Andri menghantam berkali-kali wajah pria yang telah mencuri ponselnya. Ia menggeledah tubuh dan celana pria itu namun tak menemukan miliknya. Saat sedang sholat di mushola barusan preman itu nekat mengambil ponsel yang ia taruh di samping sajadah. Orang-orang berusaha menghentikannya namun ia sudah gelap mata, "Hentikan, Mas! Dia bisa mati!" teriak beberapa warga berusaha meraih tubuhnya.
"Di mana ponsel ku! Kamu buang di mana!"
Preman itu telah membuang ponsel itu di tempat sampah setelah Andri mengejarnya untuk menghilangkan barang bukti.
"Aku tak mengambilnya! Sumpah aku tak menu
curinya!" kilah preman itu yang sudah berlumuran darah tak berdaya.
Seorang penjaga mushola berlari ke arah kerumunan, "Dia memang yang mencurinya! Saya sudah cek rekaman cctv!"
Andri lantas berlari mencari di sekitar semak-semak yang mengitari pagar mushola.
Cinta meminta Miko untuk menepi. Ia segera turun dan berlari mencari Andri.
"Kakak!" panggil Cinta.
Andri menengok.
Cinta berlari dan langsung memeluknya.
"Cinta..."
"Kakak, aku kangen sekali," tangis Cinta.
Emosi Andri buyar seketika.
"Kakak kemana saja....kenapa tak pernah mencariku..."
Andri menyesal bukan main. "Maafkan Kakak.."
Polisi yang sudah di hubungi seorang warga meringkus preman itu dan meminta korbannya untuk ikut memberikan keterangan di kantor polisi.
"Itu dia, Pak," tunjuk pengurus mushola kearah Andri.
Polisi itu pun menghampirinya.
"Benar anda yang di curi ponsel nya?"
Andri melepaskan Cinta dan menggangguk, "Iya, Pak."
"Sekarang anda ikut ke kantor polisi untuk memberi keterangan."
"Aku ikut!" sela Cinta.
"Tak usah. Kakak akan menemuimu setelah ini. Benar kamu tinggal di rumah Tuan Fatur?"
"Iya. Sekarang aku bersama Miko dan dia ada di mobil."
"Kembali lah. Setelah ini Kakak akan menemuimu."
Andri menggandeng tangannya dan berpisah di pinggir jalan.
"Itu siapa? Apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Miko penasaran setelah Cinta memasuki mobil.
"Itu Kakak ku, ponselnya telah di curi."
Miko tak terlalu jelas melihat wajah Andri.
"Serius kamu?"
"Iya. Nanti apa boleh dia datang ke rumah?"
"Tentu saja. Tak masalah." Jawab Miko tersenyum kemudian menyalakan mesin mobilnya.
.......
............
Sesampainya pada pengobatan alternative itu Cinta mendaftarkan nama Miko pada asisten tabib yang tengah berjaga. Miko langsung di minta masuk sedangkan Cinta tetap menunggu di lobi.
Tiga puluh menit lamanya Cinta menunggu... Miko akhirnya keluar dengan membawa sebuah tas kecil berwarna coklat.
"Bagaimana?" tanya Cinta.
"Nih, aku di berikan ramuan tradisional. Katanya di minum dua kali sehari."
"Alhamdulillah, semoga ini berhasil."
Tapi Miko tak yakin. Dokter spesialis saja tak mampu mengobatinya. Apalagi hanya dengan ramuan rempah seperti ini?
"Kita pulang sekarang?" tanyanya.
"Iya, mungkin kakak ku sudah ada di rumah," jawab Cinta.
............
Andri menatap bangunan megah rumah keluarga Fatur. Ia meneliti setiap sudutnya. Ia yakin selama ini kehidupan Cinta serba terjamin di rumah ini. "Assalamualaikum!"
"Wa'alaikum salam!" jawab satpam dari dalam halaman rumah.
"Aku mencari Cinta. Apa dia ada?"
"Maaf, Mas siapa ya?"
"Aku Andri abangnya Cinta."
Senyum satpam itu kian merekah dan mempersilahkannya masuk, "Mas, sudah di tunggu dari tadi. Cinta sampai tanya sama saya tiga kali," ujarnya sambil berjalan masuk kedalam rumah.
