"Masih ingat kuliah?" tanya Arzan ketika pria itu melihat Jova menenteng tas nya.
"Aku tidak ingin mati sia-sia di rumah mu ini. Lebih baik aku pergi kuliah saja." sahut Jova lalu memakan roti nya.
"Berangkat bersama ku....!" ujar Arzan kemudian menarik tangan gadis itu karena sebenarnya pria itu sudah kesiangan.
"Arzan,...aku belum minum susu ku...!" protes Jova dengan sepotong roti nya.
"Susu mu ada, kenapa kau harus minum susu lagi? apa kau ingin membuat kolam susu di tubuh mu...!" pria itu masih sempat-sempat nya mengeluarkan candaan yang membuat Jova langsung menyilangkan ke dua tangan nya ke bagian dada.
"Dasar mesum...!" umpat Jova sambil membuka pintu mobil.
Arzan menahan tawa nya, rasa nya senang sekali bisa mengerjai gadis ini setiap waktu. "Kau tenang saja, aku tidak tertarik dengan mu. Semua nya terlihat kecil...!" ejek Arzan membuat Jova semakin geram.
"Otak mesum, seharus nya kau tinggal di hutan bersama dengan Tarzan yang lain nya...!" kata Jova tak mau kalah.
Mobil melaju melintasi jalan sepi, sebenarnya jalanan itu masih masuk dalam wilayah kekuasaan Arzan. Sepanjang perjalanan, Jova hanya melamun. Arzan mulai bingung dengan sikap diam istri nya. "Kau kenapa? apa kau sakit?" tanya Arzan penasaran.
Gadis itu menghembuskan nafas pelan, memejamkan mata nya sejenak. "Aku sangat membenci ayah. Sejak ayah menikah aku hidup sebatang kara. Tapi, aku sangat penasaran siapa yang sudah menembak mati ayah ku? apakah pelaku nya sudah di tangkap oleh polisi?" tanya Jova membuat detak jantung Arzan tak berarturan.
Pertanyaan seperti ini lah yang terkadang di takutkan oleh Arzan. "Entahlah,...aku tidak tahu juga. Polisi tidak ada menghubungi ku!" bohong Arzan membuat gadis itu semakin sedih.
"Siapa yang menambak tadi malam Arzan?" tanya Jova teringat.
"A-anu,...pemburu yang salah sasaran!" bohong Arzan membuat Jova percaya begitu saja karena mansion Arzan memang di keliling oleh hutan pinus.
Setiba nya di kampus, Jova langsung turun begitu saja. Hanya sekedar mengucapkan pamit seperti biasa nya agar lelaki itu senang. Setelah melihat Jova mulai masuk area kampus, pria itu kembali melanjutkan perjalanannya.
"Jovataaaaa.....kemana saja kau?" Tanya Viana teman satu kelas nya.
"Ayah ku meninggal...!" jawab gadis itu jujur.
Viana menutup mulut nya tidak percaya. "Apa kau sedang bercanda?" tanya Viana.
"Apa wajah ku terlihat sedang bercanda?" tanya Jova balik.
Viana langsung memeluk Jova, "Aku turut berduka cita. Sebagai teman yang baik, aku akan mentraktir mu makan di restoran berbintang agar kau tidak sedih lagi."
"Hmmm...terserah kau saja!" seru Jovata tidak bersemangat.
Benar saja, menjelang makan siang Jova dan Viana pergi ke restoran yang di janjikan oleh Viana sebelum nya. Dasar Jova yang sangat suka gratisan bahkan Viana sendiri membebaskan teman nya itu untuk pesan apa pun yang Jova ingin kan.
"Terimakasih Anna, sering lah seperti ini." kata Jova membuat ke dua gadis itu tertawa bersama.
"Heii ....aku kan memang suka mentraktir mu." sahut Anna.
Untung saja setelah ini mereka tidak ada mata kuliah lagi, membuat Jova dan Anna bisa berlama-lama berada di restoran tersebut. Namun, mata Jova mulai sakit ketika melihat Arzan masuk dengan menggandeng tangan seorang wanita yang kelihatan nya seumur dengan Arzan sendiri.
Pada saat itu, Arzan tidak mengetahui keberadaan istri nya. Tiba-tiba hati Jova merasa nyeri, meski mereka suami istri di atas kertas tapi Jova sangat tidak ingin di dua kan.
