Pria itu masuk ke dalam mansion tanpa menegur Jova membuat gadis itu merasa bingung di buat nya. Jova yang acuh lebih memilih masuk ke dalam kamar nya. Arzan melirik tajam pada pintu kamar yang baru saja tertutup itu. Pria itu marah, marah setiap kali Jova membahas pernikahan mereka yang tanpa cinta ini.
Arzan melepas jas nya, menghempaskan tubuh nya di atas tempat tidur. "Kenapa aku selalu benci jika dia membahas pernikahan kami? kenapa dengan aku ini?" tanya Arzan pada diri nya sendiri.
Tanpa sadar, Arzan terlelap begitu saja karena kelelahan. Namun, baru saja rasanya memejamkan mata namun telinga Arzan merasa sangat berisik di telinga nya.
"Arzan buka pintu......Arzan kau ini mati atau hidup? Arzan.....kenapa diam saja? Tarzan...........!" teriakan terakhir membuat Arzan membuka pintu kamar nya.
"Hmm...ada apa?" tanya Arzan sambil menguap.
"Kemana telinga mu? apa kau tahu suara ku hampir habis? dasar tuli...!" gadis itu terlihat kesel sekarang.
"Kenapa? ada apa? kau sangat mengganggu tidur ku!" Arzan berkata sambil menyandarkan tubuh nya di dinding.
"Ayo makan malam...." ajak Jova membuat Arzan melotot.
Arzan mengusap wajah nya kasar, "Kau kan bisa makan sendiri. Kenapa harus mengganggu tidur ku?" pria itu berkata dengan geram.
"Aku tidak mau makan sendiri. Rasa nya sepi...!" gumam gadis itu.
"Kau bukan anak kecil lagi Jovata Lateshia....!"
"Ya sudah, jika kau tidak mau makan malam. Biar aku mengajak semua anak buah mu makan bersama ku." ujar Jova hendak berlalu pergi. Namun dengan cepat tangan pria itu menghentikan langkah istri nya. "Berani kau melakukan nya, akan ku bunuh mereka!" ancam Arzan dengan sorot mata tajam nya. Bahkan secara tidak sengaja Arzan mencengkram pergelangan tangan istri nya.
Jova yang melihat mata merah suami nya langsung mundur kebelakang takut. Entah kenapa sorot mata itu membuat hati Jova ketakutan. Arzan sadar, pria lalu berkata. "Jova, maafkan aku....aku hanya.....!"
"Aku kenyang, aku akan kembali ke kamar ku." gadis itu memotong ucapan suami nya dengan wajah gugup. Jova langsung berlari menuruni anak tangga, Arzan langsung mengejar nya namun Jova sudah terlebih dahulu mengunci kamar nya. Gadis itu masih ketakutan, ekspresi wajah Arzan tadi bagai seorang pembunuh yang menemukan mangsa nya.
Arzan hendak mengetuk pintu, namun di urungkan nya ketika salah satu pelayan mengatakan ada Aarav datang ke mansion. "Kenapa wajah mu?" tanya Aarav penasaran.
"Aku tidak sengaja menakuti Jova. Ku rasa sekarang dia sedang berpikiran yang tidak-tidak tentang ku." jawab Arzan membuat Aarav mengerutkan kening nya. "Kenapa kau ke sini?" tanya Arzan.
"Jangan bicara disini, nanti istri mu dengar." ujar Aarav kemudian mereka berjalan menuju arah belakang mansion.
Jova yang sejak tadi menguping merasa penasaran dengan Arzan dan Aarav. Gadis itu keluar kamar dan melihat punggung ke dua pria itu menghilang di balik tembok. Dengan perasaan ragu, Jova mengikuti ke dua manusia itu. Ternyata, mansion ini cukup luas dan Jova sendiri belum pernah mengelilingi nya.
Pada akhirnya, Jova melihat jika suami nya dan Aarav membuka sebuah pintu besi yang berukuran tidak terlalu tebal. Mereka masuk ke dalam lalu pintu itu tertutup kembali.
"Kemana mereka? ada apa di sana?" batin gadis itu bertanya dengan debar di dada nya.
Jova, gadis itu memberanikan diri untuk lebih dekat dengan pintu tersebut. Di dorong rasa penasaran gadis itu mencoba membuka pintu tersebut namun sayang pintu itu memiliki kode akses rahasia.
"Apa yang sedang nona lakukan di sini?" tanya suara yang membuat Jova terkejut.Wajah gadis itu langsung menegang karena takut.
"A-aku,...aku melihat suami ku masuk ke dalam sini. Tempat apa ini?" tanya Jova polos.
Penjaga itu langsung merubah ekspresi nya bingung, tidak mungkin diri nya berkata jujur ruangan yang ada di dalam nya. "Maaf nona, saya juga tidak tahu. Sebaiknya nona kembali saja." penjaga itu menjawab dengan wajah memohon nya. Tak mau ada keributan, Jova langsung balik kanan masuk ke dalam mansion. Rasa penasaran gadis itu membuat dia berpikir keras malam ini.
