Bab 7.

Setelah rasanya lelahnya hilang Nadia pun segera bersiap untuk berangkat kesekolah keduanya untuk mengejar akhiratnya, setelah ia mengunci pintu rumah dan di rasa semua aman Nadia berangkat dengan mengendarai sepeda miliknya.

Nadia mengayuh sepedanya dengan kuat tanpa henti karena jarak sekolah dari rumah lumayan jauh, sekitar 20 menit lamanya perjalanan, sepanjang perjalanan Nadia hanya pokus Saja dengan kendaraannya juga jalan yang ia lalui tanpa perduli kakinya yanf sudah pegel.

Sampainya Nadia di sekolah ia segera memarkir sepedanya di samping sekolah di tempat yang memang sudah di sediakan oleh pihak sekolah, tak lupa Nadia mengunci rodanya agar tidak ada tindak kejahatan yang tergiur saat melihat sepeda miliknya.

"Assalamualaikum, Hai Nadia baru nyampe ya!" sapa Lilis teman sebangku Nadia.

"Waalaikumsalam ehh kamu Lis! Iya nih baru aja nyampe tadi istirahat dulu di rumah cape," jawab Nadia.

"Kakak!!" panggil Kasih yang juga baru sampe di halaman sekolah.

"Ehh Kasih kamu dateng sendirian?" tanya Nadia sambil melihat-lihat mencari seseorang.

"Iya kak, aku sendirian Ibu sedang sibuk banyak pembeli hari ini di tambah ayah sudah berangkat jualan keliling kak," jawab Kasih.

Nadia hanya tersenyum merespon jawaban Kasih Nadia dan Kasih memang sekolah di tempat yang sama tapi beda kelas Kasih ada di kelas satu madrasah sedangkan Nadia di kelas 3 madrasah.

Setelah saling bertegur sapa adik dan Kakak ini saling berpisah masuk ke kelasnya masing-masing karena sebentar lagi jam pelajaran akan segera di mulai, dan bu Ustad juga akan segera masuk kelasnya.

*Sebelumnya di tempat ibu*

Setelah kepergian ayah yang ingin menjemput Nadia ibu yang terluka hatinya makan dengan perasaan sedih, kenapa ini harus selalu terjadi padanya.

Saat Ayah kembali dari menjemput Nadia ayah segera memarkir motornya di depan rukonya dan melihat Kasih sudah bersiap dengan seragam sekolahnya sedangkan ibu lagi melayani pembeli.

"Assalamualaikim!" salam ayah begitu sampai.

"Waalaikumsalam,Yah! gimana kak Nadia mau Yah di jemput pulang?" tanya Kasih menjawab salam ayah.

"Iya kok mau ayah ajak pulang, malah sekalian pulang sama temennya kok," jawab ayah sedang bersiap berganti pakaian.

Kasih nampak sedikit sedih sambil melihat ibu yang juga masih ada perasaan sakit karena berdebatan tadi.

Ibu telah selesai melayani pembeli ibu segera merapikan tempatnya kembali agar terlihat bersih dan rapih.

"Bu Kasih berangkat sekolah dulu ya!" pamit Kasih karena ibu terus saja diem.

"Ehh iya sayang mau Ibu anter gak kesekolahnya?" tanya ibu menawarkan.

"Enggak usah Bu lagian sekolahnya juga deket kok, aku gak mau Ibu cape kan tadi pagi udah anter dan nungguin Kasih sekolah, habis itu segera setelah pulang masuk bukannya istirahat malah langsung masak dan segera kemari untuk jaga warung pasti Ibu kan sanggat lelah," jawab Kasih merinci setiap kerjaan ibu sengaja di depan ayah.

Ayah yang mendengar uncapan Kasih merasa tersentuh hatinya, "Benar juga ya kata Kasih ibu pasti sanggat lelah tapi tidak ia rasakan seharusnya Ibu istirahat tapi masih rela membantu ayah di sini, ehh sampai sini bukannya di sambut malah ayah marahin egois sekali!" bathin ayah menyesal.

Setelah pamit sama ibu dan mencium punggung tangan ibu Kasih lanjut pamit dengan ayah sambil menatap ayah berharap kalo ayah dapat lulu dengan perkataannya barusan yang memang ia tunjukan untuk ayah.

