NovelToon NovelToon
Sistem Mafia: Misi Menjadi Orang Baik

Sistem Mafia: Misi Menjadi Orang Baik

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Sistem
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Bima Satriya mati konyol, tapi terbangun di tubuh Dante Romano, bos mafia paling kejam di Sisilia. Saat semua orang menunggu perintah pembantaian darinya, sebuah suara asing bergema:
“Misi pertamamu: Jadilah orang baik, atau mati selamanya.”
Bisakah jiwa polos Bima mengubah dunia penuh darah menjadi jalan penebusan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sidang Pengadilan Mafia

Gedung pengadilan pusat kota Roma dipenuhi kerumunan wartawan, kamera, dan polisi bersenjata. Spanduk besar bertuliskan “Keadilan untuk Kota!” berkibar di halaman. Dari kejauhan, mobil hitam dengan kaca gelap melaju perlahan.

Di dalam mobil, Bima alias Dante Romano duduk bersandar, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Jas hitam elegan membungkus tubuhnya, namun keringat dingin membasahi pelipis. Di sampingnya, Geovani tampak tenang, seperti biasa.

“Jangan khawatir,” ucap Geovani sambil membetulkan dasi Dante. “Hari ini, kau tidak datang sebagai penjahat. Kau datang sebagai saksi. Ingat itu.”

Alex yang duduk di depan melirik lewat kaca spion. “Tapi para wartawan akan memperlakukan Boss seperti terdakwa. Kau tahu mereka—lidahnya lebih tajam dari pisau.”

Bima mendesah dalam hati. Aku bisa melawan puluhan mafia bersenjata, tapi menghadapi wartawan dan hakim? Ya Tuhan, ini lebih serem.

> [Misi Utama: Pertahankan citra baikmu di persidangan. Gagal \= reputasi hancur.]

[Hadiah: Skill Orasi Lv.2.]

Begitu Dante melangkah keluar, blitz kamera menyerangnya bagai peluru. Wartawan berteriak, berebut mikrofon.

“Signor Romano, benarkah Anda terlibat perdagangan senjata?”

“Apakah benar gudang pelabuhan Anda dipakai untuk narkoba?”

“Apa komentar Anda soal tuduhan membunuh keluarga Bianchi?”

Bima tersenyum kaku. Astaga, kalau aku jawab jujur, aku mati. Kalau aku bohong, sistem mungkin ngamuk.

Geovani berbisik, “Katakan saja: ‘Saya di sini untuk menjawab di ruang sidang, bukan di jalanan.’”

Bima mengangguk, lalu menirukan. “Saya di sini untuk menjawab di ruang sidang, bukan di jalanan.”

Suasana hening sebentar, lalu ledakan kilat kamera kembali pecah. Tapi kali ini, ekspresi wartawan sedikit berubah: Dante terdengar… wibawa.

Ruangan besar itu penuh sesak. Hakim tua dengan rambut putih duduk di kursi tinggi, diapit dua hakim anggota. Jaksa berdiri tegak di sisi kiri, sementara pengacara Dante—seorang pria gemuk berkacamata bernama Fabrizio—bersiap di kanan.

Rinaldi, inspektur polisi, duduk di kursi saksi lawan. Matanya berkilat penuh kebencian, seperti singa yang menemukan mangsa.

Hakim mengetuk palu. “Sidang kasus Romano dibuka.”

Bima duduk di kursi terdakwa—meski statusnya saksi, nyatanya ia tetap diperlakukan seperti penjahat. Tatapan publik menusuknya dari segala arah.

Jaksa membuka berkas tebal. “Yang Mulia, kami memiliki bukti kuat bahwa keluarga Romano selama bertahun-tahun terlibat pemerasan, perdagangan senjata, bahkan pembunuhan. Kami menghadirkan saksi yang melihat langsung kejahatan Dante Romano.”

Bima menegang. Saksi? Siapa?

Pintu samping terbuka. Seorang pria kurus masuk dengan tangan gemetar. Wajahnya penuh luka lama.

“Perkenalkan, ini adalah Giulio Ferrante, mantan kurir Romano yang lolos dari eksekusi.”

Bima ternganga. Aku bahkan nggak kenal dia. Eh, atau jangan-jangan Dante dulu memang pernah nyiksa dia? Aduh, sial.

