Peringatan yang di abaikan

Hari itu, Ray, Dika, dan Reno kembali menjalani hukuman di halaman belakang sekolah setelah ketahuan bolos. Mereka harus berdiri di bawah terik matahari sambil membawa ember berisi air sebagai hukuman dari guru piket. Meski hukuman itu terasa berat, mereka tetap terlihat santai, bahkan sesekali bercanda satu sama lain.

"Ini sih lebih parah daripada pelajaran Matematika," keluh Ray sambil menggeser embernya dengan malas.

Dika tertawa kecil. "Setidaknya kita bisa dapat nilai bagus di kebersihan, ya?"

Reno menyeka keringat di dahinya. "Iya, siapa tahu kita bisa jadi petugas kebersihan resmi sekolah."

Mereka bertiga tertawa lepas, berusaha mengabaikan rasa kesal akibat hukuman yang mereka jalani.

Tiba-tiba, Nadya muncul di depan mereka. Ia tampak ragu sejenak sebelum melangkah mendekat. Senyum tipisnya membuat Ray langsung berdiri tegak, berusaha terlihat keren meskipun masih memegang ember.

"Nadya! Apa kabar? Mau ikut dihukum bareng kita?" sapa Ray dengan nada menggoda.

Nadya melipat tangannya di depan dada, berusaha mengabaikan ucapan Ray. “Aku cuma ingin bilang… terima kasih.”

Ray menatapnya sejenak sebelum terkekeh. “Oh? Nggak nyangka kamu bisa juga bilang terima kasih, ya?”

Dika dan Reno langsung tertawa mendengar ucapan itu. Reno menyenggol Dika sambil berkata pelan, "Gila, cewek cantik bilang terima kasih ke Ray. Dunia udah mau kiamat!"

Dika menimpali sambil tertawa kecil. "Biasanya kan cewek-cewek langsung pura-pura nggak lihat kalau Ray datang."

Nadya merasa wajahnya mulai panas karena ejekan mereka, tetapi ia mencoba menahan diri. Ia tidak ingin ribut; ia hanya ingin menyampaikan peringatannya.

“Aku serius,” katanya dengan tegas. “Aku tahu Adrian. Dia nggak akan tinggal diam. Kamu pikir ini selesai? Tidak, Ray. Dia pasti akan melakukan sesuatu.”

Ray mendengus ringan dan menggeser ember air di tangannya, tampak sama sekali tidak terganggu. “Biarin aja. Seru kan?”

Dika menimpali dengan senyum santai. “Udah lama nggak ada drama di sekolah. Bisa jadi hiburan.”

Reno menambahkan sambil menyeringai, “Kita bisa bertaruh nih. Kira-kira Adrian bakal datang bawa anak-anaknya atau sendirian?”

Nadya menatap mereka dengan tidak percaya. “Kalian ini gila, ya?”

Ray mengangkat bahunya santai.

Nadya menghela napas panjang dan berkata lebih pelan, “Ray… aku nggak bercanda. Aku cuma nggak mau kamu kena masalah karena aku.”

Ray menatapnya kali ini dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas Nadya merasa ada sesuatu di mata pria itu—sebuah pengertian yang dalam—tapi detik berikutnya Ray sudah terkekeh lagi.

“Nggak usah mikirin aku,” jawab Ray ringan.

Dika dan Reno kembali tertawa kecil melihat sikap santai Ray.

“Ray ini emang beda,” ujar Dika sambil terkekeh.

“Beda apanya? Beda karena kebanyakan gaya!” sahut Reno.

Nadya hanya bisa menatap mereka dengan frustasi. Ia tidak yakin apakah mereka benar-benar tidak peduli atau memang terlalu percaya diri menghadapi situasi ini.

Dengan kesal, Nadya berbalik untuk pergi. Namun sebelum ia benar-benar menjauh, Ray berseru dengan nada bercanda.

“Jangan pergi dulu! Atau mau nemenin aku dihukum?”

Nadya mendelik tajam ke arahnya, lalu menghela napas panjang. Entah kenapa, kata-kata Ray justru membuatnya semakin khawatir.

Saat pulang sekolah, Ray, Dika, dan Reno berjalan santai menuju gerbang. Namun, sebelum mereka bisa keluar, beberapa orang menghadang mereka. Itu adalah anak-anak geng Adrian. Tatapan mereka penuh dengan niat buruk, meskipun beberapa di antara mereka tampak ragu.

Adrian sendiri yang melangkah maju, wajahnya penuh amarah. "Ray, lo bener-bener cari masalah, ya?"

Ray hanya menyeringai santai. "Oh, jadi lo masih belum terima? Gue cuma nolongin dia. Atau lo kesel karena akhirnya ada yang berani lawan kelakuan lo?"

Beberapa dari mereka saling melirik, jelas terlihat tidak nyaman. Mereka tahu siapa Ray dulu, dan itu membuat mereka gentar. Tapi perintah tetap perintah, dan mereka tidak punya pilihan selain menyerang.

Pertarungan pun pecah.

Nadya yang baru keluar dari gerbang bersama teman-temannya, Liana dan Citra, langsung terkejut melihat kekacauan itu. “Ray! Hentikan!” Ia mencoba mendekat, tetapi Liana dan Citra segera menariknya menjauh.

“Nadya, jangan! Itu bahaya!” kata Liana panik.

Sementara itu, Dika dan Reno hanya menonton dari samping sambil bersorak dengan nada konyol.

“Ayo, Ray! Satu pukulan lagi!”

“Ray, jangan lama-lama. Gue lapar!”

Mereka sama sekali tidak khawatir.

Hanya dalam beberapa menit, anak-anak geng Adrian mulai tumbang satu per satu. Beberapa mencoba kabur, termasuk Adrian yang sejak awal tidak berani ikut bertarung. Ray tetap berdiri dengan santai, nyaris tidak terlihat kelelahan.

Saat semuanya berakhir, Ray menatap sisa-sisa kekacauan di sekitarnya, lalu menguap. “Yah, nggak seru.”

Nadya hanya bisa menatapnya dengan campuran rasa kesal dan kagum. Orang ini benar-benar tidak bisa dihadapi dengan logika.

Ray menoleh ke arah Nadya yang masih berdiri di dekat gerbang. “Mau gue anter pulang?” tanyanya santai.

Dika mengernyitkan dahi sambil berkata, “Wah kacau nih orang nggak ada kapok-kapoknya, ngajak cewek.”

Reno membalas, “Yoi, berani-beraninya ngajak Nadya lagi, hadeuh.”

Nadya langsung menatapnya tajam, lalu tanpa ragu, ia mengayunkan tangannya dan menampar pipi Ray.

Ray mengusap pipinya yang merah, tetapi bukannya marah, ia hanya melongo ketika melihat Nadya malah menamparnya.

Dika dan Reno tidak bisa menahan tawa melihat situasi itu.

“Wah, Ray! Kena tamparan dari cewek! Ini sih prestasi baru!” ejek Dika sambil tertawa.

“Jangan khawatir! Mungkin dia cuma pengen kamu lebih sopan,” tambah Reno dengan nada menggoda.

Ray hanya terdiam.

Nadya menghela napas dalam, lalu akhirnya berkata, “Aku pulang sendiri.”

Liana dan Citra yang sejak tadi terdiam, hanya bisa saling berpandangan, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Hot

Comments

swaggy

swaggy

Amazing story!

2025-04-18

1

See all

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download MangaToon APP on App Store and Google Play