Tangis Miko

5 tahun kemudian....

"Cinta, antar bubur ini ke kamar Miko," perintah Nindi.

Cinta ragu.

"Kenapa diam? Nih," ucapnya seraya menyodorkan semangkuk bubur beras itu.

Cinta sedikit enggan. Ia tak ingin kejadian konyol sehari yang lalu terulang kembali. Dengan jelas ia melihat seluruh tubuh Miko ketika Nindi menyuruhnya mengantarkan odol yang di minta pria itu.

"Mik!" pangilnya sambil mengetuk pintu. "Miko!"

"Masuk saja!" sela Miko ketus. "Langsung masuk Cinta!"

Cinta lalu menggeser pintu itu dengan ragu. Miko terlihat tengah fokus memasukkan benang pada lubang jarum membelakanginya di atas lantai. "Bubur mu nih. Aku taruh di mana?"

"Di mana aja, bawel!" ucapnya tanpa menatap Cinta.

Cinta kemudian menaruh bubur itu di atas meja lampu tidurnya. "Mau ku bantu?" tanyanya karena kasihan melihatnya.

Miko mendongak, "Emang bisa?"

"Jelas," timpal Cinta.

"Sini, duduk di samping ku," pinta Miko.

"Di luar yuk."

"Ngapain? Di sini aja. Kemari, duduk di sebelah ku."

Cinta terpaksa mengikuti keinginannya. Dengan teliti ia memasukkan benang kedalam lubang jarum itu dan mulai menjahit kancing baju Miko. Ia nampak sungguh-sungguh. Pria itu memandangnya tanpa berkedip. Pipi merah dan bibir tebalnya terlihat manis.

"Kamu lihat apa kemarin?" tanyanya tiba-tiba.

Cinta tersentak.

"Pasti lihat semuanya....?"

Pipi Cinta merona dan ia berpura-pura seolah tak mendengar.

Miko tertawa renyah.

"Kamu sudah punya istri, jadi jangan aneh-aneh," sela Cinta menoleh padanya.

"Istriku tak ada. Dia pasti sedang bersenang-senang bersama teman-temannya. Malah kamu yang melakukan ini.

"Coba kamu hubungi dia. Masa sudah sore begini dia belum pulang?"

"Sudah barusan, tapi dia tak mengangkat."

"Kamu harus tegas sebagai suami, jangan lembek begini," sungut Cinta kesal.

"Apa yang bisa di lakukan pria yang sulit memberi keturunan seperti diriku? Aku cacat dan tak berharga."

Hati Cinta terasa teriris. Ia merasakan sakit melihat kondisi pria ini, "Kamu tak boleh seperti ini. Ada atau tidak adanya anak dia harus tetap menghormatimu."

Miko menyentuh dan memperhatikan rok panjangnya, "Kenapa kamu selalu memakai rok lusuh ini? Kita beli yang baru? Anggap saja sebagai bonus dari gajimu."

Cinta mengedipkan mata sekali dan balik tersenyum, "Nggak usah. Ini saja sudah sangat cukup untukku."

"Jangan menolak. Sebagai sahabatmu aku juga punya kewajiban untuk menafkahimu."

Tiba-tiba Cinta tertawa, "Itu hukum dari mana?" tanyanya mengernyit. "Ada-ada saja..."

"Aku serius. Besok siang kita jalan. Kita beli semua kebutuhan mu. Ini tanda mata dariku."

"Jangan Mik, tak enak aku nya."

"Sst, jangan bicara lagi. Ikuti saja perintah ku."

...................

Senja telah nampak dan matahari hampir tenggelam. Ayu belum juga tiba di rumah. Sedikit kekhawtiran hinggap di hati Miko. Wanita itu kini sedang berada di dalam sebuah butik bersama beberapa teman wanita nya. Ia sengaja mematikan ponselnya karena tak ingin terganggu oleh panggilan dari sang suami.

"Sial! Kemana kamu!" sergah Miko kesal bukan main. Hampir saja ia membanting ponselnya.

Dengan dada yang panas ia mengambil air wudlu di keran air luar rumah dan memutuskan sholat di kamarnya. Cinta tak sengaja bertemu mata dengannya saat melintas di ruang tamu, "Ada apa?" tanya Cinta melihat raut wajahnya yang terlihat tak tenang.

"Kamu sholat?" tanyanya.

"Sudah barusan. Mau ku buatkan sesuatu?"

"Es buah, aku tunggu di kamar."

"Baiklah."

Dalam sholat nya Miko meneteskan air mata. Ia sudah tak tahan dengan semua ini. Nindi ibu tirinya nya tak peduli samasekali padanya. Ayu sang istri seolah tak menganggapnya lagi sebagai suaminya. Ayahnya saat ini berada di luar negeri mendampingi Aisyah ibu kandungnya menjalani pengobatan akibat kangker payudara yang ia derita hampir dua tahun lamanya.

