Hamzah mengayuh sepedanya mendekat. Ia turun dari sepedanya dan menarik celana panjang Miko. "Abang! Ngapain sih!!" teriaknya
"Hei," ucap Miko. Ia kemudian meraih tubuh mungil bocah itu.
Ayu penasaran dengan apa yang terjadi. Ia melepaskan majalahnya dan beranjak menuju dapur, "Ada apa sih?" tanyanya.
Cinta tersentak. Ia sedikit gugup dan kembali mengaduk bubur buatannya.
"Cinta, aku pergi dulu," ucap Miko.
"Iya, hati-hati di jalan."
Ayu sedikit curiga pada wanita ini dan suaminya, tetapi baginya tak mungkin Miko yang memiliki standar tinggi bisa terpikat pada wanita lusuh seperti Cinta...
Miko membawa Hamzah pada Nindi. Anak itu merajuk tak ingin lepas darinya.
"Nggak mau...maunya ikut sama Abang..." rengeknya.
"Tapi Abang nggak bisa bawa Adek. Ayo sama bunda," pinta Nindi berusaha menariknya.
Cinta tahu Hamzah takkan menurut pada Nindi. Ia segera mendekat dan mencoba merayunya, "Makan buburnya yuk, Kakak suapi sambil gendong. Nanti kita mancing ikan punya Papa terus kita taruh di dalam mangkuk"
Mata Hamzah membulat. Ia tertawa dan berusaha menjamah Cinta.
"Pinter adek nya Kakak..." seru Cinta seraya mencium pipi tembemnya gemas.
Miko melambaikan tangan padanya dan bergegas berangkat menuju toko furniture miliknya.
...........
Cakra, toko mebel furniture mulya 9.00 wita:
"Hati-hati menggantung lampu itu," perintah Miko ketus.
Kedua pekerjannya dengan hati-hati menggantung lampu itu pada tempat yang di inginkan sang bos.
Seluruh anak buahnya berusaha sebaik mungkin di hadapannya. Mereka tak mau kehilangan pekerjaan ini hanya karena kesalahan sepele.
"Bersihkan setiap a item dan jangan sampai ada debu menempel," perintah nya lagi pada pegawai yang lain. "Penjualan bulan ini harus sesuai target!" bisiknya.
Selama setahun ini peningkatan penjualan semakin merosot. Ia sudah melakukan berbagai upaya untuk menaikkan omset, akan tetapi samasekali tak berdampak. Miko sudah berpikir untuk menutup toko ini karena penghasilannya hampir tak bisa menutupi bayar sewa ruko.
"Bagaimana keadaan Papa dan Mama? Apa operasi nya berjalan lancar?" batinnya. Ia lantas mencoba menghubungi Fatur.
Triit! Triiit! "Halo, Pa?" sapanya.
"Hei! Tumben kamu menelepon? Bagaimana keadaan mu?" tanya Fatur senang.
"Semuanya baik. Bagaimana keadaan Mama? Apa sudah stabil?" harap Miko.
"Proses pengangkatan payudara nya berjalan lancar. Mama mu dalam masa pemulihan. Sekarang ia sedang tertidur."
"Syukur lah. Aku sangat ingin melihat wajah Mama. Kapan kira-kira kalian kembali?"
"Mungkin senin depan, bagaimana keadaan toko?"
Miko tak tega mengatakan hal sesungguhnya dalam kondisi rentan seperti ini. Ia memilih berbohong agar Fatur tak kepikiran.
"Baik, Papa tenang saja. Semuanya berjalan dengan baik."
Fatur tahu ia berbohong. Ia sudah mengetahui segalanya dari hans orang suruhannya yang bertugas sebagai sales. "Bersabarlah, semuanya pasti ada jalan.
Miko terdiam. Siapa yang sudah memberitahukan keadaan ini pada papanya?
"Papa sudah menawarkan produk kita kepada teman baik Papa yang memiliki hotel di sini. Ia tertarik dan berniat untuk membeli beberapa produk yang ada di toko kita."
"Serius, Pa?" tanya Miko tak percaya.
"Iya, setelah ini Papa sudah berniat untuk menjadikan halaman belakang rumah kita sebagai gerai. Kita tuntaskan kontrak sewa ruko tahun ini."
Miko lega. Kekacauan di pikirannya sedikit berkurang.
Sementara itu di rumah....
"Ayu!" cegat Cinta.
Ayu berbalik, "Ada apa?"
Cinta memperhatikan dandanannya, "Kamu mau pergi lagi? Kemana?"
Ayu mengernyit, ia tak paham dengan tindakan dan pertanyaan wanita ini. "Memangnya kenapa? Apa urusannya denganmu?"