Cinta serta-merta memeluknya saat sosoknya terlihat, "Kakak!" teriaknya.
Langkah Miko terhenti. Ia terkejut saat melihat sosok Andri. Ingatan masa lalunya saat pria itu melakukan tabrak lari terhadap ibundanya Aisyah terbayang dan masih terasa segar di ingatannya. Ia lantas menghampirinya dan mendorong tubuhnya hingga tersungkur. Cinta dan Nindi terkejut sampai Hamzah yang sedang menyusu dalam pelukan Nindi melepas dot nya.
Andri menatapnya lekat dengan mata melotot, ia masih ingat dengan wajah Miko di malam itu.
Tanpa kata Miko menyeret tubuhnya dan melemparnya keluar dari rumah itu.
"Miko kamu kenapa!" teriak Cinta
"Kamu juga!" tunjuk Miko geram padanya. Ia menjamah lengan Cinta lalu menyeretnya dan mendorongnya dengan kasar.
Andri dengan sigap memeluk Cinta.
"Enyah! Pergi dari rumahku!!!"
Andri menarik Cinta keluar dari pekarangan rumah itu. Cinta menangis histeris.
"Sebenarnya ada apa, Kak...apa yang sudah terjadi...?"
"Kakak akan cerita setelah sampai di rumah," jawab Andri.
Miko kacau. Nindi berusaha menenangkannya. Ia mengerang keras dan menjambak rambutnya. "Jangan seperti ini, adikmu jadi takut. Kendalikan emosimu..."
Miko menatap Hamzah. Anak itu menyembunyikan wajahnya pada dada Nindi karena takut. "Maaf," bisiknya.
Nindi menyentuh punggungnya dan mengusap nya beberapa kali setelah itu menuntunnya menuju sofa, "Apa yang di lakukan pria itu hingga kamu kalap seperti ini?"
"Dia yang sudah membuat mama celaka hingga koma tiga tahun lalu.."
Nindi membungkam mulutnya. Ia tak mengira jika ternyata kakak kandung Cinta yang sudah melakukan itu..
"Harusnya aku menyeretnya kedalam bui, tapi aku tak punya bukti...."
Nindi menarik nafas panjang.
"Aku ke kamar, tolong Ibu tak memberitahukan hal ini pada Papa jika dia menghubungi Ibu. Aku akan menjelaskan semuanya setelah mereka kembali," pintanya lalu bangkit.
Saat termenung di dalam kamarnya ia baru sadar jika dirinya mencintai Cinta. Hatinya terasa hampa tanpa kehadiran wanita itu. Tetapi dendamnya pada Andri jauh lebih besar hingga membuatnya juga membenci gadis itu.
.......
"Itu dia," ucap Tirta. Ia dan ketiga pengawalnya bangkit dari kursi di halaman rumah Andri
Andri menatapnya tajam seraya membuka helmnya dan turun dari motornya. "Ayo," ajaknya menggandeng tangan Cinta.
"Wah-wah-wah...kamu akhirnya pulang juga. Hampir dua jam aku menunggu!" gumam Tirta tersenyum bengis.
"Apa maumu?" tanya Andri dingin.
"Seperti yang aku inginkan, aku ingin kamu mengalihkan semua hasil tangkapan nelayan di pantai ini padaku. Atau kita bekerja sama. Untung yang kamu dapatkan aku ganti dengan untukmu enam puluh persen dan aku sisanya, bagaimana?" tawarnya enteng.
"Sudah ku bilang aku tak mau. Aku tak tertarik dengan bisnis kotor mu itu."
Tirta menatap Cinta, "Siapa dia? Manis sekali."
"Jangan macam-macam...." ancam Andri.
"Siapa dia kak?" tanya Cinta dingin.
"Adikmu?" desis Tirta, "Jaga dia baik- baik," ancamnya tersenyum kemudian enyah.
Andri menatap kepergian Tirta dengan mata penuh amarah. Ia bersumpah jika sampai pria laknat itu menyentuh seujung kuku tubuh Cinta ia takkan segan menghabisinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments