Karena kecelakaan itu Cinta terpaksa harus melahirkan bayinya dalam keadaan prematur. Seluruh keluarga yang telah tiba di rumah sakit setelah Miko menghubungi mereka sangat syok karena keadaan bayi Cinta yang terlihat begitu menyedihkan di dalam ingkubator. Mereka kini berada di depan jendela kaca teransparan ruang Nicu menatap bayi itu. Aisyah menangis dalam pelukan Fatur, ia tak pernah menyangka kejadian buruk itu menimpa Cinta dan bayinya yang tak berdosa.
"Maafkan aku..." bisik Miko."Harusnya aku bisa menjagamu.... aku pria tak berguna...."
Cinta lantas menoleh padanya. Saat ini ia terbaring lemah di ruang prawatan. Ia menyentuh kepala Miko yang tertunduk di sampingnya, "Nggak, Mik.....ini bukan kesalahanmu....."
Miko menatapnya dengan mata memerah, "Aku mencintaimu...." bisiknya. "Aku sangat mencintaimu...."
Andri berpaling dan berusaha untuk tetap kuat.
"Aku berjanji mulai hari ini aku akan menjagamu dan anak kita dengan seluruh hidupku....," bisik Miko lirih.
"Aku tahu...." tangis Cinta.
Miko lantas mengecup keningnya.
"Preman bodoh! Aku minta dia mencelakai wanita itu tapi dia melakukannya tak benar!" batin Ayu geram, "Apa aku harus membunuh anak ini....? Atau aku harus membunuh ibunya saja?" Ia sudah berpikir melampaui batas. Ia menjauh dari NICU sambil terus berpikir. "Tidak-tidak....sepandai apapun aku melakukannya pasti akan ketahuan...." batinnya. Ia kian menjauh hingga hampir mendekati ruang perawatan Cinta.
"Ayu!" panggil Nindi tersenyum. Dalam pelukannya Hamzah sudah tertidur.
Ayu berbalik.
"Kelihatannya mulai hari ini kamu harus belajar berbagi seperti Ibu Aisyah."
"Maksudmu?" tanyanya tak sadar.
Alis Nindi terangkat dengan ucapan kamu dari wanita itu dan senyumannya kian melebar, "Kamu belum menengok Cinta dan Miko? Mereka semakin lengket seolah suami-istri yang sedang bersedih karena putra mereka."
Ayu geram padanya. Ia bungkam tak bisa membela diri.
Nindi kian mendekat lalu berucap, "Wanita yang tak bisa menyayangi anak kecil tak mungkin bisa menjadi seorang ibu.....sampai kiamat Allah takkan pernah menitipkan anak pada wanita macam dirimu."
Ayu tak pernah mengira wanita ini bisa melontarkan ucapan semacam ini padanya. Nindi yang selama ini selalu diam ternyata memiliki hati yang cukup buruk.
Fatur dan Aisyah masih berdiri terpaku di kaca jendela transparan raung NICU menatap Alif. Fatur terheran setelah menyadari jika hidung dan bibir Alif, putra Cinta ternyata memiliki kemiripan dengan Miko. Ia mencoba mengingat-ingat wajah putranya dan ya...bayi ini memang mirip dengannya.
"Kita temui Cinta," ucapnya.
"Tidak, aku tak tenang meninggalkan Alif sendirian di sini," jawab Aisyah sambil menyeka air matanya yang terus mengalir.
"Banyak perawat yang akan menjaga Alif di sini. Kamu juga butuh istirahat."
Fatur kemudian menarik pinggangnya menjauhi tempat itu. Ia mengernyitkan alisnya menatap Nindi dan Ayu di luar ruangan Cinta, "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyanya.
"Tidak, Pa. Cuma ngobrol tentang Cinta," jawab Nindi tersenyum.
"Ayo, kila lihat keadaan Cinta," ucap Fatur.
Setelah membuka pintu ruangan Cinta Ayu tersentak karena Miko tengah menggenggam telapak tangan Cinta dengan begitu mesra. "Mas," tegurnya
"Iya," jawab Miko santai.
"Temani aku makan siang. Kamu juga belum makan kan sejak siang tadi?" Ia sebisa mungkin untuk emnahan gejolak emosinya karena cemburu dengan sedikit mengalah pada Cinta.
"Pergilah," bisik Cinta. "Temani Ayu makan di kantin."
"Baiklah, aku tinggal."
Cinta mengangguk.
