7. Cerita Irfan

Sebenarnya, Suci adalah gadis indigo. Dia bisa melihat makhluk halus yang tak bisa di lihat oleh orang awam. Hanya saja, indra keenam yang ia miliki sudah ditutup oleh mamanya, sehingga tidak bisa melihat hal gaib lagi. Tapi, Suci masih bisa merasakan kehadiran mereka di mana pun dia berada.

Suci merasakan kehadiran makhluk halus di kamar Budi, tapi dia tidak ingin mengatakan apa yang dia rasakan pada Budi. Suci takut kalau apa yang ia rasakan akan membuat Budi terganggu. Untuk menutupi keresahan hatinya, Suci memilih pulang lebih cepat dengan beralasan ada pekerjaan rumah yang belum ia selesaikan, padahal sebenarnya, tidak.

Suci pun pamit pada orang tua Budi. Ia bergegas keluar dari rumah itu untuk menghindari aura negatif yang membuat tubuhnya terasa panas. Suci berjalan cepat tanpa melihat kiri kanan lagi.

"Tunggu!" Sebuah suara menghentikan langkah cepat Suci. Sontak, Suci langsung menoleh kearah asal suara tersebut.

"Irfan."

"Ya, ini aku."

"Ada apa?" tanya Suci bingung.

Selama ini, Irfan adalah orang yang sangat amat tidak suka dengan Suci. Irfan berpikir kalo Suci itu adalah gadis yang aneh. Makanya, Irfan merasa tidak nyaman dengan kehadiran Suci.

"Aku ingin bicara."

"Mau ngomong apa?"

"Apa abang ku ada cerita sesuatu padamu?"

"Tidak. Memangnya ada apa?"

"Tidak mungkin abang ku tidak ada bercerita apa-apa padamu. Secara, kamu adalah pacarnya," kata Irfan tak percaya.

"Abang mu memang tidak ada mengatakan apapun padaku. Memangnya ada apa?"

"Ya sudah kalo gak ada," kata Irfan dengan nada pasrah dan ingin meninggalkan Suci.

"Tunggu!" Suci menahan tangan Irfan dengan cepat.

"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi," ujar Suci dengan tatapan penuh rasa penasaran.

"Kamu bilang, abang ku tidak ada ngomong apa-apa padamu. Jadi, itu tandanya, semua baik-baik saja."

"Irfan, abang mu memang tidak mengatakan apapun padaku, tapi, aku merasa ada yang tidak beres di sini."

"Apa maksudmu?" tanya Irfan serius.

"Aku merasa ada energi negatif yang sangat kuat di rumah kalian, terutama di kamar abang mu. Tapi maaf, sekarang, aku tidak bisa memastikan apa yang aku rasakan itu benar atau tidak. Karena saat ini, aku tidak bisa melihat, aku hanya bisa merasakan."

"Apakah kamu memang benar-benar bisa merasakan kehadiran mereka?" tanya Irfan.

Suci melihat Irfan dengan tatapan serius. Ia kaget dengan apa yang Irfan katakan barusan. Irfan mengatakan, mereka. Itu tandanya, bukan hanya satu, namun banyak.

"Ceritakan padaku apa yang abang mu ceritakan padamu. Aku mohon," ucap Suci dengan nada penuh harap.

"Baiklah, aku akan ceritakan padamu, tapi bukan di sini."

"Lalu di mana?"

"Ikut aku," kata Irfan sambil berjalan duluan.

Suci pun mengikuti langkah Irfan yang berjalan menuju belakang rumah. Tepat di bawah pohon ara yang rindang, Irfan menghentikan langkah kakinya.

"Kenapa di sini?" tanya Suci sangat bingung.

"Apa kamu bisa merasakan aura di sini?" tanya Irfan balik.

Suci tidak langsung menjawab apa yang Irfan tanyakan, ia malah berjalan bolak-balik dihadapan Irfan beberapa kali. Bukan hanya bolak-balik, Suci juga berjalan maju mundur di hadapan Irfan, membuat Irfan menatap Suci dengan tatapan bingung sekaligus aneh.

"Kamu ngapain sih? Aneh banget," ucap Irfan dengan nada kesal.

"Jangan banyak tanya, lihat saja apa yang aku lakukan."

"Pusing aku liatnya tahu gak."

"Sudah. Jangan banyak komen. Lihat saja. Kalo gak mau lihat jangan lihat," kata Suci sambil terus berjalan.

"Dasar aneh. Nyesel aku ngomong sama kamu," kata Irfan kesal.

Suci tidak menjawab, hal itu membuat hati Irfan semakin kesal saja. Ia memutuskan untuk meninggalkan Suci sendirian di bawah pohon ara tersebut.

"Irfan tunggu!"

"Apa!" Irfan membentak dengan nada kesal.

"Aku sudah selesai."

"Selesai?" Selesai apaan?"

"Bukankah kamu minta aku merasakan aura di dini? Aku telah melakukannya. Kamu tahu apa yang aku rasakan?"

"Ya jelas tidak. Mana aku tahu apa yang kamu rasakan. Orang yang merasakan bukan aku," kata Irfan masih kesal.

"Aku serius."

"Baiklah. Apa yang kamu rasakan?" tanya Irfan dengan nada malas.

"Aku merasakan aura negatif yang sangat amat kuat di sini. Dua langkah ke depan dengan dua langkah ke belakang, itu auranya sangat berbeda. Bukan hanya itu, aku bisa merasakan ada energi spiritual yang sangat besar di dalam hutan ini," kata Suci menjelaskan.

"Tunggu! Apakah ini ada hubungannya dengan abang mu?" tanya Suci baru ingat dengan apa yang Budi alami beberapa saat yang lalu.

"Apakah ini yang abang mu ceritakan padamu?" tanya Suci lagi.

Irfan menganggukkan kepalanya pelan. Dilema yang sedang ia alami beberapa saat yang lalu sekarang menghilang. Keraguan yang ia rasakan setelah mendengarkan cerita abangnya kini lenyap. Apa yang suci katakan barusan membuat ia benar-benar percaya dengan cerita abangnya. Kalau hutan belakang rumah adalah kerajaan makhluk gaib yang tak kasat mata.

"Bi--bisakah kamu ceritakan padaku apa yang Budi ceritakan padamu, Irfan?" Suci terlihat kaget dan gugup.

Irfan lalu menceritakan semua yang abangnya ceritakan pada Suci. Dengan mata berlinang, Suci mendengarkan cerita Irfan.

"Begitulah yang abang ku ceritakan padaku," kata Irfan sedih.

"Andai aku masih bisa melihat hal gaib, mungkin aku bisa membantu Budi menyelesaikan masalah yang ia hadapi saat ini," kata Suci sambil menyeka air matanya.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

mantap thor

2023-01-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!