NovelToon NovelToon
Rahim Titipan

Rahim Titipan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:37M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Aaric seorang CEO muda yang belum terpikir untuk menikah harus memenuhi keinginan terakhir neneknya yang ingin memiliki seorang cicit sebelum sang Nenek pergi untuk selama-lamanya.
Aaric dan ibunya akhirnya merencanakan sesuatu demi untuk mengabulkan keinginan nenek.
Apakah yang sebenarnya mereka rencanakan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menginap Lagi..

"Ya ampun, apa yang telah aku lakukan? Mudah-mudahan dia tidak tahu jika aku memeluknya tadi"

Deg. Jantung Naina berdesir ketika tiba-tiba kini giliran tangan Aaric yang memeluknya, dengan perlahan dia melihat tangan suaminya itu telah melingkar di pinggangnya.

Naina langsung berinisiatif untuk memindahkan tangan Aaric, dengan satu tangannya dia mencoba mengangkat tangan suaminya agar tidak lagi memeluknya, namun baru saja dia memegang tangan itu, Aaric malah menggeser badannya semakin mendekati Naina dan mengeratkan pelukannya.

Jantung Naina semakin berdebar, kedua tangannya semakin meremas sisi bantal dengan kuat ketika dia menyadari bahwa tubuh mereka kini telah saling menempel, bahkan Naina bisa merasakan hembusan napas Aaric di pucuk kepalanya.

Naina nampak berpikir haruskah dia membangunkan Aaric agar melepaskan pelukannya atau malah membiarkannya.

"Tapi jika aku bangunkan, dia pasti akan malu karena telah memelukku, sementara dia melakukan itu kan tidak sadar, seperti aku yang memeluknya tadi," pikir Naina.

Maka Naina mengambil keputusan jika dia akan membiarkannya saja, walaupun sebenarnya sangat tidak nyaman baginya karena ini kali pertama bagi Naina berada sedekat ini dengan seorang pria, akan tetapi membangunkan Aaric justru akan membuat keduanya malu.

Aaric yang menunggu reaksi Naina mengulum senyum karena ternyata Naina membiarkan dirinya dipeluk seperti itu.

***

Naina sedang sibuk memberikan piring pada anak-anak yang sedang mengantri untuk sarapan pagi, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seseorang yang juga ikut mengantri untuk makan.

"Aku juga ingin makan," ucap Aaric sambil tersenyum.

Naina kaget suaminya ikut mengantri, dia pikir jika Aaric masih tertidur di kamar karena itu rencananya dia akan membawa sarapan untuknya sebentar lagi.

Naina memberikan satu piring padanya.

"Duduklah di bangku itu, aku akan mengambilkan nasi dan lauknya."

"Tidak usah, aku ambil sendiri saja seperti mereka." Aaric tetap mengantri mengikuti barisan anak-anak.

"Baiklah kalau begitu," jawab Naina tanpa melihat wajah suaminya karena dia mengingat kejadian semalam, dan itu membuatnya merasa malu sendiri, walaupun dirinya yakin jika Aaric tidak menyadari telah tidur sambil memeluk dirinya.

Aaric nampak mengantri untuk mengambil nasi dan lauknya, setelah itu dia duduk di bangku bersama anak lainnya, Farida yang melihat langsung mendekati Naina dan menyuruhnya untuk ikut makan menemani suaminya.

Mau tak mau Naina harus menuruti perintah ibunya, maka dia juga mengambil piring dan makanannya, dengan ragu dia menghampiri Aaric dan duduk di depannya.

Aaric tersenyum melihat Naina duduk dan makan bersamanya.

"Aku pikir kamu sudah makan?"

"Belum," jawab Naina menunduk.

Aaric makan sambil terus menatap wajah Naina.

"Apa semalam aku tidur mendengkur?"

Naina langsung tersedak mendengar pertanyaan Aaric.

"Pelan-pelan." Aaric memberikan Naina air minum.

Naina langsung minum dengan cepat.

"Kenapa bisa tersedak?" tanya Aaric sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa," jawab Naina salah tingkah, membuat Aaric menahan senyumnya.

Keduanya nampak kembali makan.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku." Aaric menatap Naina.

"Tidak," jawab Naina cepat.

"Oh ya? Aku kira aku mendengkur kalau tidur."

Naina menggeleng sambil terus memakan makanannya.

Aaric kemudian melanjutkan makannya, dengan sesekali melihat Naina yang sangat salah tingkah.

"Disini dingin, udaranya sejuk dan kalau malam pasti dingin, tapi tadi malam aku tidur nyenyak dan tidak kedinginan padahal tidak memakai selimut, apa kamu juga seperti itu?" tanya Aaric lagi.

Naina tampak menelan makanannya dengan kesusahan, dia langsung mengambil gelas untuk minum, membuat Aaric lagi-lagi menahan senyumnya.

"Semalam memang tidak begitu dingin."

"Oh ya? Aneh sekali, padahal seharusnya dingin secara kita berada di daerah perbukitan, tapi malam tadi aku merasa sangat hangat seperti ada seseorang yang memelukku."