Selesai makan siang, Jova memutuskan untuk pulang ke mansion dengan di jemput oleh supir pribadi nya. Gadis itu langsung masuk ke dalam kamar, menonton drama kesukaan nya untuk membuang rasa jenuh.
Pukul delapan malam, Arzan pulang. "Di mana istri ku?" tanya Arzan pada kepala pelayan.
"Sejak pulang kuliah hingga sekarang, nona Jova tidak keluar kamar. Bahkan nona sudah melewatkan makan malam nya." jawab kepala pelayan dengan sopan.
Arzan melepas jas nya, melonggarkan dasi yang sedikit mencekik leher pria itu. Tanpa mengetuk pintu atau mengucap apa pun, Arzan masuk begitu saja ke kamar Jova yang tidak di kunci. Jova yang terkejut langsung melempar kan bantal ke arah Arzan.
"Kenapa kau melempar ku dengan bantal?" tanya Arzan dengan nada tinggi.
Jova tertawa keras, "Untung saja malam ini aku hanya melempar mu dengan bantal. Jika kau ulangi lagi perbuatan mu yang tidak sopan ini akan ku pasti kan aku akan melempar mu dengan palu atau batu!" sahut Jova tanpa meminta maaf.
Arzan menarik nafas dalam, kali ini lelaki itu mengalah. Menghadapi sikap keras kepala Jova membuat Arzan harus bersikap jauh lebih sabar lagi. "Ayo makan malam, katanya kau belum makan malam." ajak Arzan lembut.
"Kau saja yang makan, aku sudah kenyang!"tolak keras gadis itu.
"Jika ku bilang makan ya makan, apa telinga mu tidak dengar...?" habis sudah kesabaran Arzan. "Aku tidak ingin mansion ku penuh dengan hantu mu jika kau mati kelaparan nanti."
Jova tertawa sejadi nya kemudian menunjuk tempat sampah yang menggunung itu. "Aku sudah memakan mereka semua, jadi aku kenyang. Bisakah kau keluar dari kamar ku?" kata Jova membuat Arzan mati ucap.
Dengan perasaan yang kesal Arzan keluar dari kamar istri nya. Membanting pintu sekeras mungkin untuk membuang rasa kesal nya. Arzan hanya mengganti pakaian nya, pria itu kemudian pergi entah kemana.
Di sini lah Arzan sekarang, bersama dengan Aarave memantau hilir mudik kapal di muara sungai. Beberapa anak buah nya sudah berada di tempat masing-masing. "Apa Alex akan turun langsung malam ini?" tanya Arzan.
"Ku dengar begitu, tapi ku rasa tidak!" sahut Aarav.
"Kenapa?" tanya Arzan dengan pandangan mata yang terus mengintai.
"Malam ini hanya sekitar sembilan ratus senjata api, Alex tidak akan turun tangan dengan barang yang sedikit." kata Aarav menjelaskan.
"Kita tunggu lima menit lagi, jika Alex tidak datang. Berikan mereka perintah!"
Aarav mengangguk paham, ke dua pria itu terus mengintai sambil mengacungkan senjata api mereka sebagai jaga-jaga. Sudah lima menit, Alex tidak juga datang dan pada akhirnya Aarav menambak senjata nya ke arah kapal yang bersandar di pelabuhan itu. Semua orang mulai keluar, anak buah Alex yang tidak siap banyak yang terkena peluru dari anak buah Arzan. Tak butuh waktu lama, semua barang bisa di kuasai oleh Arzan dan kelompok nya.
Arzan kemudian pulang, pria itu tidak ingin membuat Jovata curiga karena hampir setiap malam Arzan pergi dari mansion. Arzan membuka pintu kamar istri nya, mendapati gadis itu tertidur dengan sangat pulas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Rini Antika
Aku mampir lg kak, bacanya nyicil, smg berkenan mampir jg ke karyaku, 🙏
2022-08-07
0
🍾⃝ ᴋɪͩᴍᷞ sͧᴇᷡᴏͣᴋ ʙɪɴ🌟🌟
Kenapa gk larva aja sekalian🤣🤣
2021-12-05
0
Anonymous
mengulang membacanya 😘
2021-09-07
1