Sampai azdan magrib berkumandang dari masjid terdekat perasaan ibu masih belum tenang dan was-was karena belum tahu kabar dari kedua putrinya ibu pun semakin gelisah.
"Ya Allah sampai jam segini belum juga pulang Kasih! semoga saja ada di rumah sama kakaknya, tapi kalo enggak gimana? ayah cepetan pulang kek biar ibu bisa pulang juga kerumah ngecek anak-anak," gumam ibu sendirian.
Lima menit setelah azdan maghrib berkumandang, ibu melihat sosok ayah dari kejauhan membuat hati ibu lega setidaknya ibu bisa cepet-cepet pulang untuk melihat apakah Kasih ada di rumah atau tidak.
"Alhamdulilah akhirnya ayah pulang juga setelah di tunggu-tunggu," kata ibu begitu ayah sampai di depan warung.
"Assalamualaikum, kenapa Bu? kok kaya seneng banget lihat ayah pulang?" tanya ayah memarkir motornya.
"Waalaikumsalam, iya dong seneng ibu kan jadi bisa pulang nengokin anak-anak, Ibu khawatir dengan Kasih," jawab ibu bersemanggat.
"Loh yang di khawatirin Kasih doang, Nadia enggak?" tanya ayah lagi menyinggung ibu.
"Apa sih Ayah ini, mau mulai lagi uncapan Ayah nyakitin Ibu terus baru juga minta maaf dan menyesal ehh sekarang mulai lagi kaya gini kenapa sih gak pernah aku sekarang maunya ribut mulu," uncap ibu sedih dengan pertanyaan ayah.
"Siapa juga yang mau ngajak ribut, kan Ayah cuma tanya yang di khawatirin Kasih aja Nadia enggak apa salah Ayah tanya begitu?" tanya ayah lagi tanpa ragu.
"Ya iyalah, masakahnya ayah tuh bertanya seakan ibu tuh gak adil cuma Kasih aja yang di perhatiin Nadia enggak, apakah Ayah sudah tidak sepercya itu sama Ibu sampai bertanga begitu," jawab ibu walaupun sakit hati tetep membantu ayah.
"Ya maaf kalo emang salah mah, cuma tadi kan Ibu sendiri yang bilang begitu khawatir sama Kasih, lah sedangkan kan anak Ibu ada dua Nadia dan Kasih harusnya Ibu bilangnya khawatir sama anak-anak," uncap ayah meralat perkataan ibu tadi.
Ibu diem sejenak tak menanggapi uncapan ayah dalam hati ibu kembali tersayat lagi sampai kapan ibu dan ayah akan selalu selisih seperti ini bukannya dulu begitu akur dan baik-baik saja, sekarang kok masalah kecil saja bisa jadi pemicu perdebatan.
"Oh gituu cuma karena Ibu bilangnya cuma Kasih aja Nadia enggak, masalahnya Yah, kalo Nadia Ibu sudah tahu pasti ada di rumah emang jarang sekali menemani Ibu di warung semenjak kelas dua tahun lalu. Tapi ini berbeda dengan Kasih dia selalu disini dan pulang kesini, tapi dari tadi belum juga pulang apa salah ibu khawatir," kata ibu menjelaskan.
Setelah cukup lama berdebat sambil merapukan gerobaknya kini ayah mengerti maksud ibu dan segera bergantian sholat mumpung ibu masig di warung, sementara ibu masih sanggat gelisah.
Biasanya kalo sedang gelisah begini ibu akan segera ambil air wudhu dan sholat baru pikiran dan hati ibu bisa sedikit tenang, tapin sekarang ibu sedang tidak solat sedang ada tamu ngerti lah tamu wanita.
Setelah ayah selesai sholat ibu segera mencium tangan ayah dan menyiapkan makannya, lalu setelah itu ibu bersiap untuk pamit pulang kerumah.
"Ayah ini teh hanggatnya, dan ini makanannya di habisin!" kata ibu menawarkan.
"Lah kok ayah makan sendirian sini lah Ibu temenin ayah makan juga!" ajak ayah kepada ibu.