Naina terdiam. Dia lalu memberanikan diri melihat Aaric.

"Jangan makan sambil berbicara, nanti anak-anak akan menirunya." Naina menunjuk anak-anak di sekeliling mereka.

"Oh. Maaf." Aaric kembali fokus pada makanannya sambil tersenyum.

Naina kini sadar jika Aaric rupanya sengaja memeluknya tadi malam, dan itu membuatnya kesal sekaligus menyesal karena telah membiarkannya, seakan dia senang jika Aaric memeluknya.

---

Aaric berjalan keluar panti untuk berjalan-jalan, menikmati udara pagi hari yang sejuk dan dingin, dia juga nampak menikmati pemandangan sekitar panti yang nampak asri dengan pepohonan Pinus di sekelilingnya.

Aaric lalu berjalan mendekati lapangan berumput hijau tempat sebagian anak-anak tengah berkumpul, mengelilingi Naina yang duduk di tengah-tengah mereka, dengan papan tulis kecil di sampingnya, Naina rupanya sedang mengajari anak usia dini mengenal angka dan huruf.

Aaric lalu duduk di kursi di bawah rindangnya pohon, memandangi wajah istrinya yang tengah sibuk mengajar hingga tak menyadari jika dirinya tengah ditatap oleh Aaric. Sibuk menatap wajah Naina, Aaric juga tak sadar jika Ibu Farida telah duduk di sampingnya.

"Sekarang ibu yakin jika kamu mencintai Naina." Farida tersenyum memergoki Aaric menatap Naina dengan penuh cinta.

Tentu saja Aaric terkejut dan langsung merasa malu hingga salah tingkah, dia lalu tersenyum malu.

"Ibu sudah menelepon Ibu Winda tadi malam, menanyakan perihal pernikahan kalian."

Aaric tersenyum.

"Ibumu orang yang sangat baik, selain dermawan beliau juga ternyata bukan orang yang membeda-bedakan status sosial, Naina beruntung mendapatkan mertua sepertinya." Farida tampak bahagia.

"Tapi, Ibu ingin minta sesuatu darimu."

"Apa Bu?"

"Tolong jaga dan bahagiakan Naina, dia wanita yang baik dan berhati lembut, kami semua sangat menyayanginya." Farida melihat Naina yang masih sibuk mengajar. Dari matanya Aaric bisa melihat jika Farida tengah menahan agar air matanya tidak keluar.

Aaric terdiam lalu menundukkan kepalanya.

"Ibu berdoa semoga pernikahan kalian selalu bahagia, langgeng hingga maut memisahkan. Semoga kalian juga cepat diberikan keturunan, Naina sangat menyukai dan menyayangi anak kecil, ibu tidak sabar melihatnya mengurus anaknya sendiri," ucap Farida kali ini tampak berseri.

Mendengar itu membuat Aaric tersentak hingga mengangkat kepalanya melihat Ibu Farida.

"Naina mengurus dan merawat semua adik-adiknya di panti dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, maka jika dia punya anak kandungnya sendiri nanti, Naina pasti akan sangat menyayanginya." Farida melihat Aaric.

Aaric kembali menurunkan kepalanya nampak berpikir dan merasa jika dirinya sempat sangat egois karena pernah berniat akan memisahkan Naina dengan anak mereka nanti tanpa pernah berpikir bagaimana perasaan Naina jika berpisah dengan anaknya sendiri.

"Sudah selesai?"

Aaric terkejut mendengar Ibu Farida bertanya pada seseorang, dia melihat rupanya Naina sedang berjalan mendekati mereka berdua.

"Sudah Bu," jawab Naina sambil terus mendekati ibu dan suaminya.

"Jam berapa kita akan pulang? Aku akan bersiap-siap," tanya Naina melihat Aaric.

Aaric tersenyum.

"Aku masih betah, kita akan menginap lagi malam ini." jawab Aaric tersenyum.

Naina tercengang, lalu sekelebat bayangan dimana mereka berdua harus kembali tidur di atas tempat tidur yang kecil itu terbayang di benaknya.

1
Ds Phone
hanya anak jadi ubat nya
Ds Phone
kenapa keritis
Ds Phone
jumpa kau ni lagi hantu
Ds Phone
jangan harap kau kena cukup cukup dulu
Ds Phone
dia orang nya rupa nya
Ds Phone
itu angan angan dia fari kecil
Ds Phone
apa dia agak nya
Ds Phone
gila cinta habis
Ds Phone
ni satu lagi musuh meraka
Ds Phone
dia sayang ibu dia
Ds Phone
dia dah tahu rupa nya
Ds Phone
perumpuan tu tak habis habis buat jahat
Ds Phone
yang jahat bini dia
Ds Phone
apa yang dia buat pulak
Ds Phone
meraka bertemu
Ds Phone
kau kacau lagi anak kau bini kau tu no satu nya
Ds Phone
dah jumpa pulak
Ds Phone
emak dia ni buat kacau lah dengan masalah dia lagi
Ds Phone
dia pun rindu tapi keras kepala
Ds Phone
semoga nia akan dengar suaima nys
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!