NovelToon NovelToon
Kepincut Musuh Bebuyutan

Kepincut Musuh Bebuyutan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Kisah cinta masa kecil / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: juyuya

"Awas ya kamu! Kalau aku udah gede nanti, aku bikin kamu melongo sampai iler kamu netes!" teriak Mita.

" Hee… najisss! Ihh! Huekk" Max pura-pura muntah sambil pegang perut.

Maxwel dan Mita adalah musuh bebuyutan dari kecil sayangnya mereka tetangga depan rumah, hal itu membuat mereka sering ribut hampir tiap hari sampai Koh Tion dan Mak Leha capek melerai pertengkaran anak mereka.

Saat ini Maxwel tengah menyelesaikan studi S2 di Singapura. Sementara Mita kini telah menjadi guru di sma 01 Jati Miring, setelah hampir 15 tahun tidak pernah bertemu. Tiba-tiba mereka di pertemukan kembali.

Perlahan hal kecil dalam hidup mereka kembali bertaut, apakah mereka akan kembali menjadi musuh bebuyutan yang selalu ribut seperti masa kecil? Atau justru hidup mereka akan berisi kisah romansa dan komedi yang membawa Max dan Mita ke arah yang lebih manis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juyuya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Kembali

.

.

.

🍃

Pagi ini udara di kampung Jati Miring masih segar. Embun tipis menempel di ujung daun padi, sementara suara ayam berkokok bersahutan.

Mita berjalan santai di jalan setapak beralaskan tanah yang mulai mengering, bibirnya bersenandung lagu samlado yang tak jelas nadanya.

Di samping jalan, berdiri sebuah pohon manggis tua dengan cabang yang menjuntai rendah, dipenuhi buah hitam keunguan yang tampak ranum. Mita langsung melambatkan langkahnya, matanya berbinar.

"Waduhh… jiwa malingku meronta-ronta ini"

Kepalanya celingak-celinguk, memastikan tak ada orang. "Kalau nggak ada yang lihat, kan aman,,, lagian katanya kalau tumbuh di pinggir jalan itu halal, milik bersama. Betul kan?" ucapnya menenangkan diri, meski tangannya sudah setengah terangkat hendak meraih buah.

"BUU MITAAA!!" suara cempreng melengking memanggil dari belakang.

"E-ehhh, onyong-onyong!" Mita terperanjat, bahunya tergelitik kaget. Hampir saja tangannya menyentuh buah. Ia buru-buru menepuk-nepuk tangannya sendiri.

Pok, pok...

"Aduh, aduhh!"

Dua siswi perempuan berdiri beberapa langkah di belakangnya, menatap sang guru dengan tatapan bingung.

"Bu Mita ngapain?" tanya salah satu dari mereka, Ria, sambil mengerutkan dahi.

"Ahh anu… tadi ada lebah, tau-tau nemplok di tangan saya. Jadi… ya saya tepuk!" jawab Mita dengan senyum kaku, mencoba terlihat meyakinkan.

Jihan, temannya Ria, malah cekikikan. "Lah, kok lebah ditepuk, Bu? Yang ada nanti tangan Ibu bengkak disengat lebah. Hehehe."

Mita melongo sepersekian detik, lalu garuk-garuk kepala yang tak gatal. iya juga ya? Batinnya

Untuk menutupi rasa kikuk, ia buru-buru mengalihkan topik. "Eh, kalian tumben jalan kaki. Biasanya kan naik sepeda, kok sekarang nggak?"

Ria langsung menjawab dengan polos. "Sepeda saya bannya bocor, Bu. Jadi ya jalan kaki deh."

Jihan menimpali sambil nyengir lebar. "Kalau saya, setia kawan, Bu. Masa Ria jalan kaki sendirian, kasihan. Jadi saya juga nggak bawa sepeda."

Mita mengangguk-angguk, senyum mulai kembali merekah. "Wahhh, setia kawan banget kamu, Jihan. Bagus, bagus!"

Ketiganya pun melanjutkan perjalanan menyusuri jalan kampung. Mereka ngobrol ngalor-ngidul, mulai dari gosip sekolah sampai hal-hal receh, sambil sesekali pecah dalam tawa.

Sesampainya di sekolah, dua siswi tadi langsung masuk kelas, sementara Mita menuju ruang guru. Ia meletakkan sling bagnya di atas meja dengan santai.

