Benar saja, Arzan mengajak Jova pergi ke tempat yang sudah ia janjikan tadi. Mata Jova nyaris keluar ketika melihat jejeran mobil mahal dan mewah terpakir sangat rapi. Sebagai orang kaya yang memiliki yang banyak, tempat wisata ini harus di pesan terlebih dahulu dan juga sesuai harga yang di bayar.
Demi memanjakan Jova, Arzan rela merogoh kocek yang dalam untuk mendapatkan tempat yang paling bagus. "Bagaimana, apa kau suka?" tanya Arzan.
"Terimakasih Arzan,...kau sangat baik pada ku." ucap Jova.
Hembusan angin pantai membuat rambut gadis itu melambai-lambai, Arzan yang melihat nya langsung berinisiatif untuk mengikat rambut istri nya. Terlihat sangat romantis bukan, Jova saja langsung tersipu malu di buat nya. "Begini lebih baik...!" gumam Arzan.
Kamar ini, terletak di lantai paling atas dan langsung menghadap lautan luas. Ada kolam renang, juga ada taman kecil di sana. Fasilitas kamar yang membuat Jova bingung ingin menikmati nya bagaimana. Arzan tahu jika Jova sangat suka pantai apa lagi yang nama nya matahari terbenam.
"Kau mengajak ku liburan, apa kau tidak sibuk?" tanya Jova sambil menikmati kelapa muda nya. Kali ini Jova tidak lagi meminta suami nya untuk memanjat karena semua sudah di sediakan.
"Tidak,...jika kau ingin pergi liburan, kau bisa bilang pada ku." kata Arzan.
Jova berdiri, berjalan menuju pagar pembatas. "Ayah tahu jika aku suka pantai, tapi dia lebih memilih pergi dengan keluarga baru nya dan meninggalkan ku seorang diri. Mika dan ibu nya telah merampas apa yang seharusnya menjadi milik ku. Ayah dan rumah peninggalan almarhum ibu ku." gadis itu mulai menceritakan apa yang selama ini dia pendam.
"Apa kau sangat menginginkan rumah itu kembali?" tanya Arzan menghampiri Jova.
"Meski pun aku menangis darah di bawah kaki mereka, mereka tidak akan pernah mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik ku." kata Jova merasa sedih. "Semua kenangan tentang ibu ku, terkubur di gudang yang sengaja di kunci bahkan pintu nya saja terbuat dari besi." kali ini mata gadis itu mulai berkaca-kaca. "Arzan....aku tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." lirih Jova merasa sedih. Kali ini Arzan berkesempatan menarik Jova ke dalam pelukan nya. Gadis itu menangis sesegukan, bayangan kekejam Rose dan ayah nya sendiri terlalu melekat dalam ingatan Jova hingga membuat gadis itu tidak bisa melupakannya.
"Aku suami mu, jangan pernah berkata jika kau tidak memiliki siapa pun dalam hidup mu." ujar Arzan.
"Kau bukan suami ku, tapi kau Tarzan ku..." seloroh Jova membuat air mata yang sempat mengalir di ganti oleh gelak tawa dari Jova.
Arzan yang kesal langsung kembali membungkam mulut Jova dengan ciumannya. Tentu saja gadis itu langsung terdiam. Arzan kemudian melepas ciuman nya, membuat rona merah di pipi Jova seperti kepiting rebus.
"Kau belum menjawab pertanyaan ku tadi pagi." kata Arzan.
"P-pertanyaan yang mana?" tanya Jova seolah lupa.
"Jangan pura-pura lupa atau ku lempar kau dari atas sini...!" ancam Arzan membuat bibir gadis itu langsung mengerucut.
"Kata nya cinta, tapi kenapa ingin melempar ku?" gerutu gadis itu.
"Jawab saja, jika aku jatuh cinta pada mu bagaimana?" Arzan kembali menanyakan hal yang sama seperti tadi pagi.
"Jatuh cinta itu hak mu, aku tidak bisa melarang mu. Setiap orang berhak jatuh cinta kepada siapa pun. Tapi, jangan pernah mempermainkan seseorang dengan mengatas namakan cinta." kata Jova membuat senyum Arzan melebar.
