"Nadia gimana, sudah pulang sekolah belum Ibu tidak jemput Nadia?" tanya ayah saat mau menyuap nasinya.
"Nadia tadi pesan sama Ibu tidak usah di jemput katanya mau pulang sendiri bareng temen-temennya, ya jadi Ibu gak jemput deh," jawab ibu.
"Loh kok gitu gak takut kenapa-napa Bu, kan Nadia masih kecil," ayah khawatir.
"Ya mau gimana lagi, Ayah kaya gak kenal Nadia aja kalo udah berkata yang harus di turuti kalo enggak tau sendiri adat Nadia kaya apa kalo ngambek, Ibu cuma gak mau aja tar dia jadi marah dan gak mau bicara lagi sama Ibu," kata ibu menjelaskan.
Ayah diem mendengarkan penjelasan ibu, aya juga mengerti maksud ibu dan memang sudah hafal dengan sifatnya Nadia jika keinginannta tidak di turuti dia akan ngambek dan mendiamin siapa saja yang tidak menuruti kemauannya, entah anak ini sedikit berubah dari sifatnya waktu kecil dulu.
"Ya sudah lah Yah, kita percaya aja sama Nadia lagian ini juga bukan pertama kalinya Nadia bersikap begini, udah sering kan dan alhamdulilah Nadia selalu selamet sampe rumah tanpa kurang apapun," suara ibu menyadarkan ayah dari lamunannya.
Ayah mulai tenang dan bisa menerima uncapan ibu, itu terlihat dari ayah yang mulai melahap nasinya yang sedari tadi di anggurkan saja, suap demi suap nasi mulai masuk ke mulut ayah hingga suapan terakhir ayah masih diem, ibu paham bener dengan sikap ayah ini pasti sedang memikirkan Nadia.
"Ayah mau tambah lagi nasinya?" tanya ibu.
"Gak usah lah Bu, sudah kenyang Ibu sama Kasih terusin aja makannya Ayah mau solat dulu lalu siap-siap mau berangkat jualan," jawab ayah bangun dari duduknya.
"Iya Ayah, masih mikirin Nadia ya!" tanya ibu.
"Ya namanya juga orang tua Bu, wajar lah mikirin anaknya yang masih kecil belum pulang sekolah, biarpun sudah kelas tiga juga tetep masih kecil," jawab ayah.
"Iya Ibu juga tahu Nadia masih kecil tapi mau gimana lagi, dia minta untuk tidak di jemput dan kalo karena ini Ayah berpikir Ibu tidak mikirin Nadia dan lebih ingin Nadia membeci Ibu, oke deh Ibu akan jemput Nadia sekarang tidak perduli gimana nanti Nadia bakal marah sama ibu," uncap ibu sedih karena merasa perkataan ayah menyakitkan hatinya.
Yah memang semenjak Nadia sering kali meminta ibu untuk tidak menjemputnya dan ingin pulang sendiri semenjak itulah ayah dan ibu sering berselisih pendapat dan tak jarang jika ayah dan ibu sering cekcok adu mulut, membuat Kasih sedih melihatnya.
"Iya Ayah, Ibu benar kok emang kak Nadianya yang minta untuk tidak di jemput dan Kasih jadi saksinya Kasih denger sendiri kok," kata Kasih membela ibu.
"Udah lah Kasih gak usah di jelasin juga percuma gak ngerti, dari pada di kira Ibu tidak perduli sama anak, mendingan Ibu jempur kakak dulu gak perduli habis ini kakakmu bakalan ngambek sama ibu!" kata ibu bersiap berangkat.
"Sini kunci motornya biar Ayah yang jemput Nadia, Ibu disini aja tunggu dagangan dan lanjut makannya," kata ayah meminta kunci motor ibu.
Walaupun kini keluarga ayah telah memiliki kendaraan beroda empat tapi ayah jarang mengunakannya karena tidak mau terlihat menonjol kecuali jika sedang terpepet hujan saja baru ayah mengeluarkannya, untuk sehari-harinya ayah dan ibu lebih suka mengendarai motor lebih cepat jika jalan sedang macet.
"Bu sudah yah, yang sabar yuk kita lanjut lagi makannya Ibu harus tetep sehat kan, kalo Ibu sakit siapa yang urusin kami nanti," uncap Kasih menenangkan.
Kasih yang lebih tahu penderitaan dan perasaan ibu yang sebenarnya karena Kasih lah yang selalu jadi saksi setiap tetes air mata yang ibu keluarkan untuk keluarganya yang sering tidak di hargai sedari dulu.
Walau kini ibu sudah menikmati kehidupan yang layak serba ada tanpa kekurangan lagi bukan berarti ibu sudah bahagia, terkadang orang salah menafsirkan bahwa kebahagian itu datangnya dari uang dan memiliki rumah juga mobil mewah tapi sebenarnya bukan itu yang ibu inginkan.
Mungkin dulu ibu susah hidup sering di landa dengan kata kekurangan tapi ibu dan ayah selalu saling dukung dalam suka dan duka tidak seperti sekarang ini selalu perselisihan pendapat yang terjadi membuat ibu lebih menjerit dari sebelumnya.
Ibu tersenyum di hadapan Kasih, tapi hatinya menanggis dan Kasih tahu jika ibu hanya berpura-pura karena ini bukan pertama kalinya Kasih menyaksikan adengan ini, jadi demi membuat ibu bahagia Kasih pun ikut tersenyum di hadapannya dan mereka lanjut makan siangnya saat ayah sudah pergi dengan motor ibu untuk menjemput Nadia di sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
🧸ηια•æ⃝᷍𝖒𖣤᭄ιиɑ͜͡✦
mampir ka.💪💪
2021-08-01
2
Rohani Natawigena
sabar ya bu...lanjut thor...
2021-07-24
2