Episode 5. Qaireen - Nightmare

Sial! Makhluk apa yang mengancamku saat ini. Pakaiannya kuno sekali. Seperti pakaian seorang pendekar zaman prasejarah. Aku sungguh menyesal kenapa tidak bersungguh-sungguh belajar sejarah dan mengetahui identitas seseorang melalui pakaian yang ia kenakan.

Yang lebih aneh lagi, suaranya, ya, suaranya terdengar sangat tegas dan sangat mendominasi meski usianya terlihat tidak berbeda jauh denganku.

Dan yang paling membuatku sesak napas adalah, posisinya. Bisa-bisanya ia membekap mulutku dan berdiri sangat dekat denganku, bahkan akan terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang berpelukan jika dilihat dari jauh atau dari belakang. Seumur-umur aku tidak pernah membiarkan pria mana pun menyentuhku selain Ayah dan kakak-kakakku. Dasar, Kuda Nil! Lihat saja. Aku tidak akan membiarkanmu berbuat sesuka hati terhadapku.

Aku melirik dari sudut mataku, tampak wajah samping sang pemuda sinting. Oh sial, ternyata pemuda ini sangat tampan. Wajahnya terlihat sebening kristal dan selembut pantat bayi. Matanya berwarna biru gelap, segelap lautan dalam. Siapa pun yang menatapnya intens, aku yakin akan tenggelam tanpa tahu jalan pulang. Dan rambutnya, oh astaga! Warnanya putih perak dan mengkilap. Dan itu … asli? Bagaimana mungkin? Jangan-jangan, dia adalah sosok yang dibicarakan Kak Harry. Aku harus melakukan sesuatu.

Tanpa harus berpikir dua kali, aku langsung menggigit tangannya yang membekap mulutku. Keterkejutannya menghasilkan refleks yang bagus. Tangannya terlepas.

“Oh, sakit sekali. Apa yang kau lakukan, Gadis Manusia?” serunya sambil mengibas-ngibaskan telapak tangannya yang sekarang tampak memerah membentuk gigitan dari gigi-gigiku yang tajam. “Ini mustahil, bagaimana mungkin gadis manusia ini bisa menyakitiku?” gumamnya pelan, lebih pada diri sendiri. Netra biru lautnya menatap penuh selidik pada telapak tangan yang kugigit. Seperti ada hal paling menakjubkan di dunia yang baru saja terjadi. Dahinya berkerut semakin dalam, tampak berpikir keras.

Aku menyipit, mengamatinya dari bawah sampai atas. “Kau …,” gumamku pelan penuh selidik. “Siapa sebenarnya kau? Kenapa kau memanggilku 'Gadis Manusia' ? Apa kau bukan berasal dari golongan manusia?” tanyaku balik. Sungguh, sosok di hadapanku ini benar-benar memenuhi standar menjadi artis terkenal sejagad. Sangat proporsional dan menawan. Bahkan, saat kedua bola matanya yang tajam menatap penuh kebingungan serta keterkejutan yang entah disebabkan oleh apa, ia tetap terlihat kharismatik. Dimana aku yakin sekali, jika Yusuf yang menampilkan ekspresi itu, ia pasti terlihat seperti idiot.

Oh, apa yang kupikirkan? Aku menggeleng cepat. Mengusir segala bentuk pikiran yang menyesatkan.

“Apakah kau siluman?” tanyanya balik dengan wajah polos berbalut rasa penasaran. Atau tuduhan?

Apa? Apa dia bilang? Ya, Tuhan. Aku kembali terbahak mendengar pertanyaannya. Sialan! Berani-beraninya dia menuduhku siluman.

“Ssssstttt! Tidak bisakah kau berhenti tertawa?” Orang aneh ini meletakkan jari telunjukknya di bibir, pandangannya menoleh ke sana – kemari seperti tupai. Bayangan kekhawatiran terlihat jelas dari wajahnya yang rupawan. Oh, aku memukul pipiku beberapa kali. Berteriak dalam hati dengan lantang, berhenti mengagumi keindahannya, Qai! Ini sungguh bukan dirimu yang biasanya!

Ehem!

Aku berdeham untuk mengambil alih kendali diri yang mulai tidak rasional. Makhluk aneh di depanku ini masih misteri. Jati dirinya belum terkuak. Bisa jadi dia adalah setan yang menyamar, ‘kan? Siapa yang tahu.

