Bab 14.

Sampainya Nadia di depan pintu kelas bell langsung berbunyi karena memang Nadia tadi sedikit mepet datengnya karena terlalu lama dalam perjalanan, maklum kan tidak di antar ibu.

"Nadia sini!!" panggil Lusi teman sebangku Nadia yang melambai ke arahnya.

Nadia langsung menghampiri Lusi yang sedang duduk sendirian tanpa menjawab panggilannya.

"Huh, untung aja gak telat mepet banget ya," Nadia menaruh tasnya dan duduk di sebelah Lusi.

"Kok tumben sih kamu baru dateng! biasanya juga udah dari tadi kemana aja? jangan bilang kalo kamu bangun kesiangan?" Tanya Lusi.

"Enggak kok, aku bangun dari tadi pagi cuma tadi agak lama goes sepedanya karena sambil boncengin Kasih, ya jalan menanjak jadi agak berat," jawab Nadia.

"Wah, kamu udah gak di anter lagi sekolahnya! tumben banget di bolehin," ujar Lusi terkejut.

Nadia tersenyum tidak melanjutkan obrolannya karena pak guru sudah masuk kedalam kelas dan siap akan memberikan pelajaran sekolah hari ini, tapi saat guru masuk semua murid tidak meresponnya, karena gurunya baru.

"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak kenalkan sama saya Heru Saputra kalian bisa panggil saya Heru saja tidak apa-apa saya guru baru disini yang akan menggantikan bu Septy, oke perkenalannya kita lanjut nanti lagi ya sekarang silakan baca doa dulu!" perintah pak Heru memperkenalkan diri.

"Waalaikumsalam, Selamat pagi juga pak selamat datang dan selamat berkerja di kelas kami pak!" seru semua murid membalas menyapa.

Nadia sebagai ketua kelas sebelumnya mempimpin doa untuk kawan-kawannya dan di respon dengan baik oleh seluruh murid di dalam kelas, doa di awali dengan ucapan alhamdulilah dan di akhiri dengan ucapan salam, yang kemudian di sahuti oleh pak Heru.

Setelah membaca doa selesai pak Heru lanjut memperkenalkan dirinya di sambung dengan para murid semua di suruh memperkenalkan diri sambil maju kedepan satu persatu, lalu di lanjut dengan pembelajaran pertama yaitu bercerita karena masih dalam suasana tahun ajaran baru dan belum ada pelajaran normal jadi tugasnya hanya berbagi cerita dan pengalaman saat liburan sekolah kemarin.

*****

Sementara di depan ayah dan ibu.

Ibu sampai di warung sekitar pukul 07.15 wib, ayah baru aja sampe sekitar 30 menit yang lalu terlihat dari barang belanjaannya yang masih ada yang menggantung di motor, setelah ibu memarkir motornya ibu juga membawakan barang belanjaan ayah.

"Assalamualaikum, ayah!! " panggil ibu masuk kedalam.

"Waalaikumsalam, ehh ibu udah sampe Ja, ke sini! baru sampai atau udah dari tadi bu? " tanya ayah.

"Baru kok yah, oh iya ini sarapan dulu biar ibu yang melanjutkan kerjaan ayah," kata ibu meletakkan sarapannya di meja lalu menyediakannya untuk ayah.

"Iya bu, makasih! oh iya anak-anak udah pada berangkat sekolah emangnya? makanya ibu udah disini? " tanya ayah.

"Udah, sebelum ibu dateng kesini juga anak-anak udah pada berangkat kesekolah, lalu ibu langsung kesini deh habis nyiapin sarapan dulu, " jawab ibu sambil terus menyiapkan sarapannya.

"Loh emangnya enggak di anter sekolahnya, apa aman bu? " tanya ayah lagi mulai khawatir.

"Insya Allah aman ayah, lagian ini juga permintaannya Nadia ingin berangkat sendiri kok bareng Kasih ya! ibu bisa apa? cuma bisa doain aja semoga sampe sekolah dengan selamat, " jawab ibu lagi berlalu ke dalam untuk nyetak bakso.

"Enggak ayah khawatir aja kan mereka masih kecil-kecil takutnya terjadi sesuatu terus kita gak tahu bu! " ayah menyampaikan rasa cemas nya sambil menyantap sarapannya.

