Sudah hampir sore, tapi Arzan tidak bisa menemukan Jova di mana pun. Di mana gadis itu bersembunyi entah lah, Arzan tidak tahu. Aarav bahkan ikut pusing tujuh keliling untuk mencari Jova. Sudah beberapa kali menelpon mansion, namun tetap saja Jova belum pulang.
Sedangkan gadis itu, masih enggan beranjak pergi dari tepi danau meski langit mulai menampakkan warna merah keemasan. Jova terus mengumpat kala melihat lehernya yang masih merah dari pantulan cermin kecil yang di bawa nya kemana-mana.
Perutnya lapar, Jova ingat jika diri nya belum makan sejak siang. Gadis itu kemudian berdiri, melonggarkan tulang belulangnya yang kelelahan. Gadis itu mulai berjalan keluar dari area danau, mencari cafe terdekat untuk sekedar mengganjal perut nya yang lapar. Jovata tidak berniat pulang ke mansion, gadis itu masih marah dengan Arzan.
"Aku menemukan istri mu!" ujar suara dari sebrang telpon sana. "Dia sedang makan di cafe xxxx, cepat lah kemari sebelum istri mu pergi lagi." timpal nya kembali.
Tanpa basa basi lagi, Arzan memutar kemudi mobil nya dan langsung menuju cafe yang di maksud oleh Aarav tadi. Arzan membuang nafas lega kala melihat istri nya sedang makan dengan sangat lahap. Mungkin gadis itu sedang kelaparan sekarang.
Arzan tidak mau mengganggu nya, pria itu membiarkan Jova menghabiskan makanan nya. Namun, pada saat akan membayar makanan nya, ternyata Jova lupa membawa dompet nya. Gadis itu mulai gelisah, membongkar isi tas nya namun tetap saja tidak menemukan nya.
"Biar aku yang bayar!" seru Arzan langsung mengeluarkan beberapa uang cash. Bukan nya berterimakasih, Jova malah terlihat kesal dengan kehadiran suami nya. "Ayo pulang, sudah hampir malam!" ajak Arzan namun langsung di tolak oleh Jova.
"Aku, tidak akan mau pulang dengan lelaki kasar seperti mu!" ujar Jova acuh kemudian gadis itu keluar dari dalam cafe.
Belum sempat Jova melangkahkan kaki nya terlalu jauh, Arzan langsung menarik tangan gadis itu untuk masuk ke dalam mobil. "Kau memang pantas di panggil Tarzan, selain kasar sikap mu juga seperti Tarzan liar!" gadis itu mengeluarkan semua unek-unek nya sepanjang perjalanan pulang menuju mansion.
"Kau lihat ini, apa kau pikir ini tidak sakit? dasar tidak berperasaan!" teriak Jova sambil memperlihatkan bekas cengkraman di leher nya. Secara refleks Arzan menghentikan mobil nya lalu menarik leher gadis itu. "Jangan sentuh aku,....!" tepis Jova ketika tangan Arzan hendak menyentuh leher nya.
"Maaf,...maafkan aku." lirih Arzan menyesal.
Jova tidak menanggapi permintaan maaf Arzan, gadis itu hanya diam sepanjang perjalanan pulang. Bahkan ketika mobil berhenti tepat di depan mansion pun Jova tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Begitu juga dengan Arzan, pria itu melangkahkan kaki nya menuju anak tangga tanpa menoleh ke arah Jova. "Ceraikan aku....!" ucap Jova mampu menghentikan langkah pria itu. Arzan membalikan tubuh nya, menatap sorot mata Jova yang penuh dengan kebencian. "Ceraikan aku, aku sudah tidak peduli dengan wasiat ayah ku. Lagian, aku tidak pernah tahu sebab apa kau menikahi ku. Alasannya apa, aku juga tidak tahu. Kita hanya menikah berdasarkan surat wasiat. Maka ceraikan lah aku!" gadis itu bicara panjang lebar.
"Aku tidak akan menceraikan mu." Arzan berkata dengan tegas. "Aku sudah janji dengan ayah mu sebelum beliau meninggal." kata Arzan menjelaskan.
"Aku tidak peduli dengan janji kalian. Hari ini kau berbuat kasar pada ku, mana tahu jika hari selanjutnya kau tidak akan pernah ragu untuk membunuh ku. Kita adalah dua orang asing yang tidak saling mengenali satu sama lain yang di persatukan dengan sebuah ikatan pernikahan dari sebuah wasiat." lagi-lagi, gadis itu bicara panjang lebar.