“Atas dasar apa kau mengatakan aku siluman?” tanyaku dengan kedua tangan disilangkan ke dada, bersedekap. Menatapnya yang terlihat mengawasi sekitar penuh selidik.

Demi mendengar pertanyaanku, ksatria dari antah berantah ini sempurna memalingkan wajahnya ke arahku. Balas menatapku lekat. Aku bergeming. Menatap lurus ke matanya tanpa gentar. Aku bisa melihat dahinya berkerut semakin dalam dengan mata disipitkan. Aku tidak akan kalah. Aku adalah Qaireen. Camkan itu baik-baik, wahai makhluk aneh!

Detik berikutnya, aku tahu aku yang menang dalam adu pandang ini. Karena pemuda di hadapanku ini segera mengerjap dan berpaling menatap kelopak bunga arka penuh minat. Seolah hanya bunga itulah benda paling menarik di dunia. “Karena kau bisa melihatku,” katanya penuh ketegasan, kembali menatapku dengan tatapan tajam penuh kewaspadaan.

Aku tertawa pelan, “Hei, ada apa dengan tatapan mengerikan itu? Memangnya kau pikir kau siapa sampai manusia tidak bisa melihatmu, hah?” tantangku. Sejujurnya, saat melihat ekspresinya yang begitu tegas dengan tatapan sedingin gunung es yang menghujam tajam lautan itu sungguh membuatku sedikit takut. Tapi aku berusaha keras untuk tidak memperlihatkannya. Aku tidak ingin ia mendominasi. Jika demikian adanya, bisa-bisa aku ditindas.

Sentakan keterkejutan terlihat jelas dari sinar matanya ketika mendengar balasanku, seolah ia tak pernah mendengar kalimat kasar sebelumnya. Tapi, ekspresi itu tidak bertahan lama. Detik berikutnya, ia justru tersenyum simpul dengan sangat mencurigakan.

“Kau … sungguh gadis manusia yang menarik!” simpulnya sesuka hati. Yang mana di telingaku lebih terdengar seperti sindiran.

Aku sungguh kesulitan menebak kepribadiannya. Ekspresinya berubah-ubah dengan cepat. Aura tubuhnya juga terasa sangat kuat.

Ya, Tuhan. Makhluk jenis apa yang ada di hadapanku sekarang ini? Apa sebaiknya aku melarikan diri saja? Ide bagus. Sebaiknya aku segera menuruni bukit dan bergabung bersama Yusuf.

Saat aku berpikir untuk melarikan diri. Pemuda aneh ini sudah berdiri tepat di depanku, memperpendek jarak. Sial! Aku harus mundur perlahan untuk menjaga jarak aman. Ia bersedekap dengan seringai yang sungguh membuatku merinding. Membuatku teringat akan kisah tenggelamnya para pendaki yang diceritakan Kak Harry. Oh, Kak Harry. Aku sungguh berharap kau ada di sini sekarang. Aku sungguh menyesal telah melarangmu ikut bersamaku. Ratapku dalam hati. Berusaha sekuat tenaga agar tidak terbaca oleh makhluk misterius menjengkelkan ini.

“Apa? Kau, apa yang kau inginkan, hah? Berhenti mendekat atau─”

“Atau apa?” sahutnya ringan, tersenyum lebar dengan langkah kaki terus mendekat, sengaja benar menciutkan nyaliku.

Aku menatap kakinya, hanya untuk memastikan apakah makhluk ini hantu atau manusia. Karena menurut gosip yang kudengar dari orang-orang, makhluk jenis ini tidak menapak tanah. Begitu mendapati apa yang ingin kuketahui, aku menyeringai lebar. Ternyata manusia. Jika demikian, tak ada yang perlu kutakutkan. Jangan lupakan, aku seorang atlet judo. Aku bisa dengan mudah mematahkan tangannya jika ia berani macam-macam.

“Apa yang kau tertawakan?” tanyanya penuh selidik.

Aku mengibaskan tangan, “Berhenti bertingkah konyol di depanku. Di mana kru yang bertugas mengambil gambarmu? Apa kau begitu rajin datang lebih awal?” Aku bersedekap, sedikit mendongak untuk menatapnya. “Apa judul film yang akan kau mainkan? Ksatria berkuda putih? Pangeran menyebalkan nan konyol? Atau apa? Katakana padaku, nanti kuusahakan menonton filmmu bersama keluarga besarku,” Aku tersenyum puas ketika mendapati ekspresinya yang semakin aneh mendengar celaanku.