"Enggak Yah! Ibu makan di rumah aja kalo emang bener anak-anak di rumah Ibu makan bareng mereka aja, Yah," tolak ibu lembut.
"Yaudah ya Yah Ibu pamit pulang dulu, taku mereka, kelamaan nunggu mereka. Assalamualaikum!" pamit ibu.
Belum sempat ayah mengiyakan dan menjawab salamnya, ibu segera pergi melaju motornya menuju rumah untuk mengobati rasa penasaran ini.
Sepanjang jalan ibu selalu berdoa semoga saja harapannya bener kalo kedua putrinya ada di rumah, seumpama tidak ada lalu kemana ibu akan mencarinya.
*****
Sementara di rumah nampak Nadia dan Kasih tengah duduk sambil menonton tivi setelah tadi selesai belajar lima menit sebelum azdan magrib mereka merapikan buku dan alat tulisnya lalu mereka berdua bersiap untuk melaksanakan solat mahrib.
Karena Nadia yang lebih tua dari Kasih maka Nadia yang menjadi imam sedang Kasih yang menjadi makmum, karena mereka teringat pesan ayah untuk selalu malaksakan solat bersama karena berdua lebih baik daripada sendiri.
Sehabis solat magrib Kasih mengajak Nadia untuk menonton tivi melihat acara kesayangan mereka sambil menunggu waktu makan, mereka biasanya makan nanti sekitar jam setengah tujuh malam, biasanya ibu akan pulang saat jam segitu untuk menengok Nadia di rumah.
"Kak aku laper!" ujar Kasih sambil memegang perutnya.
"Mau makan! sebentar ya kakak panasin dulu sayurnya, kamu tunggu sini!" kata Nadia melihat ke arah Kasih.
Nadia bangkit dari duduknya dan menuju dapur untuk memanaskan masakan ibu tadi yang memang masih tersisah di meja dapur.
"Tapi apa enggak sebaiknya nunggu ibu dulu kak, ibu pasti pulang kan seperti biasanya?" tanya Kasih memberikan saran.
"Kamu ini gimans sih, lupa ya ibu pulang itu kalo yang di rumah itu aku sendirian, sedangkan sekarang kan ada kamu juga di rumah mana mungkin ibu pulang cepet,udah makan ada dulu yang ada!" jawab Nadia beragumen.
Saat Nadia sedang di dapur Kasih mendengar suara motor berhenti dari luar karena Kasih sedang berada di ruang depan menonton tivi, tak lama kemudian suara pintu di buka dan seirang wanita yang tak asing bagi mereka masuk rumah.
Cekrek!
"Assalamualaikum, Nadia apa Kasih di rumah, Nak?" tanya ibu begitu masuk rumah.
"Waalaikunsalam, Ibu kok sudah pulang tadi kata kakak Ibu gak akan pulang cepet kareba aku dirumah!" jawab Kasih.
Ibu yang melihat Kasih duduk di bangku drpan segera memeluknya tanpa menjawab pertanyaan Kasih tadi perasaan ibu yanf tadi was-was khawatir kini berganti menjadi kelegaan karena mengetahui kalo kedua putrinya baik-baik saja.
"Ibu!! kapan Ibu pulang terus kenapa Ibu nanggis?" tanya Nadia keluar dari dapur membawa sepiring nasi.
"Nadia sini sayang, Ibu bersyukur banget mengetahui kalian berdua baik-baik saja Ibu khawatir banget tadi lama Kasih tidak kembali kewarung," kata ibu bercerita menjawab Nadia.
"Ibu harusnya gak perlu khawatir sudah pasti Kasih sama aku, tadi Kasih ikut pulang katanya ada tugas yang harus di kerjakan," ujar Nadia menjelaskan.
"Iya Ibu maafin Kasih ya udah buat Ibu khawatir karena langsung pulang aja gak pamit dulu," uncap Kasih menyesal.
"Iya sayang gak usah minta maaf kalian berdua baik-baik saja Ibu sudah sangat senang janji ya lain kali jangan di ulangi lagi!" pesan ibu memeluk kedua putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Abu Alfin
lanjut
2021-06-18
2