Kantin klinik:
Miko tak selera memakan makanannya. Ayu terus menatapnya hingga wanita itu kesal padanya, "Kenapa kamu harus sesedih ini karena bayi orang lain? Ayahnya saja kita tak tahu siapa?" ucapnya enteng.
"Jangan bicara sembarangan kamu! Apa kamu tak bisa sedikit saja punya rasa kasihan pada Cinta dan Alif? Mereka dalam kondisi buruk, harusnya kamu bisa juga merasakannya sebagai seorang wanita!"
"Ya, aku memang tak bisa punya anak seperti dirinya! Tapi kelakukannya denganmu tak wajar dan aku pantas untuk marah!"
"Sudahlah!" bentak Miko seraya bangkit. Orang-orang seketika manatapnya. Ia tak mood bertengkar dan meninggalkan sang istri.
Perasaan Ayu kian terluka. Ia melepas sendok di tangannya dengan kasar lalu bersandar. "Aku sudah benar-benar tersingkir...." bisiknya, "Sekarang dia jauh lebih penting dan segalanya di hadapan suami dan mertuaku..." matanya mulai berair dengan tatapan kosong membayangkan wajah Cinta.
...................
22.00 wita:
Fatur, Aisyah, dan Nindi juga Hamzah telah tiba di rumah. Mereka terpaksa harus meninggalkan rumah sakit karena Aisyah harus beristirahat, Hamzah pun sudah merasa tak nyaman hingga ia terus merajuk. Tiba-tiba Nindi meraih tangan Fatur ketika Fatur akan masuk kedalam kamarnya, "Papa tak menemaniku malam ini?"
Fatur terdiam, "Baiklah, tapi aku lihat Aisyah dulu."
Nindi tersenyum dan kembali ke dalam kamarnya.
Fatur menunggu Aisyah tertidur dahulu karena ia tak tega padanya. Nindi resah di atas pembaringan dan berharap Fatur segera memuinya. Aisyah perlahan terlelap....sang suami kemudian menyelimuti tubuhnya dan mengecup keningnya dengan lembut. Ia menutup pintu kamar itu perlahan.
"Pa!" pekik Nindi kala Fatur memasuki kamarnya. Ia segera turun dari ranjang dan memeluk pria itu dan mencium bibirnya....
"Tidur sekarang?" tanya Fatur berbisik.
"Papa tak mau melakukannya?" goda Nindi.
Seketika hasrat Fatur timbul. Ia memang sudah satu bulan ini tak melakukannya bersama istri-istrinya di karenakan pikirannya terfokus pada pekerjaannya dan kondisi Aisyah. Ia membelai kepala Nindi dan mengangkat wanita itu menuju kamar mandi...
.....................
Cinta dan Miko terus memantau keadaan Alif hingga dini hari. Rasa kantuk seolah lenyap dari keduanya sedangkan Ayu memilih tidur di sebuah hotel yang berdekatan dengan klinik itu dan Andri sudah tertidur pulas mengumpulkan tenaga untuk esok hari di kamar rawat inap Cinta.
"Alif....Alif belum mau tidur...?" bisik Cinta di telinga sang putra. "Ibu akan terus di sini sama ayah...."
Miko menguap diam-diam di belakan Cinta yang duduk pada sebuah kursi roda. Alif tiba-tiba tersenyum....
"Lihat Alif, Mik...." pinta Cinta takjub.
Miko tersenyum, "Dia mengerti dengan ucapanmu."
"Alif senang...? Alif senang Ibu dan Ayah di sini?" canda Cinta.
Alif menggeliat. Sekalipun bayi itu tak mengerti dengan ucapannya tetapi kontak secara langsung dengan Ibunya membuatnya merasa nyaman.
Cinta meraik telapak tangan Miko di pundaknya, "Kamu lelah?" tanyanya
'Tidak....samasekali tidak. Berada bersamamu dan anak kita membuatku tambah fit."
"Jika kamu ngantuk tinggalkan saja aku.. aku tak mau kamu juga sakit," pinta Cinta khawatir.
"Tidah, aku tak apa...aku akan menemanimu sampai rasa rindumu terhadap si kecil terpuaskan."
Cinta jadi tak enak hati. Jika ia harus meninggalkan Alif ia juga tak ingin melakukannya. Ia yakin Miko sudah lelah dan mengantuk, "Pergilah, paling tidak istirahat sejenak," paksanya halus.
"Tak apa. Aku akan tetap di sini."
Cinta tak punya pilihan. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya agar Miko bisa beristirahat.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments