NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Cintapertama / Konflik etika
Popularitas:587
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.

Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.

Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.

Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Kantin kampus pada jam makan siang adalah badai suara: dentingan sendok, deru percakapan, dan aroma campuran berbagai masakan. Di tengah kekacauan itu, Lee Yujin duduk sendirian, ia memegang ponselnya erat-erat menanti kedatangan Lino dengan perasaan cemas yang tidak menyenangkan.

Ia mencoba makan, tetapi nafsu makannya hilang. Hari ini, ia harus menghadapi Lino, seorang pria yang semakin jelas bersembunyi di balik topeng kepedulian.

Tiba-tiba, bayangan tinggi jatuh di atas mejanya. Yujin mendongakkan kepala, bersiap menghadapi Lino, tetapi yang ia lihat adalah senyum yang jauh lebih tenang.

Christopher.

Christopher Lee, kakak tiri Lino, adalah mahasiswa jurusan Arsitektur di tingkat akhir. Penampilannya selalu terkesan klasik dan berwibawa, kontras dengan Lino yang flamboyan.

"Sedang menunggu seseorang?" tanya Christopher dengan suara dalam dan menenangkan.

"Christopher Oppa!" Yujin tersentak, kemudian sedikit lega. "Ya, aku... aku menunggu Lino Oppa. Dia bilang dia ingin membahas sesuatu yang berhubungan dengan Ayah kalian."

Christopher mengerutkan kening. Ia tahu adiknya tidak pernah terlalu peduli dengan pekerjaan Ayah mereka. "Lino? Oh, baiklah." Christopher memilih untuk tidak mengomentari kebohongan Lino. Ia tahu adiknya sering menggunakan Ayah sebagai alasan.

"Kau sendirian? Kenapa makan di sini? Kau seharusnya makan dengan Jiya seperti biasanya." Christopher duduk di kursi di hadapan Yujin tanpa meminta izin, tetapi Yujin tidak keberatan sama sekali dengan itu. Kehadiran Christopher seketika membuat ketidaknyamanan Yujin mereda.

"Jiya sedang ada kuliah penuh hari ini. Dan aku harus buru-buru. Setelah ini, aku harus mengantar ini ke butik Vanté," kata Yujin, menunjuk sebuah kotak kardus besar yang berisi gulungan kain sampel berharga yang terletak di samping kursinya.

Christopher menggeser kotak itu dengan kakinya, lalu menatap Yujin. "Kau mau membawanya sendiri? Itu berat sekali, Yujin. Kenapa kau tidak minta bantuan petugas?"

"Tidak apa-apa, Oppa. Ini kain sangat mahal. Aku khawatir jika orang lain yang membawanya, akan terjadi kesalahan," Yujin tersenyum, menunjukkan sikap mandirinya.

Christopher mengamati Yujin, matanya penuh kekaguman dan sedikit rasa iba. Ia tahu Yujin selalu memikul beban yang terlalu besar untuk bahunya yang mungil.

"Baiklah. Aku akan mengantarnya," putus Christopher. "Aku ada waktu luang hari ini. Aku akan mengantarmu sampai ke butik Taehyung Ssaem."

"Tidak perlu, Oppa! Itu terlalu merepotkan," tolak Yujin cepat. Ia tidak ingin Christopher berkorban untuknya.

"Tidak ada yang merepotkan. Aku tidak akan membiarkanmu membawa kotak sebesar ini sendirian," ujar Christopher tegas. "Anggap saja ini sebagai bayaran karena kau mau mendengarkan keluhanku tentang revisi desain interior rumah. Aku butuh saranmu tentang pencahayaan yang sinematis."

Christopher selalu tahu cara meyakinkan Yujin, yaitu dengan mengubah bantuan menjadi 'pertukaran ide' atau 'bantuan timbal balik', yang sesuai dengan harga diri Yujin.

Saat itu, Lee Lino muncul di ambang pintu kantin. Matanya langsung tertuju pada meja Yujin. Ia melihat Christopher duduk di seberang Yujin, bersikap akrab, menciptakan pemandangan yang intim dan santai.

Wajah Lino seketika mengeras.

𝘋𝘪𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘪𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘠𝘶𝘫𝘪𝘯 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘋𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢.

Lino berjalan mendekat, menyembunyikan kemarahannya di balik senyum tipis.

"Ah, Christopher Hyung. Aku tidak tahu kau ada di sini," sapa Lino, nadanya dibuat sopan dan sedikit dingin. Ia menatap Yujin. "Yujin, apa kau sudah menunggu lama?"

"Tidak, Oppa. Aku baru saja sampai," jawab Yujin, lega karena Christopher ada di sana. Kehadiran Christopher adalah dinding pertahanan yang sempurna.