Sedangkan Arzan dan Aarav, mereka berdua sudah pergi ke luar melalui jalan rahasia yang bisa menembus ke jalan raya di luar sana. Ke dua pria itu pergi dengan membawa beberapa senjata, menyusuri jalanan sepi dan gelap menuju perbukitan yang ternyata membuat Arzan sangat terkejut.
"Kau yakin mereka akan bertransaksi di sini?" tanya Arzan menyakinkan Aarav.
"Aku yakin,...!" Aarav menjawab dengan tegas. "Ada apa?" tanya Aarav penasaran.
"Jova pernah membawa ku ke bukit ini. Dia sangat senang pergi ke tempat ini. Kenapa harus di kotori dengan pekerjaan menjijikkan seperti ini." Arzan geram dan marah sekarang.
Ya, Aarav mendapatkan informasi jika malam ini Alex akan melakukan transaksi jual beli organ manusia secara ilegal. Tak main-main, jumlah organ yang begitu banyak di tambah lagi dengan beberapa Dokter yang tertarik dengan pekerjaan haram itu.
"Dari mana Alex mendapatkan semua organ itu?" tanya Arzan penasaran.
"Aku sudah mencari tahu semua informasi nya. Kita harus membongkar kebejatan salah satu rumah sakit swasta yang ada di negara ini." ujar Aarav penuh semangat.
Arzan dan Aarav memarkir mobil mereka cukup jauh dari lokasi, berhubung Aarav bilang di titik terendah, Arzan yang pernah datang ke bukit ini tahu di mana tempat itu. "Apa kau tahu titik terendah itu?" tanya Aarav.
"Jova pernah memberitahu ku, kata nya ada di bukit sebelah sana." ujar Arzan.
Bukit yang di maksud itu adalah bukit dengan tengah nya bolong membentuk seperti kawah namun tidak ada air di sana. pada akhirnya, Arzan dan Aarav bisa melihat dengan jelas beberapa orang sedang menunggu orang lain nya. Ternyata, pembeli itu datang dari arah berlawanan dengan Arzan.
"Siapa mereka?" tanya Aarav mencoba mengenali.
"Siapa pun mereka, itu tidak penting. Sekarang....!" ujar Arzan kemudian ke dua pria itu langsung keluar dari persembunyian nya. Arzan dan Aarav langsung melakukan tugas mereka masing-masing.
Suara tembakan menggema di udara, mengahantam tubuh musuh hingga dari mereka sudah jatuh tergeletak. Di sana tidak ada Alex, pria itu akan muncul jika transaksi hanya berskala kecil. Namun, bagi Arzan dan Aarav transaksi organ dalam sudah termasuk merampas paksa hak asasi seorang manusia.
Arzan dan Aarav, tidak membunuh mereka. Peluru mereka hanya membuat pingsan saja. Hanya delapan orang yang melakukan transaksi, sangat gampang bagi Arzan dan Aarav untuk membereskan nya. Dua Dokter, sengaja tidak di tembak dan di biarkan sadar. Arzan dan Aarav, mengacungkan senjata ke arah mereka.
"Bawa apa yang kalian bawa, lalu laporkan diri kalian sendiri ke polisi atau aku akan menghabisi keluarga kalian." perintah Arzan membuat ke dua Dokter tersebut langsung ketakutan.
"Jangan ganggu keluarga kami tuan. Kami akan menuruti semua perintah tuan." salah satu Dokter berkata dengan wajah pucat. Sudah biasa melakukan transaksi jual organ tubuh manusia, baru kali ini mereka gagal bahkan terancam hukuman mati.
Arzan dan Aarav, membawa ke dua Dokter itu ke mobil, mengikat mereka agar tidak bisa melakukan apa pun. Sungguh miris, ketika Arzan membuka sebuah koper yang berisi bola mata, beberapa ginjal dan organ lain nya yang di kemas secara rapi agar tidak rusak.
Arzan melempar mereka ke depan kantor polisi dengan secarik kertas yang tertulis sebuah pesan untuk pihak kepolisian. Malam itu, kantor polisi di buat heboh dengan kejadian itu. Polisi langsung mendalami kasus yang cukup langka ini.
Setelah semua nya beres, Arzan dan Aarav kembali ke mansion,Aarav menginap malam ini. "Apa istri mu sudah tidur?" tanya Aarav ketika mereka melintasi kamar Jova.
"Ku rasa begitu. Pergi ke kamar mu, aku akan istirahat." ujar Arzan.
Alex yang mendengar jika usaha anak buah nya gagal langsung mengepalkan tangan nya marah. Pria itu sudah bisa menebak jika Arzan adalah pelaku utama yang sudah menggagalkan pekerjaan anak buah nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Rodiatun Atun
SAMPE PART INI SAYA AMATI AUTHOR SERING BALAS READER YANG SATU ITU.....V.....
2021-08-25
0
💜WWH💜
seremmmmmm
2021-07-08
0
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
menegangkan sekali kisahnya 🤔🤔
2021-07-01
2