Pria di kursi roda itu suami si pemilik tubuhku ini? Tapi kenapa pria itu menatap benci pada tubuh ini?
"Kau keluar penjara dengan selamat, tapi di rumah ini siksaan sebenarnya sudah menunggu mu! Kau mendorongku sampai aku lumpuh, kini giliranmu merasakan neraka di rumah ini!"
Sial! Gue mati di tangan tunangan dan sahabat gue sendiri, kini Roh gue malah kesasar masuk ke tubuh wanita yang dibenci suaminya sendiri!
Apa ada hal yang lebih mengenaskan lagi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Hanya Lututmu, Kau Akan Kehilangan Jantungmu.
Amber membawa berkas dokumen untuk mengantarkannya pada Fania, jabatan Fania ada diatasnya jadi ia akan melaporkan setiap pekerjaan pada Fania.
Di tengah jalan ia dihadang Delon, tapi Amber tak merasa takut bahkan ia menggeleng saat Agnes akan maju. Eric sudah membekalinya dengan pena yang bisa membuat orang pingsan, lagipula jika dalam keadaan sadar ia bisa membanting tubuh Delon dengan keahlian bela dirinya.
"Ada apa adik ipar?" tanya Amber cuek.
"Kau mempunyai nyali ternyata." Ucap Delon.
"Aku adalah seorang istri kapten militer, tentu saja harus mempunyai nyali. Tapi, kau ternyata seorang pengecut! Setelah perbuatanmu, kau bahkan tidak pernah menampakkan batang hidungmu lagi di depanku! Kenapa? Apa kau takut pada kakakmu Eric?!" ejek Amber.
"Kau!" Tangan Delon terangkat, tapi dengan gerakan cepat Amber memiting tangan Delon, dengan keras menendang tubuh bagian belakang pria itu ke lantai.
"Sial!" ucap Delon yang sudah tersungkur di lantai, ia memegangi lututnya yang sakit.
Amber maju berjongkok mendekatkan wajahnya pada Delon, "Adik ipar, apa kamu terpeleset? Hati-hati... lantai sangat licin, jika kamu tidak hati-hati bukan hanya lututmu yang sakit tapi kau akan kehilangan jantungmu. Aku akan mencongkelnya dan memakannya. Jangan mengangguku lagi, atau namamu hanya akan dikenang di dunia ini. Kau pernah sekali membunuhku dengan racun, kini aku yang akan membunuhmu. Jaga nyawamu, jangan sampai jatuh dalam genggamanku."
Delon bergidik ngeri melihat senyum menyeramkan Katlin, ia tak menyangka wanita yang dulu lemah itu berubah menjadi kuat.
Amber berdiri dari jongkoknya, menepuk-nepuk tangan nya lalu melangkahi kaki Delon yang masih duduk di lantai.
Agnes menatap tajam Delon, lalu mengikuti langkah istri sang Kapten. Ia juga tak menyangka istri Kaptennya mempunyai bela diri, dan itu bukan hanya sekadar bisa bela diri tapi memang sudah terlatih. Akhirnya satu poin yang Agnes sukai dari sosok istri sang kapten, mungkin dua poin karena istri kaptennya itu bisa membuat kaptennya tersenyum kembali setelah kematian para rekannya.
Saat akan pulang, Amber meminta Agnes membawanya ke Galeri Rex.
"Nyonya, apa Anda sudah menelepon Kapten?"
"Dia sudah pernah mengijinkanku."
"Baiklah," Agnes mengemudikan mobil Rolls Royce itu menuju gedung galeri.
Setelah Amber bertemu sahabat nya itu, seketika dia menyusun rencana untuk mempermalukan Carl dan Betrix.
"Lo bisa?" tanya Amber setelah selesai merencanakan.
"Lo pikir gue siapa? Gue Rex, tinggal telepon gampang."
"Ok, kapan lo bikin acaranya?" tanya Amber.
"Mau lo?"
"Hm, seminggu lagi?"
"Ok, gue susun acara dan undangan nya."
"Ok, gue tunggu kabar dari lo. Gue cabut, pengawal gue di dalam mobil."
"Gue lihat lo malah gembira jadi istri seorang tentara militer?"
"Sangat... Lo tau? Tubuh Kapten Eric so sexy, so hot. Dia sangat buas dan ganas di atas ranjang, tubuh gue masih merasakan ganasnya sentakan senjatanya-"
Ucapan Amber terhenti, wajahnya ditimpuk bantal sofa oleh Rex. "Brengsek lo! Sana pergi! Mual gue dengar celotehan lo."
"Weekkkkk..." Amber meleletkan lidahnya, lalu berbalik pergi dari sana.
Rex hanya mengelengkan kepalanya, sepertinya sahabat nya itu sudah menemukan cinta. Ia ikut bahagia.
Di dalam mobil Amber teringat dia yang dulu, "Agnes, tolong pergi ke pekuburan Arlington."
Agnes melihat istri sang Kapten dari kaca spion, ia melihat wajah wanita itu berubah sedih. "Baik."
Setelah sampai di pekuburan, Amber berjalan dengan kaki yang berat menuju jasadnya dikubur di bawah tanah. Ia menemukan namanya di batu nisan.
YANG TERKASIH, PUTRI KAMI.
AMBER BROSWEL.
Seketika ia terjatuh menangisi kuburan berisi jasadnya sendiri.
Agnes menelepon sang kapten, "Halo, Capt. Nyonya tadi pergi ke Galeri Tuan Rex, sekarang Nyonya sedang berada di pekuburan Arlington. Sepertinya dia menangis."
"Baik, Capt. Aku akan segera membawanya pulang, dengan aman."
Wanita militer itu mematikan panggilannya, ia merasa penasaran kuburan siapa yang istri kaptennya tangisi. Dengan berjalan mengendap-ngendap, akhirnya ia sampai di kuburan itu. Matanya terbelalak melihat nama yang terukir di batu nisan, Amber Broswel. Amber?! Apa Amber yang Kapten panggil waktu di rumah sakit?