“Apa yang kau pikirkan tentang diriku sebenarnya?” Dahinya berkerut semakin dalam, sedikit menunduk untuk menatap lurus ke arahku. “Apa kau pikir aku dari bangsa manusia yang suka bersandiwara di atas panggung?”

Oh, apa dia bilang? Mendengar golonganku dicela membuatku sedikit jengkel. Tapi aku menahannya. Aku harus memancingnya agar ia menyebutkan identitas aslinya.

“Oh, jadi kau bukan dari golongan manusia? Aku tidak percaya!” Aku memalingkan wajah dengan tampang paling menyebalkan yang bisa kutampilkan.

Aku tidak mendengar bantahan darinya, membuatku tergerak untuk melirik apa yang dia lakukan melaui sudut mata. Tangan kanannya terangkat. Jemarinya yang ramping bergerak memutar perlahan dengan sangat anggun. Oh sial, bagaimana mungkin aku bisa terpesona dengan gerakan sekecil itu. Dan lagi, apa yang dia lakukan? Aku bisa melihat ia tersenyum simpul, menoleh ke arahku.

“Perhatikan sekitarmu,” perintahnya.

Oh, demi langit! Apa yang terjadi. Kelopak bunga-bunga arka beterbangan membentuk pusaran angin. Dengan perlahan bergerak dan mendekat ke arah kami berdiri. Seperti hujan, kelopak bunga-bunga itu mulai berjatuhan. Aku tersentak, rasa cintaku pada alam bergolak. “Berhenti! Apa yang kau lakukan?” seruku galak.

Pemuda itu justru tersenyum, tangan kanannya masih terangkat dan kelopak bunga masih terus berjatuhan. Anehnya, fenomena ini tak disadari oleh pendaki lain yang ada di bawah. Apakah mereka tidak melihatnya? “Apa kau sekarang percaya padaku?”

“Ya, aku percaya!” sahutku tegas. “Sekarang katakan, siapa kau sebenarnya?” tanyaku tak sabar. Rasa jengkel karena ia dengan sesuka hati menggugurkan paksa kelopak arka membuat rasa gentarku menguap entah ke mana.

“Baiklah,” katanya seraya menurunkan tangan kanannya. Dan seketika itu juga, pusaran angin yang membawa kelopak bunga arka berhenti. “Liu. Panggil saja Liu,” tuturnya dengan senyum lebar yang mungkin saja akan membuat banyak gadis di luar sana bertekuk lutut padanya. Kecuali aku, tentu saja. “Sekarang giliranmu. Siapa kau? Jawab dengan benar, karena aku tidak menyukai kebohongan. Dan satu lagi, tak seorang pun,  baik dari golongan jin dan manusia yang bisa membohongiku. Apa kau tahu artinya itu?”

Aku menelan ludah ketika pemuda itu menyipit tajam dengan seringai yang mengancam.

Jadi benar, makhluk ini berasal dari dimensi lain? Tapi kenapa terlihat begitu tampan dan memiliki postur tubuh seperti manusia? Apa ini penyamarannya? Dan satu lagi, kakinya menapak tanah. Apakah aku yang telah masuk ke dimensinya atau gosip itu yang mengelabuiku?

Kak Harry benar, ada banyak hal di dunia ini yang masih menjadi misteri.

“Kau mendengarku?” tanyanya ketika tak kunjung mendapat jawaban yang ia inginkan.

Aku berdeham untuk mengendalikan suara agar tidak terdengar seperti kucing kecil yang ketakutan. Menimbang situasi yang kuhadapi, lebih baik aku tidak memprovokasinya. “Qaireen. Kau bisa memanggilku  Qai. Asli dari bangsa manusia. Bukan dari golongan siluman atau pun tuyul.” Aku tidak yakin kenapa aku menyebutkan nama asliku. Apakah aku berharap bisa berteman dan memuaskan hasrat keingintahuan tentang alam mereka? Atau, karena aku merasa pemuda itu juga jujur menyebutkan identitas namanya? Aku sendiri ragu.