Kasih pun berangkat kesekolah dengan berjalan kaki karena jarak dari warung menuju sekolah sanggatlah dekat, hanya butuh waktu 15 menit jalan kaki baru bisa sampai sekolahan.

Sekarang hanya tinggal ayah dan ibu di warung yang masih diem-diemman ibu yang masih terluka hatinya karena uncapa ayah yang tanpa tahu apa-apa seenaknya menuduh ibu, sedangkan ayah masih sibuk bersiap untuk beramgkat jualan.

"Bu! Maafin Ayah ya tadi udah bicara kasar sama Ibu," kata ayah membuka obrolan.

Ibu masih diem tak menjawab perkataan ayah karena sakit hati yang begitu dalam masih mengusik menganggu pikiran dan hati ibu, yaa! itu yang ibu rasakan.

"Bu! Ayah baru tahu tadi pas ayah tanya sendiri sama Nadia ternyata bener dia gak mau di jemput, tadi juga sebenarnya Nadia menolak ayah untuk di jemput tapi ayah paksa baru dia mau ikut pulang sama ayah," uncap ayah bercerita.

Sedang ibu masih diem tapi hatinya merasa sedikit iba juga melihat ayah yang meminta maaf merasa bersalah, hati ibu pun luluh seketika karena memang ibu tidak bisa marah sama ayah.

"Yaudah Ibu maafin tapi setelah ini Ayah harus janji sama Ibu jangan main marah dan nuduh seenaknya sebelum tahu kebenarannya!" pinta ibu akhirnya.

"Iya Bu, Ayah janji gak akan begitu lagi Ayah kedepannya akan lebih percaya Ibu apapun yang Ibu bilang!" kata ayah berjanji sambil melipat kedua tangannya.

Ibu tersenyum mendengar uncapan ayah, ibu tahu kalo uncapan yang keluar dari bibir ayah adalah benar dan ibu ingin mempercayai itu, dan ibi juga berharap kedepannya ayah akan lebih percaya dan bisa menjaga uncapannya. tidak menyakiti ibu.

Karena hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah ketekita kita sudah tidak lagi di percayai oleh pasangan sendiri, ibu lebih memilih di musuhin orang banyak dari pada di musuhin suami sendiri.

Setelah ayah dan ibu berbaikin ayah pun pamit ke ibu untuk berangkat jualan keliling manggal di setiap sekolah-sekolah karena pelangan ayah juga banyak anak-anaknya.

"Makasih ya Bu, udah mau maafin Ayah kali gitu Ayah mau berangkat jualan dulu ya, Iby gak apa-apa kan Ayah tinggal sendirian disini?" tanya ayah sekalian pamit.

"Iya Yah! ga Apa-apa kok, Ibu bisa jaga warung sendiri," jawab ibu yakin.

Mendengar jawaban ibu ayah pun merasa tenang, setelah ibu mencium punggung tangan ayah, ayah pun segera berangkat jualan dengan mengendarai motornya.

Ibu kini sendirian di warung miliknya, warung yang sudah lama ia dan ayah impikan dulu jauh sebelum hidup mereka menjadi seperti sekarang ini serba berkecukupan.

Sambil menunggu pelangan datang ibu merapikan setiap sudutnya ruangan dari sampah-sampah yang tidak terlihat, mengelap-ngelap meja dan toples kerupuk, lalu menyapy lantai ya begitu cara ibu untuk mengisi waktu luang sambil menunggu pembeli datang.

*Kembali lagi ke sekolahnya Nadia dan Kasih.

Nadia dan Kasih sedang duduk di kelasnya masing-masing sambil menunggu bell masuk berbunyi mereka membuka-buka buku pelajaran yang akan di pelajari hari ini.

Teng! Teng! Teng!

Bel masuk tanda pelajaran akan segera di mulai pun telah berbunyi para santri yang di dari di luar mulai memasuki ruangan dan duduk di bangkunya masing-masing.

...

Terpopuler

Comments

Rohani Natawigena

Rohani Natawigena

suka....thor lanjut...

2021-07-25

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!