Meja makan yang menyebalkan, Arzan terus memandang cara makan istri nya yang sangat cepat itu. Entah apa yang sedang di pikirkan gadis itu, sejak duduk di meja makan ini Jova hanya fokus pada makanan nya.
Arzan mengeluarkan sebuah kartu, sudah tentu itu adalah kartu tanpa limit berhias berlian dan emas bahkan kartu ini hanya di keluarkan oleh negara Dubai saja. "Jangan membuat malu suami mu ini jika kau makan tidak memiliki uang. Kau bebas membelanjakan nya tapi jaga batasan mu." kata Arzan namun gadis itu tidak berniat menyentuhnya.
"Lebih baik kau memberi ku uang cash setiap minggu. Aku bukan seorang bos yang kau berikan kartu seperti itu. Aku hanya seorang mahasiswa!" Jova tetap menolak.
"Aku tidak memiliki uang cash. Pegang saja kartu ini, aku masih punya beberapa kartu untuk ku pegang sendiri." sekali lagi Arzan menyakinkan gadis itu.
"Jangan salahkan aku jika aku akan menghabiskan nya!" seru gadis itu dengan sorotan mata tajam nya.
"Bahkan, jika kau membeli jet pribadi dan beberapa kapal pesiar sekali pun. Uang yang ada di dalam nya tidak akan habis!" gumam Arzan membuat Jova langsung menelan roti nya kasar.
"Sekaya apa sih kau ini?" tanya gadis itu penasaran.
Arzan tertawa renyah. "Kenapa? apa kau mulai tertarik untuk mencintai suami mu ini? jika ku katakan kekayaan ku tidak akan habis sepanjang hidup ku atau tujuh sepuluh turunan bagaimana?" kata pria itu sombong.
"Haaaiiiisss....sombong!" seru Jova "Bagaimana jika seluruh harta mu di ambil sang maha kuasa? habislah kau, Jadi gelandangan." ejek Jova membuat Arzan kesal.
"Seharusnya, kau sebagai istri ku mendoakan pekerjaan ku lancar agar rezeki tetap lancar. Dasar, istri tengil...!" seru Arzan kesal.
"Terserah kau saja, apa yang sudah kau berikan tidak bisa kau ambil lagi ok!" ucap gadis itu senang. Jova kemudian memasukan kartu tersebut kedalam tas nya.
"Sandi nya tanggal pernikahan kita...!" seru Arzan membuat Jova terdiam. "Maaf untuk beberapa waktu yang lalu jika aku lupa memberi uang. Aku sudah mengganti uang yang kau pinjam dari supir mu." kata Arzan hanya di tanggapi senyaman oleh istri nya.
"Terimakasih. Aku pergi dulu..." ucap Jova dengan suara lembut nya. Bisa jadi ini adalah sebuah sejarah bagi Arzan, untuk pertama kali nya pria itu mendengar suara lembut sang istri.
"Terlalu manis, bisa-bisa hati ku meleleh." batin pria itu sambil memandang kepergian istri nya.
Gadis itu di antar oleh supir nya tepat di depan kampus. Sejak Jova selalu menggunakan mobil mahal dan bermerek, banyak teman-teman nya yang dulu selalu menghina nya kini berusaha akrab pada nya. Sungguh, Jova menatap miris dengan dunia pertemanan nya.
Selesai kuliah, Jova pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kota itu. Gadis itu membeli banyak bahan sembako juga pakaian anak-anak. Bahkan Jova juga membeli banyak main anak-anak perempuan dan laki-laki. Supir yang mengantar Jova merasa bingung dengan kelakuan majikan nya ini. Gadis ini aneh menurut nya, sebagai seorang istri sultan seharusnya Jova berbelanja barang-barang mahal atau sebagai nya.
Bahkan supir tersebut harus mencari mobil bak terbuka untuk mengangkut semua barang belanjaan Jova. Namun, rasa penasaran supir tersebut hilang pada saat mobil yang ia kemudi kan masuk ke dalam kawasan panti asuhan.
"Paman, bantu turunkan semua barang nya ya." pinta Jova kamudian gadis itu masuk untuk menemui ibu panti. Ya, meski pun Jova hidup sederhana namun gadis itu selalu menyisihkan sedikit uang untuk ia sumbangkan kepada panti asuhan.
Arzan, yang mendapatkan laporan dari supir Jova sangat terkejut dengan sikap gadis tengil itu. Gadis yang biasa nya selalu berkata kasar bahkan setiap sikap nya mencerminkan seorang gadis liar namun ternyata Jova memiliki sisi baik yang tidak di ketahui orang banyak.
"Hei,...kau kenapa?" tanya Aarav membuyarkan lamunan Arzan.
"Menurut mu, apa yang harus aku lakukan dengan pernikahan ini?" tanya Arzan mulai goyah.
"Kenapa, apa kau mulai tertarik dengan Jovata?" tanya Aarav.
"Entahlah, gadis ini menyimpan banyak rahasia dalam hidup nya. Selama ini kita hanya mengetahui sisi kasar diri nya saja." ujar Arzan bingung harus bersikap bagaimana.
"Menurut ku, seperti kau harus meluangkan sedikit waktu untuk bersama istri mu. Dia seperti gadis kesepian yang berusaha meramaikan suasana." tutur Aarav membuat Arzan langsung berpikir. "Ada baik nya kau berteman dulu dengan istri mu. Selisih umur kalian lumayan cukup. Enam tahun adalah selisih umur yang cukup jauh menurut ku.
"Kau benar, selama ini kami hanya di sibukan dengan ribut dan ribut terus menerus." kata Arzan membuat nafas kasar nya.
"Ada baik, kau sendiri yang menjemput istri mu. Bukankah sore ini dia ada mata kuliah?"
Arzan langsung melirik tajam ke arah Aarav, "Dari mana kau tahu jadwal istri ku?" tanya pria itu.
"Dasar bodoh...!" umapar Aarav. "Apa kau lupa jika kau sendiri yang memberi ku perintah untuk mencari tahu jadwal mata kuliah nya?"
"Aku lupa!" seru Arzan membuat Aarav jengkel. "Jam berapa dia pulang nanti?" tanya Arzan.
"Setengah empat sore." jawab Aarav.
Selesai dari panti asuhan, Jova kembali lagi ke kampus gadis itu memilih duduk seorang diri dari pada bergabung dengan teman-teman nya yang sekarang bersikap sok baik.
"Boleh aku duduk di sini?" tanya Melvin.
"Terserah kau...!" sahut Jova acuh kemudian Melvin langsung duduk di samping Jova. Sebenarnya Jova sendiri tidak terlalu suka dengan Melvin yang menurut sangat lembek.
"Jova, siapa pria kemarin? apa dia kakak mu?" tanya Melvin penasaran.
"Ya,...dia kakak ku...!" jawab gadis itu sembarang.
"Apa dia marah dengan mu kemarin? seperti nya kakak mu sangat marah pada mu?" pria itu banyak tanya hingga membuat Jova mulai kesal di buat nya.
Jova menarik nafas dalam, memejamkan mata nya sejenak. "Aku ingin belajar, bisakah kau diam Melvin?"
"Hmmm,...mari kita belajar bersama-sama!" ujar pria itu.
Satu jam mata kuliah akhirnya selesai juga. Bergegas Jova mengemasi semua buku nya, kemudian gadis itu keluar dari ruangan kelas. Melvin mengejar gadis itu, "Apa kau punya waktu sore ini...? bisakah kita pergi sebentar?" tanya Melvin membuat Jova memutar bola mata malas.
"Melvin, aku lelah. Aku harus segera pulang jika tidak kakak ku akan menghukum ku lagi..." ujar Jova kemudian berlalu begitu saja.
Dari jarak jauh, Arzan menatap tidak suka Pada Melvin yang terus mendekati istri nya. Memang hal wajar jika mereka berteman, namun tetap saja Arzan tidak menyukai hal itu.
"Kau menjemput ku?" tanya Jova sekedar basa basi.
"Ya,..mari kita pulang. Hujan akan segera turun." ujar Arzan kemudian mereka bergegas masuk ke dalam mobil.
Melvin juga memandang Jova dari jarak jauh, "Di jemput kakak nya ternyata!" gumam pria itu merasa kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Arzan very good 🤩😘😘
2022-02-17
0
Poyo Nugroho
ziippp
2021-11-22
0
Sisca Wilujeng
kakak ketemu besar....
2021-11-22
0