Aku sedikit mendongak untuk melihat reaksinya. Pemuda bernama Liu itu tampak berpikir keras, lalu, “Jika kau dari golongan manusia, kenapa kau bisa melihatku?” petanyaan yang benar-benar membuatku berpikir, apakah hal ini penting sekali sampai-sampai harus ditanyakan ratusan kali? Dia pikir aku tahu alasannya?

“Kau pikir aku tahu jawabannya? Apakah hal ini sangat penting?” tanyaku dengan nada penuh penekanan di akhir kalimat.

“Tentu saja. Tak pernah ada manusia yang bisa melihatku tanpa seiizinku sebelumnya. Bahkan kalangan pejabat dari golonganku pun tak akan bisa melihat kehadiranku jika aku menginginkannya. Tapi kali ini, aku sungguh tidak mengerti, kenapa kau bisa dengan mudah melihatku?” dahinya berkerut, alis busur panahnya saling bertautan, tampak sedang berpikir keras.

Memangnya sehebat apa dia sampai tak seorang pun manusia bisa melihatnya? Aku berdecak kesal.

“Kau pikir kau siapa? Jika Tuhan menghendaki, jangankan aku, manusia seisi bumi pun akan dengan mudah melihatmu,” dengusku jengkel.

“Kau benar. Tapi Tuhan menghendaki kehadiran bangsaku tak terlihat oleh bangsamu. Apa kau lupa mempelajari kitabmu?”

Oh, dasar kuda nil bermulut lebar. Bisa-bisanya ia menyudutkanku seperti itu. Kata-katanya memang terdengar datar dan penuh analis. Tapi entah kenapa membuatku jengkel. Apa mungkin karena tuduhannya benar?

“Aku bisa membaca pikiranmu melalui raut wajah kesalmu. Hati-hati,” selanya dengan senyum miring yang semakin membuatku jengkel. Aku menatap langit untuk meredakan emosi. Dari arah hutan lebat di seberang Danau Tirto Wening aku bisa melihat gulungan awan gelap yang sedikit aneh. Langit sangat cerah tanpa saputan awan. Bagaimana mungkin ada sekumpulan awan kelabu yang bergerak cepat ke arah bukit.

“Oh, celaka! Itu pasukan kerajaan! Qai, kau harus ikut denganku.” Aku sungguh tidak mengerti apa maksudnya. Belum sempat aku bertanya, pemuda benama Liu itu sudah menggerakkan tangan kanannya. Menggandeng tanganku erat. Dan pada detik berikutnya, kami sudah berpindah tempat dengan pepohonan tinggi menjulang. Sangat rimbun, membuatku khawatir ada binatang buas yang siap menerkam. Lantainya dilapisi dedaunan kering yang menumpuk cukup tebal, melesak dalam ketika menerima beban tubuh yang disalurkan kedua kaki.

Kebingungan menyelimuti seluruh hati dan pikiranku. Apa yang sebenarnya terjadi? ke mana pemuda sinting ini menyeretku?

Sial! ia sama sekali tak memberiku kesempatan untuk bertanya meminta penjelasan. Tangannya yang terasa begitu kuat dan kokoh terus menggandeng tanganku erat seraya berjalan cepat menuju bebatuan berwarna hitam dengan lubang sangat besar. Terdengar gemericik air dari dalamnya. Apa ini? gua?

Tangan kanan Liu yang bebas terangkat dengan posisi telapak tangan terbuka ke atas, tidak lama kemudian muncul bola api berwarna biru. Seketika seluruh isi gua terlihat terang.

Setelah berjalan masuk semakin dalam, terlihat seberkas terang di sana. Liu terus menuntuku menuju cahaya yang tampak. Dan apa yang kulihat setelahnya, sungguh membuatku membuka mulut sangat lebar dan lupa untuk mengatupkannya lagi.

Bagaimana tidak, di dalam gua itu tampak aliran air yang membentang dari suatu arah dan bermuara pada dasar gua, menyerupai danau, tapi tidak besar. Dengan air yang sangat jernih seperti cermin. Di sekeliling danau itu tampak beberapa jenis bunga dan pohon besar yang tumbuh subur. Sempurna dengan burung-burung dan beberapa rusa berwarna putih yang sedang minum. Bagaimana mungkin aku tidak tercengang dengan pemandangan seperti ini?

“Ini bukan waktunya untuk terkejut.” Aku menoleh. Dan mulutku langsung terkatup rapat saat melihat Liu menyeringai dengan sangat menjengkelkan. “Apakah di alammu tidak ada tempat seperti ini?”

“Sialnya, tidak. Rusa-rusa itu pasti sudah menjadi rusa guling jika di alamku," sahutku sambil meliriknya tajam. Yang justru disambut tawa renyah darinya. Membuat dahiku mengernyit dalam dengan mata menyipit heran, apanya yang lucu?

“Manusia memang suka berbuat kerusakan,” gumamnya pelan.

“Hei! Aku bisa mendengar dengan sangat baik apa yang kau katakan,” seruku protes. Membuatnya kembali tergelak. Ya, Tuhan. Tawa macam apa itu? Kenapa terdengar seperti seruling di tengah padang pasir? Merdu sekali.

Liu kemudian menuntunku duduk pada sebatang kayu besar yang telah roboh, tidak jauh dari danau.

Tapi tunggu ….

Aku memasang wajah serius, “Sebenarnya, kita bersembunyi dari apa?” tanyaku penasaran.

“Pasukan kerajaan.” Aku mengernyit, dia tertawa. Entah apa yang lucu dari ekspresiku. Aku mempertahankannya, menuntut penjelasan lebih detail. “Aku yakin kau tak akan mempercayai apa yang aku katakan. Jadi sebaiknya aku tidak perlu menceritakannya,” katanya santai. Duduk bersandar pada dinding batu dengan kedua tangan bersedekap di dada. Matanya terpejam dengan bibir tersenyum tipis. Membuatku nyaris tersedak.

“Apa kau belum pernah merasakan pukulan seorang wanita?” Aku mengatakannya dengan rahang terkatup rapat, mengepalkan tangan kanan dan memukul-mukulkannya ke telapak tangan kiri penuh ancaman. Membuatnya seketika membuka mata dan tertawa pelan, dengan tatapan keheranan yang membuatku ingin segera menimpukkanya dengan batu granat.

“Apa kau pikir kau bisa memukulku?” tanyanya dengan sedikit menelengkan wajah ke arahku, tersenyum simpul.

“Kenapa tidak? Aku bahkan bisa mematahkan tanganmu jika kau mau,” Aku menyeringai menantang. Apkah aku sungguh bisa melakukannya? Tentu saja tidak. Terlebih ketika aku sudah menyaksikan sendiri bagaimana kemampuannya menggerakkan kelopak bunga arka. Dan lagi, siapa pun yang menjadi buronan pasukan kerajaan─jika yang dikatakannya benar─pastilah memiliki kemampuan di atas rata-rata. Aku hanya menggertak, tentu saja. Karena tempat ini membuatku kekurangan ide untuk membujuknya bicara. Bagaimana dengan cara lembut? Oh, maaf. Itu sama sekali bukan gayaku.

Pemuda bersurai perak itu tertawa pelan. “Tidak. Aku tidak menginginkannya. Seorang pangeran tidak akan pernah menyakiti wanita,” katanya tenang. Kembali menyandarkan tubuh ke dinding batu.

“Apa kau bilang? Pangeran?” kali ini, aku sungguh tak mampu menahan tawa. “Apa kau ingin membodohiku, huh?”

“Bukankah sudah kubilang, kau tidak akan mempercayai apa pun yang akan kukatakan, ‘kan?” sahutnya, masih dengan nada santai dan tenang.

Aku segera menghentikan tawaku, mengamati sosok pemuda yang sekarang duduk bersandar dengan mata terpejam di sampingku. Dilihat dari segi mana pun, pemuda ini memang terlihat seperti bangsawan. Auranya terasa sangat kuat. Apakah dia sungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan?

Jika benar demikian ... aku dengan kalap menoleh ke sekitar. Tersadar akan sesuatu. Kak Harry. Ya, Tuhan? Apakah aku sedang mimpi buruk? Bagaimana caraku pulang?