"Ada saatnya kita harus melepas mereka untuk mandiri, mereka makin besar gak mungkin kan jika sampai saat dewasa, nanti masa sekolah mau di anter terus, apa enggak kita sebagai orang tua yang repot nantinya, " ibu menjelaskan tujuannya.

Aslinya ibu juga memiliki perasaan yang sama kaya ayah yaitu "khawatir" tapi mau gimana lagi mungkin ini sudah saatnya ibu membiarkan anak-anak untuk belajar menjaga dirinya sendiri, belajar bertanggung jawab karena mereka selalu tumbuh setiap harinya, sudah pasti akan semakin besar dan semakin dewasa.

Ayah dan ibu sudah berhenti berbicara mungkin ayah sudah mulai paham dengan apa yang di maksudnya dari ucapan ibu, iya ibu ada benarnya juga membiarkan anak untuk belajar mandiri sedari dini adalah keputusan yang terbaik walau masih ada perasaan was-was tapi kita harus yakin bahwa semua akan baik-baik saja.

"Iya bener kata ibu kita harus membiasakan anak untuk bisa mandiri jangan apa-apa selalu di antar jemput juga, untung Nadia yang minta sendiri, jadi kita gak usah repot membujuknya, " ujar ayah.

Ibu hanya tersenyum merespon ayah, karena saat ini ibu sedang menyetak bakso, sudah jadi kebiasaan ibu kalo sedang bekerja lebih banyak diemnya agar cepat selesai pekerjaannya.

"Yaudah bu! ayah mau buka warung dulu ya, sambil beres-beres di depan, nanti ayah gantian bantu ibu! " kata ayah.

"Iya! " sahut ibu singkat.

Ayah pun mulai merapikan dalamnya dulu baru membuka warung, karena kalo yang di buka gerbangnya duluan takutnya nanti di kira sudah rapi dan saat ada pelanggan datang ruangan masih berantakan.

*****

Di sekolah.

Nadia masih menulis tugas yang di berikan oleh pak Heru yaitu menulis cerita saat liburan sekolah kemarin, seperti Nadia tidak mau menulis cerita, karena pengalaman cerita Nadia saat liburan kemarin tak menyenangkan pasti berbeda dengan teman-temannya yang mengisi waktu libur dengan jalan-jalan ke taman hiburan, kebun binatang dan masih banyak lagi.

Tapi tidak dengan Nadia, saat liburan kemarin memang ayah sudah berencana untuk pergi ke kota ke tempat asal dimana ibu dilahirkan tapi semua batal karena kondisi neneknya saat itu sedang tidak dalam keadaan baik, nenek sedang sakit keras karena terlalu terbawa kesedihan saat di tinggal sangat kakek.

Kakinya Nadia meninggal saat Nadia baru naik ke kelas dia, saat itu sangat kakek mengalami kecelakaan saat sedang berjalan kaki ke pasar untuk membeli sesuatu untuk hewan peliharaannya yang akan melahirkan karena kurang hati-hati dan memang mungkin sudah di tuliskan musibah itu pun terjadi, si penabrak tanggung jawab mau membawa kakek kerumah sakit dan kakek sempat tidak sadarkan diri selama satu bulan lamanya membuat seluruh anggota keluarga sangat putus asa dan sedih.

Nenek yang saat itu paling terpukul dengan kondisi kakek, dan nenek lebih sering menyiksa dirinya dengan tidak mau makan nasi sedikitpun, hanya memandangi kakek dari balik kaca, ruangan IGD saja, bersusah payah ayah dan ibu selalu membujuk nenek untuk tetap menjaga kesehatan demi sang kakek.

Tapi berapa pun usaha untuk keselamatan dan kehidupan seseorang tak ada satupun yang bisa mencegah takdir terjadi karena memang sudah di tuliskan dari sananya, setiap kali ada pertemuan pasti ada perpisahan.

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃfᴍ᭄ꦿⁱˢˢᴤᷭʜͧɜͤіͤιιᷠа ツ

❤️⃟Wᵃfᴍ᭄ꦿⁱˢˢᴤᷭʜͧɜͤіͤιιᷠа ツ

semngat up bunda

2021-06-05

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!