Lima tahun pernikahan Bella dan Ryan belum juga dikaruniai anak, membuat rumah tangga mereka diambang perceraian. Setelah gagal beberapa kali diam-diam Bella mengikuti proses kehamilan lewat insenminasi, dengan dokter sahabatnya.
Usaha Bella berhasil. Bella positif hamil. Tapi sang dokter meminta janin itu digugurkan. Bella menolak. dia ingin membuktikan pada suami dan mertuanya bahwa dia tidak mandul..
Namun, janin di dalam perut Bella adalah milik seorang Ceo dingin yang memutuskan memiliki anak tanpa pernikahan. Dia mengontrak rahim perempuan untuk melahirkan anaknya. Tapi, karena kelalaian Dokter Sherly, benih itu tertukar.
Bagaimanakah Bella mengahadapi masalah dalam rumah tangganya. Mana yang dipilihnya, bayi dalam kandungannnya atau rumah tangganya. Yuk! beri dukungungan pada penulis, untuk tetap berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab duapuluh tiga. Soraya
Soraya merasa geram, saat menyaksikan Gavin dan Bella yang jalan bersisian saat masuk ruangan aula.
Saat ini Soraya tengah memenuhi undangan salah satu rekanan bisnisnya. Kebetulan Gavin juga diundang.
Dengan mengenakan dress hitam salah satu hasil rancangan desainer ternama, Bella tampak anggun dan elegan. Silhuet dress dengan detail draperi membuat perut Bella yang mulai buncit tersamar.
Tanpa sadar jemari Soraya menggenggam erat gelas di tangannya.
terlebih lagi bisik-bisik orang disekitarnya yang membicarakan pasangan itu. Membuat telinganya semakin panas.
"Eh, itu kan Pak Gavin kalau gak salah. Siapa gadis cantik disisinya itu. Wiih, beruntung sekali dia dapat mendampingi Pak Gavin malam ini." celetuk salah satu gadis yang duduk di belakang Soraya.
"Iya benar itu Pak Gavin. Cantik juga ya gadisnya. Pasangan yang serasi. Gak nyangka bisa lumer juga tuh, gunung esnya." sambut cewek satunya.
"Eh, kalian tau gak, Pak Gavin itu sebenarnya sudah nikah diam-diam lo. Mereka itu dah resmi pasangan suami istri." celoteh cewek lain.
"Masak sih?" seru yang lain.
Deg!
Jantung Soraya bertalu riuh. Kenapa dia tidak tau, bukankah mereka masih bertunangan? Kok, bisa-bisanya dia ketinggalan info? Soraya mendadak geram pada seseorang. Karena telah menyembunyikan info penting darinya.
"Iya, mereka sudah menikah. Aku dapat infonya dari sumber terpecaya. Dia menyaksikan sendiri momen itu."
"Yah, sepertinya mungkin juga, Pak Gavin menikah diam-diam. Trauma mungkin pada insiden lima tahun lalu. Ditinggal calon pengantinnya di depan altar. Dulu kan beritanya sempat viral."
"Hah! Gila ceweknya. Kok bisa ya ninggalin Pak Gavin. Kurang apa coba cowok tajir itu." timpal yang lainnya. Mereka begitu asyik merumpi, tanpa menyadari ada perempuan yang panas dingin menguping rumpian mereka.
"Dengar-dengar sih, si cewek lari demi cowok lain karena lebih tajir. Kan, Pak Gavin belum setajir ini dulu. Dia masih kerja sama kakeknya. Sekarang bisnisnya sudah maju. Dan bakalan dapat warisan dari kakeknya kalau dia menikah dan dapat keturunan. Itu gosip yang sempat aku dengar." timpal yang lain lagi. Keseruan mereka merumpi membuat Soraya semakin kepanasan.
Sementara yang digosipin sedang tertawa bahagia.
"Wah, istri Pak Gavin cantik sekali," puji salah satu kolega Gavin. Bella hanya bisa mengurai senyum mendengar pujian itu.
"Terimakasih Pak, istri Bapak juga tidak kalah cantik," balas Gavin.
"Ehm, Mbaknya sudah isi gak. Sepertinya auranya beda loh." ucap istri rekan Gavin pada Bella. Bella menatap Gavin, seolah meminta izin untuk menjawab. Gavin mengangguk.
"Puji Tuhan, sudah Mbak." sahut Bella santun.
"Wu-ah, kejutan banget ya, Pak. Langsung jadi. Selamat ya." pasangan suami istri itu memberi selamat pada Gavin dan Bella.
"Terimakasih ucapannya, Bu." sahut Gavin. Lalu pasangan itu undur diri dari hadapan Gavin dan Bella.
"Kamu capek gak, Bell. Biar kita duduk disana." Gavin bermaksud membawa Bella duduk di kursi. Tapi Martin datang menghampirinya dan membisikkan sesuatu. Gavin mengangguk.