"Bagus. Maaf aku terlambat. Aku harus mengurus dokumen Ayah yang mendadak," Lino berbohong, lantas duduk di samping Yujin dengan tindakan yang intim dan posesif.

Christopher mengangkat alisnya sedikit, melihat Lino yang duduk terlalu dekat.

"Kami sedang membahas desain interior ruang praktik Ayah. Yujin sangat membantu. Dia benar-benar mengerti apa yang Ayah inginkan," Lino menjelaskan, seolah-olah Yujin adalah miliknya untuk dipamerkan.

"Benarkah?" Christopher menatap Yujin, matanya mencari kebenaran. Yujin mengangguk tipis, mengiyakan agar sandiwara ini cepat selesai.

"Yujin adalah desainer berbakat, Lino," kata Christopher, suaranya tegas. "Tapi tolong jangan membebaninya dengan pekerjaan di luar jurusannya. Dia punya tugas kuliah yang padat."

Lino menyadari Christopher tahu ia sedang melewati batas.

"Tentu saja aku tidak akan membebaninya, Hyung. Ini hanya permintaan kecil," Lino membalas, lantas mengalihkan fokusnya sepenuhnya pada Yujin dan mengabaikan Christopher.

Lino membuka tabletnya. Ia mulai menanyakan detail tentang pencahayaan dan tekstur, persis seperti yang ia katakan di telepon. Hanya lima menit, tetapi Lino berusaha menggunakan waktu itu seefektif mungkin, mencondongkan tubuhnya ke arah Yujin, menciptakan kedekatan fisik yang tidak diperlukan.

Yujin berusaha keras untuk fokus pada layar dan mengabaikan kedekatan Lino. Ia memberikan jawaban cepat, singkat, dan profesional.

"Itu sudah cukup, Oppa. Terima kasih," Yujin menutup buku sketsanya, memberikan isyarat bahwa pertemuan selesai.

Lino mendengus kecil, kecewa karena Yujin membatasi waktu mereka.

"Baiklah. Terima kasih banyak, Yujin. Kau benar-benar penyelamatku," Lino kembali memasang senyum menawannya, namun ada kilatan dingin di matanya. Ia kemudian berdiri. "Aku harus segera kembali ke fakultas Hukum. Sampai jumpa." Lino pergi, tidak berpamitan pada Christopher.

Begitu Lino menghilang, Yujin menghela napas lega yang panjang. Christopher mengamatinya. "Apa yang terjadi? Kau terlihat sangat tidak nyaman, Yujin."

Yujin menggigit bibirnya ragu. Ia ingin menceritakan manipulasi Lino, tetapi ia takut Christopher akan menggunakan ini untuk memicu konflik besar dengan Lino yang akan berdampak pada Jiya.

"Tidak ada apa-apa, Oppa, aku hanya lelah. Dan aku sebenarnya benci jika urusan non-akademis mengganggu waktu kuliahku."

Christopher tidak sepenuhnya percaya, tetapi ia tidak mau mendesaknya. Ia tahu Yujin tidak akan berbohong kecuali untuk melindungi seseorang.

"Baiklah," Christopher berdiri, meraih kotak kardus berisi kain sampel Yujin. Ia mengangkatnya dengan mudah seperti itu hanya selembar kertas. "Ayo. Aku akan mengantarmu. Dan kau akan menjelaskan padaku tentang pencahayaan sinematis saat kita berjalan ke Butik Vanté."

Yujin menatap punggung Christopher yang lebar, yang kini berjalan di depannya sambil membawakan bebannya. Ia merasakan gelombang kehangatan dan rasa aman yang besar.

Inilah perbedaannya.

Lino mencoba mendekatinya dengan manipulasi, tekanan, dan pemaksaan yang diselubungi kepedulian. Sementara Christopher, dia datang, tidak meminta apa-apa, mengambil bebannya, dan menawarkan kenyamanan yang murni tanpa syarat.

Saat mereka berjalan menyusuri taman kampus yang sepi, Yujin mulai menjelaskan tentang desain dan cahaya, suaranya kini terdengar rileks dan bersemangat.

Yujin menyadari, Christopher adalah satu-satunya pelabuhan nyaman yang ia miliki. Pria yang membuat hati Yujin tenang dan merasa dilindungi, tanpa ada motif tersembunyi. Christopher adalah kakak yang ideal, pria yang ia percayai sepenuhnya.

Dan ironisnya, kedekatan murni inilah yang akan menjadi pemicu terbesar bagi tragedi yang akan datang, karena hal itu adalah hal yang paling dibenci dan dicemburui oleh Lee Lino.

.

.

.

.

.

.

.

— Bersambung —

1
Dian Fitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!