"Eh, ini kan anaknya Koh Tion?" celetuk salah satu ibu guru sambil menyodorkan ponselnya.

Seketika, guru-guru lain pun ikut nimbrung penasaran.

"Waduhhh, ganteng banget!!"

"Ini Maxwell kan? Gak nyangka ya sekarang udah lulus S2."

"Bu Asri! Liat di mana tuh?" tanya seorang guru berbadan gembul dari balik mejanya.

"Di FB-nya Koh Tion, Bu" jawab Bu Asri dengan semangat.

"Aduh, mirip aktor china! Beruntung banget Koh Tion punya anak-anak cakep."

"Kalau sejalur, udah saya jodohin sama anak saya, Bu."

Gendang telinga Mita rasanya mau pecah. Mulutnya manyun tiga senti.

Hadehhh, dia lagi, dia lagi! Muak banget aku dengar namanya. Orangnya gak ada, tapi disebut terus. Kayak arwah gentayangan aja! batinnya.

Mita buru-buru duduk, berusaha fokus menyusun buku pelajaran pertama. Tapi suara ibu-ibu yang masih heboh gosip soal Maxwell terus mengiang.

Tak lama, bel berbunyi. Mita sigap mengambil buku di meja lalu keluar dari kantor.

"Hih, Maxwell, Maxwell! Ganteng lah, pinter lah... kayaknya warga kampung udah kena wabah Maxwell deh!" celetuknya sambil berjalan di koridor.

Mereka gak tau aja sifat asli lelaki itu... udah kayak jurig yang suka ganggu manusia!

"Maxwell ganteng kayak aktor Cina? Preeet! Jangan sampe dia denger, bisa makin songong dia!"

Akhirnya Mita masuk ke kelas X MIPA². Ia mencoba memasang wajah sedikit bersahabat.

Fokus, Mita. Sekarang kamu ada di sekolah! batinnya menegaskan.

Pelajaran berlangsung lancar. Sesekali Mita menulis di papan tulis sambil menjelaskan materi. Ada murid yang serius bertanya, ada juga yang usil.

"Bu Mita…" suara seorang murid laki-laki tiba-tiba memecah keheningan.

Mita menoleh. Alisnya naik sebelah. "Apa lagi, Reza?" Ia melirik nama di seragam tertulis Reza Firmansyah.

"Bu, saya boleh jujur nggak?"

Mita sedikit bingung. "Jujur masalah apa?"

Reza melangkah maju dengan wajah serius. "Sebenarnya saya lemah banget hari ini, Bu."

Mita langsung khawatir. "Lemah kenapa, Za? Kamu sakit?"

Reza mendadak nyengir, bahunya goyang-goyang.

"Enggak… saya tuh lemah kalau tiap hari lihat senyum Ibu Mita."

Sekelas langsung meledak ketawa.

"Ih, bocah edan!" Mita ikut nyengir sambil geleng-geleng kepala.

"Tuh kan! Bu Mita manisss banget!" teriak Reza setengah lebay. "Cok, tolong bawa aku ke UKS, aku pingsan nihhh!"

"Sttt! Rezaaa!" Mita melotot. "Udah, nanti kamu Ibu suruh maju ke depan gantian jelasin, mau?"

Reza malah nyaut enteng, "Mau deh, kalau itu salah satu cara biar saya makin deket sama Ibu…"

"Ya Allah, ya Robbi…" Mita menepuk jidat. Sekelas kembali pecah ketawa.

Untungnya, suasana bisa kembali lagi. Mita melanjutkan pelajaran dengan tenang.

"Ini tolong dicatat ya, soalnya nggak ada di buku," ucapnya sambil menulis di papan.

"Iyaa, Bu!" jawab murid-murid kompak.

Mita lalu kembali duduk, membuka buku paket, tangannya sesekali menggarisbawahi bagian penting. Waktu terasa cepat. Hingga akhirnya bel istirahat berbunyi, seluruh murid berdiri mengucapkan salam, dan Mita pun keluar kelas dengan napas lega.

"Bu Mita, mau ke kantor ya?" Bu fatma sedikit berlari kecil.

Mita menoleh. Aduhh, ibu itu lagi. Mau ngomong apa lagi nih? Jangan-jangan mau pamerin anaknya lagiiii

"Ehh, Bu Fatma. Kenapa, Bu?" tanya Mita dengan ramah walau dalam hati sudah ngedumel.