Saat usai salam tangis nya pecah. Cinta terkejut melihat semua itu di ambang pintu dan langsung menghampirinya, "Mik..." bisiknya.

Miko merasa malu. Ia segera menghapus air matanya dan meminta apa yang di bawa Cinta, "Kenapa cuma sedikit es buah ini?" tanyanya berusaha tertawa.

Cinta tak tahan dan tanpa sadar ia menyentuh wajah Miko. Dengan lembut ia menyeka air mata pria itu, "Jangan begini...." bisiknya.

Miko menjamah telapak tangannya dan menciuminya.

"Maaf..." desah Cinta berusaha menarik tangannya.

Miko seketika sadar dan meminta maaf, "Aku khilaf..."

"Makanlah es mu. Aku ada di dapur jika kamu membutuhkan sesuatu," pinta Cinta dan perlahan meninggalkannya.

.............

24.00 wita:

Dengan mengendap-endap Ayu masuk kedalam rumah. Ia bersyukur karena semua orang sudah tertidur. Saat masuk kedalam kamarnya ternyata Miko tak ada di kamar itu. Ia menengok kesegala arah namun tak menemukannya.

"Kemana dia?" bisiknya.

Miko dan Cinta saat ini berada di masjid mengikuti tadarrus bersama warga di sekitar rumahnya usai isya. Perasaan kacau Miko membuat Cinta berinisiatif mengajaknya ke tempat itu agar pikirannya tak terus-menerus terkungkung dalam kekacauan.

Suara lantunan ayat suci dari mulut para jamaah sampai di telinga Ayu yang akan bersiap untuk tidur. Ia dapat mengenali suara Miko secara samar, "Apa itu Mas Miko? Jangan-jangan dia ikut radarusan? Terserahlah," ucapnya tak mau ambil pusing.

01.00 wita:

"Terimakasih...."

"Untuk apa?" tanya Cinta. Ia dan Miko kini berada di ruang tamu.

"Karena sudah mengajak ku ke masjid. Aku benar-benar kalut dan tak tahu harus apa. Sekarang masuk ke kamar mu, istiraha lah, sudah pukul satu," perintah nya halus.

Perasaan Cinta melambung tinggi. Ia tersenyum lalu mengangguk, "Baiklah, aku ke kamar dulu."

Miko menatapnya hingga ia tak nampak. Pria itu juga kembali ke kamarnya dan tersentak lega ketika menemukan Ayu sudah tertidur pulas. Ia memperhatikan tubuh wanita itu yang terlihat begitu menggoda batinnya. Rasanya tiba-tiba ia ingin melakukannya.

"Mas...." desah Ayu terkejut . Ia terbangun karena sentuhan Miko pada pipinya.

"Layani aku...." bisik Miko.

Perlahan tangan pria itu merayap hingga menyibak baju tidurnya

Ayu pasrah karena ia pun seketika menginginkan nya.

"Ibu...Ayah....terimakasih karena telah menitipkanku pada keluarga ini...." desah Cinta. Ia sangat beruntung karena Fatur mau memberikan naungan setelah ke dua orangtuanya meninggal akibat demam berdarah tiga tahun silam yang mewabah di kampungnya. Ia memeluk guling nya dan mulai terpejam.

Setelah bercinta Miko langsung membersihkan diri sedangkan Ayu memilih tidur sebelum azan subuh berkumandang.

.............

7.30 wita:

Cinta berkutat seorang diri di dapur menyiapkan sarapan. Miko menengok kedalam dapur dan mendekat. "Wih, wangi banget baunya," ujar nya di samping Cinta.

Cinta tertawa, "Mau coba?"

"Boleh."

Dengan sangat hati-hati Cinta menyuapi sup krim buatannya yang di peruntukkan untuk adik kecil Miko yang bernama Hamzah.

"Kurang garam, tambah sedikit lagi," pinta Miko.

Cinta tak meragukan pengecapan lidahnya. Ia kembali menaburkan sedikit garam.

"Coba lagi," pinta Miko.

Cinta geli dengan tingkahnya yang manja. Ia pun menyuapinya kembali sesendok sup itu.

"Gimana?"

"Sip, sudah pas."

Keduanya tak sadar Hamzah sudah sejak tadi memperhatikan di ambang pintu dengan mrngendarai sepeda mungilnya. Pria kecil itu tak mengerti apa yang di lakukan keduanya hingga terlihat begitu senang,

"Abang!" teriaknya tiba-tiba.

Ayu dan Nindi seketika menengok ke arahnya.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!