Arzan memegang ke dua pundak Jova, menatap netra mata indah yang sekarang terlihat gugup itu, "Jawab aku dengan jujur, apa kau memiliki perasaan pada ku? meski hanya secuil?" tanya Arzan dengan wajah serius.
"Arzan,...a-ku,......!"
"Aku apa?" potong Arzan. "Katakan pada ku Jovata, jika perasaan ku ini tidak bertepuk sebelah tangan?" seperti nya lelaki ini berharap lebih pada Jova. "Nyatanya, kau tidak menolak saat ku cium bahkan kau membalas setiap ciuman ku." ujar Arzan membuat Jova bingung ingin menjawab apa.
"Kau ingin jawaban seperti apa Arzan?" tanya balik Jova.
"Katakan pada ku jika kau tidak memiliki perasan apa pun pada ku maka aku akan menceraikan mu hari ini juga. Tapi, jika kau berkata iya, maka aku minta detik ini pun mari kita memulai pernikahan ini dari awal." kata-kata pria ini memberi Jova dua pilihan.
Tidak mungkin jika dua hati hidup dalam satu rumah tidak akan memiliki rasa, Jova hanya gadis polos yang tidak pernah mengenal cinta. "Kau sungguh tidak adil, kenapa kau memberi ku di antara dua pilihan?" protes Jova.
"Jika tidak begitu, maka hubungan kita akan tetap seperti ini. Jovata Lateshia, jujur saja aku telah jatuh cinta pada mu. Lalu, apa salah nya jika aku ingin memperjelas hubungan ini. Bukankah kau sering mempertanyakan hubungan kita?" pria ini bertanya dengan panjang lebar.
"Aku tidak pernah pacaran, jadi aku tidak tahu rasa nya jatuh cinta. Yang aku tahu, aku merasa hangat dan nyaman ketika bersama mu." tutur gadis itu membuat Arzan puas. Meski tidak mengatakan kata cinta namun Arzan paham makna dari perkataan Jova.
Tangan kejar itu, beralih menggenggam tangan kecil milik Jova, "Jovata Lateshia, mau kah kau menjalani pernikahan dan rumah tangga bersama ku? jika iya, mari kita memulai semua nya dari awal...!" langsung pada intinya, Arzan ingin sebuah kepastian tentang hubungan mereka.
Tiba-tiba Arzan mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi kalung berlian dengan pancaran kilau nya yang sangat mempesona. "Aku tidak butuh jawaban mu, aku sudah tahu jawabannya tadi.Berbalik lah, akan ku pakaikan kalung ini sebagai tanda cinta ku pada mu." ujar Arzan lalu memakai kalung tersebut kepada Jova. "Bagaimana, apa kau suka? sungguh, kau terlihat sangat cantik sekarang." puji Arzan membuat Jova semakin malu.
"Terimakasih Arzan...!" ucap Jova lembut.
"Jika aku suami mu, lalu kenapa kau harus menanggil nama ku?" protes Arzan membuat Jova geram.
"Mulai melunjak...!" ucap gadis itu.
"Aku tidak melunjak,...aku hanya ingin kau memberi ku panggilan sayang." kata Arzan membuat Jova langsung berpikir.
"Ya,...terimakasih bee....!" ujar Jova membuat Arzan mengerutkan kening nya.
"Bee....? apa tidak ada panggilan yang lain?" protes Arzan.
"Tidak ada,...bee itu panggilan yang manis menurut ku. Aku akan memanggil mu seperti itu dan kau akan memanggil juga seperti itu." jelas Jova tidak mau di ganggu gugat.
"Baiklah,...terserah kau saja." Arzan mengalah.
Tanpa ragu lagi, Arzan menangkupkan kedua wajah istri nya, kembali meraup bibir manis itu dengan penuh cinta. Kali ini hubungan pernikahan mereka akan benar-benar serius berjalan. Sore yang indah, di saksikan dengam hamparan laut luas di bawah kolong langit berwarna jingga, dengan alunan nada dari debur ombak juga hembusan angin sebagai pengiring irama. Ke dua nya, saling mengungkapkan cinta di penghulukan oleh senja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Semangat 💪 thor
2022-02-17
1
Moeryathi
otakku traveling saking halunya membayangkan adegan jova dan arzan🤣🤣🤣🤣🤣
2021-10-14
1
💜WWH💜
akhirnya mereka saling mengakui juga 😍😍
2021-07-15
0