Tiba-tiba Bu Fatma menyodorkan ponsel ke hadapannya.

"Ini loh, Bu Mita, anak bujang saya. Masih jomblo."

Mata Mita langsung mendelik. Ya ampun, ini lagi! Mulutku udah gatel pengen julid...

"Ahahah... Bu Fatma, sebenarnya—"

"Eh, coba liat dulu Bu Mita. Anak saya ganteng kan?" potong Bu Fatma cepat.

Mita menoleh ke layar ponsel yang retaknya sedikit menyilang.

"Ahh.. iya, Bu. Bagus kok anaknya."

"Nah, makanya! Kalau ibu mau, nanti saya atur acara kencan kalian berdua."

Mita hampir terperanjat.

What? Kencan? Aduhhh gawat ini, Bu Fatma udah mulai meluncur kayak roket!

"Ah, Bu... jangan terlalu cepat lah. Saya kan belum begitu kenal sama anak Ibu. Lagian katanya anak Ibu mau ngajar di sini juga kan? Yasudah, tunggu aja dulu," ucap Mita mencoba meyakinkan sambil pasang senyum tipis.

"Iya juga ya... aduh, kayaknya Bu Mita juga udah naksir sama anak saya nih," goda Bu Fatma.

Edeh, egeee aku tuh begini karena gamau ketemu sama anakmu, Bu! batinnya sambil nyengir kaku.

Setelah masa menegangkan itu usai, Mita kembali ke ruang guru bersama Bu Fatma. Buku paket ia letakkan di atas meja, lalu sambil menyelesaikan tugas yang sempat terbengkalai, mulutnya sesekali menyedot es teh manis untuk mengisi tenaga.

Waktu terus berjalan, sementara SMA 01 Jati Miring tetap dipenuhi aktivitas. Para guru silih berganti keluar-masuk kelas sesuai jadwal mengajar mereka. Perlahan, matahari mulai bergeser ke barat, menandakan hari kian sore.

Hingga akhirnya bel panjang berbunyi, pertanda waktu pulang telah tiba. Satu per satu guru membereskan pekerjaannya, lalu berhamburan keluar dengan wajah lega setelah tugas mereka rampung.

Mita berjalan santai menuju rumahnya. Matahari sore cukup menyilaukan, tapi panasnya tak lagi menyengat. Sesekali ia tersenyum setiap kali berpapasan dengan tetangga yang menyapanya.

"Bu Mita!" sapa seorang nenek yang sedang mengangkat jemuran di samping rumah.

"Eh, nekk…" balas Mita sambil tersenyum ramah.

"Baru pulang, Bu?"

"Iya, Nek. Mari ya," jawabnya sopan.

Nenek itu mengangguk ramah, lalu masuk ke rumahnya.

Kampung Jati Miring memang khas. Meski disebut kampung, rumah-rumah di sini tampak unik dan artistik. Dari gapura depan sampai ke ujung, hampir tak ada rumah yang jelek. Tahun lalu saja, kampung ini dinobatkan sebagai kampung terbersih dan terkreatif itu merupakan prestasi yang masih jadi kebanggaan warga.

Langkah Mita tiba-tiba terhenti. Matanya menyipit menatap sebuah mobil hitam yang baru saja berhenti di depan rumah Koh Tion. Tepat di samping toko bangunan miliknya.

Pintu mobil terbuka. Koh Tion keluar lebih dulu. Disusul seorang lelaki muda dengan kaos hitam dan celana krem belel. Ia berjalan ke belakang, membuka bagasi, lalu mengangkat beberapa koper besar hanya dengan satu tangan.

Ototnya tampak menegang, urat-urat tangannya muncul jelas.

"Ya Allah… apa itu?" Mita refleks menutup mulut. Tangannya buru-buru menepuk-nepuk wajahnya sendiri "Mita! Istighfar!"

" Tapiii ya Allah, itu otot apa balon? Kalau ditusuk jarum meledak nggak ya?" gumamnya heboh sendiri.

Teriakan memecah lamunannya.

"MAX! PAPAH MASUK DULUAN!" suara Koh Tion terdengar dari depan pintu rumah

"Iya, Pah!" sahut lelaki itu.

Mata Mita membulat. Jantungnya nyaris copot. Kedua Tangannya langsung menutup mulut.

"APA?? DIA… MAX??? Si musuh bebuyutanku???"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!