"Aku tidak terima bu, lihat gadis udik itu, dia turun dari mobil mewah dan juga mahal." tunjuk Mika pada saat Jova turun dari mobil Arzan.
"Iya, kenapa Shia sangat beruntung seperti ini?" Rose mengepalkan ke dua tangan nya. "Ternyata selama ini dia hidup enak setelah kematian ayah nya itu."
"Bu...ibu,...aku ingin pria yang sekarang bersama Jova harus menjadi milik ku." rengek gadis yang tidak tahu diri itu.
"Kau tenang saja, ibu akan mencari tahu siapa pria itu. Sebaiknya kita pulang sekarang." ujar Rose membuat hati anak nya senang.
Sedangkan Jova, gadis itu terus menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini. Sejak kenal dan menikah dengan Arzan dua bulan yang lalu, banyak orang penasaran dengan hubungan mereka. Jova hanya duduk diam di ruang kelas, gadis itu seperti sedang malas untuk melakukan hal apa pun.
"Kau di antar kakak mu lagi Jova?" tanya Melvin yang tiba-tiba duduk di samping nya. "Jika kau terus di antar kakak mu, bagaimana aku akan mengajak mu keluar."
Jova memutar bola mata nya malas, "Aku tidak tertarik pergi dengan mu!" ujar Jova.
Di kampus, hanya Melvin yang menganggap jika Arzan adalah kakak Jova. Pria itu cukup bodoh akan latar belakang Jova yang sebenarnya. Teman-teman Jova yang lain tahu jika Jova sebenarnya adalah anak Yatim piatu yang sangat miskin.
"Sebaiknya kau cari tempat duduk yang lain saja. Hari ini aku ingin duduk sendiri." usir Jova. membuat Melvin sedih.
"Tapi nanti kau akan kesepian." kata pria culun itu.
"Aku atau kau yang pindah?" Jova mengeraskan suara nya.
"Biar aku saja." ujar Melvin bergegas pindah ke kursi belakang Jova.
Di lain tempat,mata Rose terbelalak lebar begitu juga dengan Mika anak nya. Mereka syok dengan status pria yang saat ini sedang bersama Jovata. Pria yang memiliki sebuah perusahaan besar dengan cabang di mana-mana bahkan di luar negeri juga ada.
"Ibu, aku ingin pria ini. Kenapa aku harus kalah dengan Jovata?" Mika terus merengek pada ibu nya.
"Kau akan pindah di kampus yang sama dengan Shia." Rose berkata dengan mata jelalatan. Mika senang, gadis itu tidak terlalu cantik namun gaya dan fashion nya tidak mau ketinggalan zaman.
Tinggi, di sebuah gedung yang menjulang tinggi. Seorang pria sedang memandang selembar foto yang baru saja di berikan oleh anak buah nya. "Siapa gadis ini?" tanya Alex cukup penasaran.
"Gadis ini bernama Jovata Lateshia, dia adalah gadis yang hampir setiap hari di antar ke kampus oleh Arzan." jawab Doris tangan kanan Alex.
"Apa hubungan mereka?" tanya Alex semakin penasaran.
"Aku tidak tahu, tapi Arzan kerap kali menghabiskan waktu bersama gadis ini. Aku rasa gadis ini adalah titik lemah Arzan." kata Doris membuat seringai licik muncul dari wajah Alex.
"Cari tahu....!" perintah Alex langsung di iyakan oleh Doris.
"Malam ini ada transaksi di muara, apa kau ingin ikut?" tanya Doris.
"Kau pastikan saja transaksi kali ini tidak terdengar oleh telinga Arzan. Bajingan itu selalu merusak semua rencana ku." ujar Alex geram.
"Hmmm...baiklah." kata Doris kemudian keluar dari ruangan Alex.
Alex kembali memandang selembar foto Jovata. Rasa nya ada hal yang hilang tiba-tiba muncul di benak Alex. "Kenapa aku merasa kau tidak asing untuk ku?" pria itu berpikir keras untuk mengingat sesuatu. Namun Alex tidak bisa mengingat apa pun.
Pukul empat sore, seperti biasa Arzan menjemput Jova. Lagi-lagi Melvin harus menelan kegalaun karena tidak bisa mengajak Jova pergi. "Apa kau lapar?" tanya Arzan pada istri nya.
"Hmmm,...belajar seharian membuat otak ku kelaparan." ujar gadis itu sambil memegang perut nya.
"Itu karena perut mu kau taruh di otak sedangkan otak mu kau taruh di perut." sahut Arzan membuat gadis itu mengerucutkan bibir nya.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil, Jova sedang menimbang-nimbang kemana diri nya akan makan. "Kita makan di cafe ujung sana saja. Makanan nya enak kok." ujar Jova langsung di iyakan oleh suami nya.