Terpopuler

Comments

Virgo♍

Virgo♍

kerennnn

2022-04-29

1

Taramia

Taramia

pangeran...culik aku dong..😁

2020-11-12

1

Yoona

Yoona

keren

2020-04-21

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Qaireen - Sejarah? What The Hell!
2 Episode 2. What The Meaning Of Prince?
3 Episode 3. Qaireen - Sweety Brother
4 Episode 4. The Stubborn Prince
5 Episode 5. Qaireen - Nightmare
6 Episode 6. Pasukan Kerajaan
7 Episode 7. Qaireen - Warm Chat
8 Episode 8. The Beginning!
9 Episode 9. Qaireen - Perkampungan Dimensi Lain
10 Episode 10. Warm Heart!
11 Episode 11. Qaireen - The Lion King
12 Episode 12. Young Master Hans
13 Episode 13. Petunjuk Raja Singa
14 Episode 14. Kaisar Liu Xing
15 Episode 15. Kembali
16 Episode 16. Care About You
17 Episode 17. Feeling
18 Episode 18. Jalak Putih
19 Episode 19. Bagaspati
20 Episode 20. Master Lao
21 Episode 21. Green Valley
22 Episode 22. Three Disciple
23 Episode 23. Qaireen - Martial Arts
24 Episode 24. Ghost Sunglasses
25 Episode 25. Northern Mainland Kingdom
26 Episode 26. Blood Rose
27 Episode 27. Volcano Crater
28 Episode 28. Danadyaksa
29 Episode 29. Gold Shield
30 Episode 30. She Has Gone
31 Episode 31. Clearly Feeling
32 Episode 32. Moonlight
33 Episode 33. Move
34 Episode 34. The Decision of Emperor Liu Xing's
35 Episode 35. Coz You're My Precious One
36 Episode 36. Blue Research
37 Episode 37. The Time Has Come!
38 Episode 38. The Light From Southern
39 Episode 39. She's Come Back!
40 Episode 40. The New History Teacher
41 Episode 41. Pengumuman.
42 Episode 42. Sebuah Awal
43 Episode 43. Sosok Pengganti
44 Episode 44. Istana di Atas Awan
45 Episode 45. Pertemuan dengan Kaisar Liu Xing
46 Episode 46. Taman Kesetiaan
47 Episode 47. Pengakuan
48 Episode 48. Balai Pertemuan
49 Episode 49. Tangga Pertama
50 Episode 50. Menyusun Rencana
51 Episode 51. Pakaian
52 Episode 52. Hunter
53 Episode 53. Pohon Pemujaan
54 Episode 54. Ular Hitam
55 Episode 55. Luka Mematikan
56 Episode 56. Masa Kritis
57 Episode 57 Menjaga
58 Episode 58. Perbatasan
59 Episode 59. Kawasan Isolasi
60 Episode 60. Guru Shang
61 Episode 61. Mengatur Rencana
62 Episode 62. Solusi Pertama
63 Episode 63. Dihibrid Virus
64 Episode 64. Pembakaran Gudang Obat-Obatan
65 Episode 65. Stay With Me
66 Episode 66. Isaac
67 Episode 67. Pengkhianatan
68 Episode 68. Li Young
69 Episode 69. Guardian
70 Episode 70. Sleep Tight
71 Episode 71. Gerbang Perbatasan
72 Episode 72. Reunion
73 Episode 73. He Chose to Retreat
74 Episode 74. Kehangatan
75 Episode 75. Harapan Adalah Milik Mereka Yang Percaya
76 Episode 76. Dua Insan
77 Episode 77. Saatnya Pergi
78 Episode 78. Cincin Pengikat
79 Episode 79. Pembunuh
80 Episode 80. Sumber Informasi
81 Episode 81. Interogasi
82 Episode 82. Merpati Pos
83 Episode 83. Kesiur Angin
84 Episode 84. Perjalanan I
85 Episode 85. Perjalanan II
86 Episode 86. Sisa Harapan
87 Episode 87. Luka Lama
88 Episode 88. Sergapan
89 Episode 89. Teman
90 Episode 90. Teman II
91 Episode 91. Teman III
92 Episode 92. Teman IV
93 Episode 93. Teman V
94 Episode 94. Pintu Maaf I
95 Episode 95. Pintu Maaf II
96 Episode 96. Pintu Maaf III
97 Episode 97. Pengkhianatan I
98 Episode 98. Pengkhianatan II
99 Episode 99. Pengkhianatan III
100 Episode 100. Pengkhianatan IV
101 101. Mengatur Rencana