Giulio menunduk, lalu dengan suara terbata-bata berkata, “Saya… saya disuruh mengantar barang. Ketika saya menolak karena tahu itu narkoba, orang-orang Dante menghajar saya. Dan Dante sendiri menodongkan pistol ke kepala saya!”

Wartawan berdesis, ruangan gaduh.

Alex hampir berdiri, ingin membantah, tapi Geovani menahan. “Biar Boss yang atasi.”

Hakim menoleh ke Dante. “Apa benar?”

Bima menelan ludah. Ia tahu sistem sedang menilai tiap kata.

“Aku tidak menyangkal bahwa keluarga Romano dulu… berjalan di jalur gelap. Tapi aku pribadi tidak pernah menodongkan pistol ke Giulio.”

Giulio berteriak, “Kau bohong! Kau yang mengancam anakku!”

Bima menatapnya lurus. “Jika benar aku melakukannya, mengapa kau masih hidup hari ini? Aku dulu tidak pernah membiarkan pengkhianat bernapas. Pikirkan itu.”

Ruangan terdiam. Kata-kata itu menusuk, logis, tapi juga menunjukkan perubahan Dante.

Hakim mencatat. Jaksa tampak terganggu.

Geovani berdiri, mewakili pengacara. “Yang Mulia, keluarga Romano akhir-akhir ini justru menyelamatkan banyak warga dari serangan pelabuhan. Fakta ini bisa diverifikasi lewat rekaman CCTV dan kesaksian warga.”

Rekaman diputar. Terlihat jelas Dante dan anak buahnya mengevakuasi warga, bukan menjarah. Sorakan kecil terdengar dari kursi publik.

Hakim mengangguk. “Baik. Fakta itu tercatat.”

Rinaldi menggertakkan gigi. Ia tidak menyerah. “Yang Mulia, jangan tertipu pencitraan! Seorang serigala berbulu domba tetaplah serigala. Romano hanya ingin membeli simpati agar kejahatannya terlindungi!”

Bima menoleh, menatap Rinaldi dengan tatapan tajam. “Kalau aku hanya ingin menutupi kejahatan, kenapa aku menyerahkan anak buahku sendiri yang berkhianat ke polisi minggu lalu?”

Ruangan heboh lagi. Media mulai mencatat cepat.

Sidang semakin panas. Jaksa berusaha menekan, Geovani dengan tenang membalikkan argumen, Bima belajar mengatur intonasi dengan bantuan sistem.

> [Skill Orasi Lv.2 aktif: 20% lebih persuasif.]

Setiap kali Bima bicara, sebagian besar orang di ruang sidang merasa… percaya. Ia tidak lagi terdengar seperti bos mafia, tapi seperti pemimpin yang berusaha menebus masa lalu.

Namun, tepat ketika suasana mulai condong mendukung Dante, pintu ruang sidang terbuka keras.

Seorang pria jangkung berjas putih masuk, dengan senyum licik. Vittorio.

“Aku keberatan, Yang Mulia,” katanya lantang. “Sebagai warga kota, aku membawa bukti baru yang membongkar kedok Dante Romano.”

Semua mata tertuju padanya. Hakim mengerutkan kening. “Bukti apa?”

Vittorio mengangkat flashdisk kecil. “Rekaman pembicaraan Dante yang memerintahkan eksekusi seorang keluarga Bianchi, tiga tahun lalu. Bukti suara asli.”

Ruangan bergemuruh. Wartawan hampir melompat dari kursinya.

Bima terhenyak. Astaga, suara Dante lama?! Itu jelas bukan aku, tapi siapa yang percaya?

> [Peringatan Sistem: Situasi Kritis. Reputasi Kebaikan bisa runtuh.]

Hakim mengetuk palu. “Sidang diskors 30 menit. Bukti akan diverifikasi.”

Bima duduk terpaku, keringat mengalir deras. Alex menggertakkan gigi, siap menerjang Vittorio di luar. Tapi Geovani menatap tajam pada Dante.

“Kau harus siap. Begitu rekaman itu diputar, semua akan berbalik melawan mu. Apa rencanamu?”

Bima menutup mata, menarik napas panjang. Dalam hatinya, ia hanya bisa berdoa: Sistem, jangan biarkan aku jatuh sekarang…

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!