeri ilusi itu," kata Budi pada Irfan yang sedari tadi mendengarkan apa yang Budi ceritakan.

"Lalu, apa kamu ingat dengan kejadian sebelum kamu pingsan yang kedua ini, Bang?"

"Tidak. Aku tidak ingat apa-apa soal yang itu. Tapi .... "

"Tapi apa Bang?" tanya Irfan begitu penasaran.

"Aku merasakan kalau aku tidak pingsan."

"Maksud abang?"

"Ya, seperti aku tidak pingsan, padahal aku pingsan di sini."

"Kok bisa?"

"Ketika aku pingsan di rumah ini, aku seperti berpindah ke dunia lain, seperti dunia ilusi. Tubuhku ringan seperti kapas. Aku bisa menembus apapun yang aku sentuh. Aku juga bisa pergi ke mana aku mau."

"Jadi ... saat kamu pingsan barusan, kamu merasa kalo kamu itu gak pingsan, bang?"

"Iya. Aku merasa .... "

Perkataan Budi terhenti ketika pintu kamar terbuka. Dari balik pintu itu muncul seorang gadis dengan wajah penuh dengan kecemasan.

"Suci." Budi memanggil gadis itu.

"Bud, apa yang terjadi? Apa kamu baik-baik aja sekarang?" tanya gadis yang bernama Suci ini.

"Aku baik-baik aja kok, Ci. Kapan kamu datang?"

"Baru aja. Maafkan aku yang baru bisa datang sekarang. Aku baru tahu soalnya. Habisnya, nomor kamu gak bisa dihubungi," kata Suci sambil duduk di samping tempat tidur Budi.

"Iya, ponsel ku entah ke mana. Aku sudah lupa dengan barang itu."

"Ya mana ingat abang ku dengan ponselnya. Ngurus dirinya aja sulit sekarang," ujar Irfan agak kesal.

"Fan, maksud aku .... "

"Udah, jangan dengarin apa yang Irfan katakan. Dia memang suka bercanda," kata Budi memotong perkataan Suci dengan cepat.

"Ya udah deh kalo gitu, aku tinggal dulu," kata Irfan mengerti dengan apa yang abangnya inginkan.

Setelah kepergian Irfan, keduanya melanjutkan obrolan mereka yang sempat terhenti sejenak.

"Apakah ada yang ingin kamu ceritakan padaku, Bud?" tanya Suci.

"Sepertinya belum ada, Chi."

"Ya sudah jika tidak ada. Sebaiknya aku pulang sekarang."

"Kenapa buru-buru?" tanya Budi heran.

"Tidak ada. Hanya ingin segera pulang karena ingat sesuatu."

"Ingat apa?"

"Ada pekerjaan yang belum aku selesaikan."

"Oh, ya sudah kalo gitu," ucap Budi dengan nada kecewa.

"Besok aku akan datang lagi. Kamu gak usah kecewa gitu."

Budi hanya tersenyum menanggapi apa yang Suci katakan. Sebenarnya, Budi sangat berharap kalo Suci menemaninya lebih lama, tapi mau bagaimana lagi, dia tidak mungkin memaksa Suci untuk tetap menemaninya.

Suci pun bergegas meninggalkan kamar Budi. Sebelum menutup pintu kamar, Budi sempat melihat gelagat aneh dari Suci. Entah apa yang ia lihat di kamar itu, Budi pun tidak tahu. Yang jelas, Suci terlihat agak gugup.

Sebenarnya, Suci adalah gadis indigo. Dia bisa melihat makhluk halus yang tak bisa di lihat oleh orang awam. Hanya saja, indra keenam yang ia miliki sudah ditutup oleh mamanya, sehingga tidak bisa melihat hal gaib lagi. Tapi, Suci masih bisa merasakan kehadiran mereka di mana pun dia berada.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

semoga saja makhluk Nya nggak terlihat ya thor

2023-01-18

0

$uRa

$uRa

wah kalau bisa melihat mahluk halus malah takut...kemana mana ketemu wajah anej

2022-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!