"Pergi ke kamar mu, mandilah biar kau segar." perintah Arzan tanpa menanggapi perkataan istrinya. Pria itu memilih naik keatas anak tangga menuju kamar nya.
"Dasar.....Tarzan gila.......!" teriak Jova geram hingga suara gadis itu menggema di seluruh sudut ruangan. Beberapa pelayan langsung terkejut, karena baru sekarang ada orang lain yang berani mengejek nama majikan mereka.
Jova masuk ke dalam kamar nya dengan menghentakan kaki nya kesal, gadis itu langsung pergi mandi dan terus mengeluarkan umpatan nya pada Arzan. Selesai mandi, ketika Jova keluar dari kamar mandi gadis itu terkejut dengan kehadiran Arzan di kamar nya.
"Mau apa kau?" tanya Jova terkejut. Gadis itu hanya menggunakan kimono untuk menutupi tubuh polos nya dengan rambut basah yang di balut handuk kecil.
"Aku akan mengobati memar di leher mu." kata Arzan dengan santai nya.
"Tidak di perlukan. Sebaiknya kau keluar dari kamar ku!" usir gadis itu namun Arzan langsung menarik tangan istri nya hingga Jova terjatuh menghantam dada bidang suami nya.
"Duduk yang benar!" perintah Arzan sambil membuka tutup saleb nya. ke dua nya dapat merasakan hembusan nafas yang tak beraturan itu. Aroma tubuh Arzan mampu membuat Jova terdiam menikmati nya. Begitu juga dengan Arzan yang terpaku saat melihat leher jenjang milik istri nya. Bahkan pada saat menyentuh leher Jova, ada perasaan yang tidak bisa Arzan jelaskan. Tetesan air dari rambut yang basah melalui sela handuk, menambah indah pemandangan leher yang ada di depan Arzan.
"Sudah,...cepat keluar!" usir Jova menarik diri.
"Tidak bisa kah kau mengucapkan terima kasih pada ku?"
Jova tertawa mengejek suami nya sendiri, "Kenapa aku yang harus berterimakasih? bukankah ini semua perbuatan mu?"
Seketika Arzan mati ucap, pria itu berdiri seperti patung di depan Jova. "Cepat keluar sana!" sekali lagi gadis itu mengusir Arzan.
"Jika kau masih lapar, paman sudah menyiapkan makan malam tadi." kata Arzan yang kali ini suara nya terdengar santai.
"Kau saja yang makan. Kau kan Tarzan, butuh asupan untuk berpindah pohon satu ke pohon lain nya." ejek Jova namun pria itu tidak marah.
Arzan keluar dari kamar istri nya, kembali ke kamar nya sendiri dan langsung mengacak rambut nya frustasi. Bayangan leher jenjang istrinya membuat Arzan gila sekarang.
Malam semakin larut, Arzan melihat Jova sudah tidur pulas di kamar nya. Meski di kunci dari dalam oleh Jova, tapi Arzan masih bisa masuk ke dalam kamar itu. Sebelum pergi, Arzan meminta penjagaan yang ketat untuk istri nya malam ini. Pria itu kemudian melajukan motor trail milik nya menuju kawasan hutan yang sekarang Aarav sedang berada di dana.
"Apa mereka anak buah Alex?" tanya Arzan pada Aarav.
"Sepertinya bukan, kau lihat wajah nya itu. Dia masih sangat muda sekali." tunjuk Aarav. "Wajah nya seperti tidak asing!" ujar Aarav langsung membuat Arzan terkejut.
"Aku tidak menyangka, dia ternyata memiliki usaha haram seperti ini. Gagalkan transaksi nya!" perintah Arzan. Dengan menggunakan kode khusus, Aarav memberi perintah kepada anak buah mereka untuk menggagalkan transaksi yang cukup besar malam itu. y
Kali ini Arzan dan Aarav tidak keluar dari persembunyian mereka karena anak buah nya bisa mengurus dengan sangat baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Ceritanya bagus thor 😍
2022-02-17
0
Mien Mey
tarzan vs cwr bar bar bayangin lah...
2021-08-24
1
💜WWH💜
suku kalo cerita tentang mafia tapi yg kerja sama dengan polisi
2021-07-03
2