"Maaf sebelumnya. Aku tak berniat untuk ikut campur. Tetapi cobalah diam di rumah. Kamu bisa melakukan banyak hal sembari menunggu kepulangan Miko."
Ayu tak percaya ini....ia tersenyum sinis menggeleng tak habis pikir, "Siapa kamu berani mengatur ku? Kamu tak sadar dirimu siapa? Jika kamu ingin menunggu Miko pulang silahkan! Aku samasekali tak keberatan. Aku tahu kamu ada hati padanya. So, lakukan apa yang kamu mau," tandasnya enteng dan berlalu.
Cinta ingin sekali mencegat langkahnya tetapi itu tak mungkin. Ia segera meraih ponselnya di atas meja kemudian mencari-cari pengobatan alternative untuk pria yang susah memiliki keturunan. Berjam-jam ia mencari dan mempelajarinya. Ia menemukan obat dan terapi khusus pada sebuah pengobatan alternative China yang berada di samping apotek yang sudah ia ketahui lokasinya.
"Busmillah....semoga ini adalah jalan bagi Miko," harapnya.
Nindi tak tahan ingin melihat sosok suaminya. Ia merasa tersiksa dan letih dalam penantian setelah berbulan-bulan tak bertemu. Sebagai istri kedua ia selalu mengalah pada Aisyah sebagai istri pertama Fatur. Perasaan tak menentu menyiksa batinnya hingga ia tak fokus menyusui Hamzah. Anak itu sudah belepotan asi tanpa ia sadari, "Ma!" pekik Hamzah kesal.
"Astaga, Sayang...." sergahnya. Ia segera mengusap wajah bocah itu menggunakan ujung jilbabnya. "Mama minta maaf. Sudah dari tadi ya?"
Hamzah tak mengerti dengan ucapannya. Anak itu hanya menatapnya dan kembali menyusu.
..............
15.00 wita cafe lusi:
Ayu terpaku menatap seorang anak kecil bersama ke dua orangtuanya di sudut cafe. Ia tak menghiraukan celotehan teman-temannya yang seolah tak menyadari keberadaannya. "Andai Miko subur...." batinnya, "dia sungguh tak berguna! Bertahan dengannya membuat hidupku sia-sia! Jika bukan karena Ibu yang memintaku bertahan aku takkan mau mempertahankan pernikahan ini!" Batinnya menangis. Matanya berkaca-kaca dan di sekanya sebelum teman-temannya melihatnya.
"Ayu! Kok diam aja sih?" hardik Nensi di seberang.
"Aku pikir Ayu tak ada? Mikirin apa sih...?" sela Ami di samping Manda.
"Nggak dapet jatah semalam...?" canda Nensi menduga. Sontak tawa mereka pecah.
Kalau saja mereka tahu betapa jantannya Miko semalam...mereka pasti juga menginginkan pria itu pikir Ayu.
.............
Miko baru ingat ia sudah berjanji pada Cinta untuk mengajaknya shopping hari ini. Ia merasa bersalah dan buru-buru menghubunginya.
"Halo Cinta. Kamu sudah bersiap? Maaf aku sampai lupa dengan janji kita," pintanya.
"Aku tak ingin pergi berbelanja. Aku ingin kita ke pengobatan alternative saja. Aku ingin kamu menjalani terapi agar bisa memiliki keturunan," pinta Cinta.
Miko terdiam. Ia merasa wanita ini sudah terlalu dalam meringsek masuk kedalam urusannya, "Kamu sungguh-sungguh?"
"Iya, Mik. Aku sudah tak sabar ingin segera ke tempat itu."
Miko mendesah kemudian mengangguk, "Baiklah jika ini keinginanmu. Aku akan segera menjemputmu."
Cinta menunggunya di teras depan. Miko tiba setelah 10 menit.
"Kamu kenapa melakukan semua ini?" tanya Miko dalam perjalanan
Cinta menatap lurus kedepan jalan raya, "Aku hanya ingin rumah tangga mu normal seperti yang di inginkan Tante Aisyah. Kasihan beliau. Kita tak tahu seberapa lama kedua orangtua kita hidup. Kamu pasti takkan kuat jika mereka meninggal sebelum apa yang diinginkan ayah dan ibumu terlaksana tepat di hadapan mata mereka."
"Lalu kenapa kamu bisa bertahan?" tanya Miko.
"Jiwaku masih sakit. Aku menyesal tak dapat membahagiakan ibu dan ayah ku....untuk itu kamu tak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang masih di berikan Allah."
Di depan terlihat kerumunan. Cinta sekilas seperti melihat sosok abangnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Nuranita
thor....knpa di setiap cerita novelmu selalu ada poligami dan perselingkuhan....apakah itu cirikhas ceritamu ya thor.....maaf yaa klo pertanyaanq agak gak enak.....jgn marah yaaaa🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
2021-06-26
1