Setiba nya di cafe, Jova dan Arzan langsung memesan makanan. Gadis itu bahkan banyak memesan menu, Arzan tidak heran akan hal itu karena istri nya itu sangat suka makan.
"Oh,...hii...Jova, apa kabar?" sapa suara yang membuat selera makan Jova langsung hilang.
"Seperti yang di lihat, aku baik-baik saja." jawab nya malas. "Kenapa kalian ada di sini?" tanya Jova penasaran. Karena selama ini ibu tiri dan saudara tiri nya itu tidak pernah pergi ke mana-mana.
"Kau dan Mika akan belajar di kampus yang sama. Ibu harap kau mau membimbing saudara mu ini nanti." Rose berkata dengan penuh kelembutan. "Owh,...siapa teman mu ini? kenapa tidak mengenalkan nya kepada kami?"
Arzan dengan sengaja bangkit dari duduk nya, "Nama ku Arzan" ujar Arzan memperkenalkan diri.
"Perkenalkan ini anak ku Mika, dia saudara Shia." bukan nya memperkenalkan diri nya, Rose malah memperkenalkan Mika pada Arzan. Sudah tentu Mika langsung salah tingkah.
"Shia....?" Arzan bingung.
"Owh,...aku selalu memanggil Jovata ini dengan nama ujung nya, Jovata Leteshia." Rose memperjelas.
Jovata memutar bola mata nya jengah, gadis ini sudah tahu tabiat apa yang akan di lakukan oleh ibu dan anak ini.
"Bisa kah kita makan di meja yang sama?" Rose bertanya pada Arzan. Arzan langsung melirik wajah istri nya yang terus membuang pandangan.
"Tentu saja boleh bibi. Kau adalah ibu Jova." Arzan mempersilahkan hingga membuat Jova kesel.
Sepanjang makan, Jova hanya diam dengan wajah cemberut. Sedangkan Arzan dan Rose juga Mika saling mengobrol. Arzan dengan sengaja membuat Jova marah, gadis ini sedang cemburu sekarang.
Selesai makan, Jova dan Arzan langsung pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan Jova tak sekalian pun mengeluarkan suara apalagi candaan nya. Ekspresi wajah gadis ini datar, membuat Arzan mulai merasa takut akan diam istri nya.
Jova membanting keras pintu kamar nya hingga membuat Arzan dan beberapa pelayan di mansion terkejut. Cukup bagi Arzan untuk mengelus dada karena terkejut.
Arzan berniat untuk masuk ke kamar istrinya, namun sebuah notifikasi pesan langsung menghentikan langkah nya. Arzan bergegas pergi ke kamar nya, berganti pakaian kemudian pergi ke ruang rahasia yang belum di ketahui oleh istri nya.
"Di mana kalian mendapatkan dia?" tanya Arzan.
"Di perusahaan anda sendiri tuan. Dia menyamar sebagai karyawan baru." jawab salah satu anak buah Arzan.
"Owh,...!" gumam Arzan kemudian pria itu menghampiri pria yang sudah babak belur itu. "Katakan, siapa yang mengirim mu?" tanya Arzan namun pria itu masih setia dengan diam nya.
"Dia tidak akan mengatakan apa pun tuan."
"Katakan, siapa yang mengirim mu?" sekali lagi Arzan bertanya dengan sorot mata tajam. Pria itu juga masih sama, setia dengan diam nya.
Jiwa membunuh Arzan langsung keluar, pria itu tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah pisau belati dengan kilatan yang sangat tajam. Tanpa ragu, Arzan menyanyat bibir pria itu hingga membuat nya menjerit kesakitan.
"Lepas pakaian nya!" perintah Arzan langsung di laksanakan oleh anak buah nya.
Arzan tersenyum aneh, pria itu sudah tahu siapa yang mengirim pria itu. Karena setiap kelompok akan memiliki lambang sendiri di tubuh mereka. "Kenapa Alex terus bersikap ceroboh seperti ini? dasar, bodoh!" kata Arzan dengan tawa renyah nya. "Bersihkan, lalu kirim pada tuan yang mengirim nya." perintah Arzan pada anak buah nya. Sebelum pergi, Arzan terlebih dahulu mengoyak kuku jari tengah pria yang sudah tak berdaya itu.kenapa begitu? karena Arzan ingin musuh nya tahu jika ada anak buah musuh yang tertangkap oleh nya dengan kuku jari tengah yang hilang berarti dia sendiri yang telah menghabisi nya. Namun, jika jari telunjuk yang hilang, itu berarti anak buah Arzan yang telah menghabisi nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Waduh sadis banget si Arzan ngeri aq deh thor
2022-02-17
0
Rodiatun Atun
SADIS SEPERTI LUCIFER
2021-08-25
1
endang sari
ayo arzan singkirkan ibu dan anak genit itu
2021-08-23
0