102 102. Keputusan Liu
103 103. Jebakan Kabut
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Episode 1. Qaireen - Sejarah? What The Hell!
2
Episode 2. What The Meaning Of Prince?
3
Episode 3. Qaireen - Sweety Brother
4
Episode 4. The Stubborn Prince
5
Episode 5. Qaireen - Nightmare
6
Episode 6. Pasukan Kerajaan
7
Episode 7. Qaireen - Warm Chat
8
Episode 8. The Beginning!
9
Episode 9. Qaireen - Perkampungan Dimensi Lain
10
Episode 10. Warm Heart!
11
Episode 11. Qaireen - The Lion King
12
Episode 12. Young Master Hans
13
Episode 13. Petunjuk Raja Singa
14
Episode 14. Kaisar Liu Xing
15
Episode 15. Kembali
16
Episode 16. Care About You
17
Episode 17. Feeling
18
Episode 18. Jalak Putih
19
Episode 19. Bagaspati
20
Episode 20. Master Lao
21
Episode 21. Green Valley
22
Episode 22. Three Disciple
23
Episode 23. Qaireen - Martial Arts
24
Episode 24. Ghost Sunglasses
25
Episode 25. Northern Mainland Kingdom
26
Episode 26. Blood Rose
27
Episode 27. Volcano Crater
28
Episode 28. Danadyaksa
29
Episode 29. Gold Shield
30
Episode 30. She Has Gone
31
Episode 31. Clearly Feeling
32
Episode 32. Moonlight
33
Episode 33. Move
34
Episode 34. The Decision of Emperor Liu Xing's
35
Episode 35. Coz You're My Precious One
36
Episode 36. Blue Research
37
Episode 37. The Time Has Come!
38
Episode 38. The Light From Southern
39
Episode 39. She's Come Back!
40
Episode 40. The New History Teacher
41
Episode 41. Pengumuman.
42
Episode 42. Sebuah Awal
43
Episode 43. Sosok Pengganti
44
Episode 44. Istana di Atas Awan
45
Episode 45. Pertemuan dengan Kaisar Liu Xing
46
Episode 46. Taman Kesetiaan
47
Episode 47. Pengakuan
48
Episode 48. Balai Pertemuan
49
Episode 49. Tangga Pertama
50
Episode 50. Menyusun Rencana
51
Episode 51. Pakaian
52
Episode 52. Hunter
53
Episode 53. Pohon Pemujaan
54
Episode 54. Ular Hitam
55
Episode 55. Luka Mematikan
56
Episode 56. Masa Kritis
57
Episode 57 Menjaga
58
Episode 58. Perbatasan
59
Episode 59. Kawasan Isolasi
60
Episode 60. Guru Shang
61
Episode 61. Mengatur Rencana
62
Episode 62. Solusi Pertama
63
Episode 63. Dihibrid Virus
64
Episode 64. Pembakaran Gudang Obat-Obatan
65
Episode 65. Stay With Me
66
Episode 66. Isaac
67
Episode 67. Pengkhianatan
68
Episode 68. Li Young
69
Episode 69. Guardian
70
Episode 70. Sleep Tight
71
Episode 71. Gerbang Perbatasan
72
Episode 72. Reunion
73
Episode 73. He Chose to Retreat
74
Episode 74. Kehangatan
75
Episode 75. Harapan Adalah Milik Mereka Yang Percaya
76
Episode 76. Dua Insan
77
Episode 77. Saatnya Pergi
78
Episode 78. Cincin Pengikat
79
Episode 79. Pembunuh
80
Episode 80. Sumber Informasi
81
Episode 81. Interogasi
82
Episode 82. Merpati Pos
83
Episode 83. Kesiur Angin
84
Episode 84. Perjalanan I
85
Episode 85. Perjalanan II
86
Episode 86. Sisa Harapan
87
Episode 87. Luka Lama
88
Episode 88. Sergapan
89
Episode 89. Teman
90
Episode 90. Teman II
91
Episode 91. Teman III
92
Episode 92. Teman IV
93
Episode 93. Teman V
94
Episode 94. Pintu Maaf I
95
Episode 95. Pintu Maaf II
96
Episode 96. Pintu Maaf III
97
Episode 97. Pengkhianatan I
98
Episode 98. Pengkhianatan II
99
Episode 99. Pengkhianatan III
100
Episode 100. Pengkhianatan IV
101
101. Mengatur Rencana
102
102. Keputusan Liu
103
103. Jebakan Kabut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!