"Bell, aku sama Martin dulu bentar. Ada urusan mendadak. Kamu jangan kemana-mana ya. Tunggu aku sini." Bella mengangguk. Martin dan Gavin bergegas pergi.
Tinggal Bella sendiri. Dia menerima tawaran pelayan yang menyodorkan minuman. Bella meraih juice jeruk. Bella sedikit gugup saat sendiri.
Terus terang ini pertama kalinya dia berada dalam suasana seperti ini. Rasa tak nyaman menyanderanya karena Gavin pergi. Bella menyesap juice jeruk di tangannya. Menikmatinya dengan santai. Mencoba untuk menyesuaikan diri dengan suasana.
Dari kejauhan sepasang mata Soraya masih menatap tajam. Saat melihat Gavin pergi, menjadi kesempatan baginya untuk menyapa Bella. Tapi tentunya bukan untuk beramah tamah.
"Aduh! Maaf!" Soraya pura-pura tersandung. Dan menyiramkan minuman di tangannya ke tubuh Bella. Bella terkejut dan memandang dress yang dia gunakan telah basah dengan minuman.
Bahkan Bella sangat terkejut melihat siapa pelakunya.
"Maaf aku tidak sengaja." ucap Soraya pura-pura memelas. Namun, senyum kepuasan bertengger di sudut bibirnya. Luput dari perhatian Bella.
Bella hanya bisa tersenyum kecut. Ketika menyadari siapa orang yang menyiramnya. Dia tau Soraya pasti sengaja. Dan mencari perkara dengannya. Bella tidak ingin berurusan dengan Soraya, makanya dia diam saja. Bukannya marah, Bella hanya melap dressnya yang basah dengan tissu.
"Tidak apa-apa." sahut Bella datar. Seraya membersihkan noda di gaunnya.
"Kamu ngapain disini? Celingak celinguk kek Perkutut. Kampungan sekali," sindir Soraya sinis. Pura-pura tidak tau kalau Bella datang bersama Gavin. Bella terkejut mendengar sindiran Soraya.
"Aku datang bersama suamiku. Kebetulan dia ada urusan mendadak." sahut Bella jujur dengan nada datar. Mengabaikan ucapan sinis Soraya.
"Oh, ya. Kamu sudah menikah? Kok diam-diam begitu. Pasti ada yang kalian rahasiakan. Oh, aku tau. Suami kamu pasti tidak ingin pernikahannya di publikasikan. Secara akan mengekang kebebasannya. Iya kan?" cecar Soraya semakin sinis.
Bella hanya tersenyum. Percuma meladeni mulut jahat Soraya, yang sok tau kehidupan orang lain. Menyimpan rahasia katanya? Hati Bella sedikit kecut. Apa memang dia mengetahui rahasia mereka atau hanya sekedar gertakan?
"Anda tidak berhak untuk mencampuri urusan saya, karena memang bukan ranah Anda." kecam Bella tenang tanpa ekspresi.
Rona wajah Soraya berubah, mendengar ucapan telak itu. Namun, bukan Soraya namanya jika mengalah secepat itu.
"Memang bukan ranahku, tapi Gavin itu publik figur, wajar toh orang lain kepo padanya." ucap Soraya sengit.
"Jika hanya sekedar ingin tahu saya rasa tidak ada masalah. Tapi, tetap saja tergantung siapa yang hendak mengusik kehidupannya." ucap Bella santai.
"Maksud kamu apa?!" beliak Soraya tidak suka akan sikap angkuh Bella.
"Bukankah sudah cukup jelas? Aneh saja kamu mencampuri urusan keluargaku, mengingat kamu adalah mantan tunangan suamiku. Masih belum move on ya."
"Sombong kamu. Pastinya kamu telah menjebak Gavin. Perempuan kampungan seperti kamu sungguh tak layak di sisi Gavin." seru Soraya kalap.
Orang-orang di sekitar mereka mulai tertarik dengan keributan kecil itu. Mereka mulai mengelilingi Soraya dan Bella. Seketika Bella merasa panik. Ingatan masa lalu saat dia pernah dibulli membuatnya merasa tak nyaman.
Keringat dingin mulai mengalir di punggungnya. Nafasnya juga mulai tersenggal. Bella berusaha bertahan sekuat mungkin untuk tidak jatuh. Orang-orang disekelilingnya seolah mengejeknya, menuding tepat kewajahnya.
Melihat perubahan wajah Bella yang drastis, membuat Soraya heran. Dia mencoba memamfaatkan situasi itu untuk membuat Bella semakin tersiksa.
Orang-orang di sekitar Bella berubah menyeramkan. Mereka seolah berteriak dan berputar seperti gasing membuat Bella semakin pucat pias. Bella menutup kedua telinganya. Disaat paling genting.
"Apa-apaan ini!" sebuah suara menghentak. Bella mengenal suara itu dan berusaha bertahan untuk tidak jatuh. Lalu semuanya terasa gelap. Bella tidak merasakan apa-apa lagi. Bahkan ketika tubuhnya dibopong. ***