NovelToon NovelToon
MALAM TELAH TIBA

MALAM TELAH TIBA

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Bullying dan Balas Dendam / Game
Popularitas:476
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Sekelompok siswa SMA dipaksa memainkan permainan Mafia yang mematikan di sebuah pusat retret. Siswa kelas 11 dari SMA Bunga Bangsa melakukan karyawisata. Saat malam tiba, semua siswa di gedung tersebut menerima pesan yang menunjukkan permainan mafia akan segera dimulai. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menyingkirkan teman sekelas dan menemukan Mafia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eksekusi Semuanya

Deg… deg… deg…

Jarum jam tepat menunjukkan pukul 12 malam, tepat saat kesunyian juga mengepung aula dengan orang-orang panik di dalamnya. Tidak ada tanda apapun, bahkan suara yang biasa bergema di jam-jam tertentupun tidak terdengar.

“Udah lewat tengah malem, kita berhasil?” Fattah memecah keheningan.

“Kita selamat?” Yuna yang masih panik mulai beranjak dengan senyum.

“Kita berhasil” Jihan kali ini berseru dan melayangkan telapaknya pada telapak Wira yang mengarah padanya. Membuat suasana lega pada masing-masing insan. Namun tidak dengan Khalil. Saat semua orang terutama Dion bisa bernapas dengan tenang, pria itu justru semakin gelisah.

“Tidak mungkin semudah ini”

“Emang kalian yakin ini berhasil?”

Hagian menoleh, “kenapa? Lo nggak yakin sama rencana ketua kelas?”

Dion yang berdiri tak jauh dari mereka mulai mengintai Khalil dan Hagian yang saling bersebelahan. Seperti tatapan tajam yang sudah sering mereka adu sama lain.

“Bukan gitu, brengsek” Khalil memukul kepala Hagian, “gue cuman nggak yakin aja, lagian sejak kapan gue meremehkan rencana Dion?”

“Lo kok jadi mulai duluan sih?” Hagian membalas pukulan Khalil, membuat desis di wajah pria itu.

Semua orang tidak mempedulikan, mereka sibuk dengan tawa senang masing-masing. Ditambah Jihan dan Wira yang mulai berpelukan karena menurut mereka sebentar lagi mereka akan keluar dari gedung ini.

“Menjijikkan”

Hagian hanya melirik sebelum menatap semua teman-temannya.

Peserta Harus Memilih Dan Mengidentifikasi Mafia.

Tepat saat gema pada ruangan terdengar lagi. Seluruh ponsel yang ada di tong mulai bersuara satu per satu. Menimbulkan kegaduhan yang membingungkan semua orang.

“Mau ngapain?!” Agil menghentikan Melanie dan Lisa yang hendak beranjak menuju tong sampah di tengah aula.

“Ngapain lagi? Gimana kalau kita diem aja dan mati?!” Seruan Lisa membuat kekacauan di aula.

“Lo mau tanggung jawab kalau kita mati?” Kali ini Melanie membela Lisa. Sebelum ikut beranjak mengikuti langkah capat Lisa menuju tong itu.

“Eh tunggu! Kita belum tahu,”

“Mereka tuh kenapa nggak pernah mengikuti aturan, Merah?” Ujar Arsya pelan, sambil melirik pada Merah yang hanya fokus dengan beberapa orang yang mulai menjangkau tong sampah.

Brughhh..

Karena Melanggar Peraturan, Vebby dan Kelvin Akan Di Eksekusi.

Semua orang menoleh, tepat saat dua tubuh terjatuh dari lantai atas. Memercikkan cairan merah dari tubuh mereka, menimbulkan kericuhan yang lebih parah.

“Bajingan” gumam Khalil.

Pria itu hendak melangkahkan kakinya yang mendadak lemas. Sebelum memfokuskan pandangannya pada Hagian yang duduk tenang di bangku yang ada di pinggir aula.

“Lo ngapain?!”

“Ambil ponsel kalian, kalau nggak mau mati” Hagian dengan santai, merogoh benda pipih yang dia simpan di kantungnya, sambil menekan salah satu tombol pada layar.

“Aish” decak kedua orang itu dengan kesal. Lagian mana mungkin Hagian percaya dengan ketua kelas? Hanya orang-orang bodoh saja yang mau menuruti perintah atasan dan dia bukan termasuk dalam orang bodoh itu.

“Kalo nggak milih kita bakal mati!” Seruan Farhan membuat semuanya semakin kacau. Semua orang tersisa mulai berlarian mencari ponsel mereka yang terserak di lantai.

“Bajingan, lo nggak ambil HP lo?” Hagian melirik pada Khalil.

Karena Melanggar Peraturan, Fida Akan Dieksekusi. Fida Adalah Warga.

Saat suasana menjadi tak beraturan, ditambah dengan aura merah legam menyala, menimpulkan situasi yang semakin menegangkan. Tidak membuat Khalil bergeming dari tempatnya. Pria itu hanya sedang memproses keadaan, keadaan yang benar-benar diluar nalarnya.

“Eh goblok! Ambil HP lo kalo nggak mau mati!”

“Gue ng,”

“Khal, HP lo!” Farhan membuat Hagian mendegus malas, menatap kesok asikan pria itu mengambil kan ponsel Khalil. Secara memaksa Khalil untuk segera membuka ponselnya.

“Kita harus saling memilih, lo milih gue, gue milih lo, oke?”

“Hah? Oke” Khalil menyentuh layar, tepat pada foto Farhan yang terpampang jelas disana.

Farhan memilih Khalil.

Khalil memilih Farhan.

Hagian mengabai, bukankah mereka terlihat seperti sahabat karib? Atau Farhan hanya sedang mencari tempat perlindungan agar tidak di runtuk lagi oleh Hagian?

Kedua pria itu melangkah, mengabaikan situasi sambil berusaha berpikir harus melakukan apa selain panik.

Tak…

“Itu punya Agil, tapi kenapa nggak mati, Khal?”

Khalil meraih ponsel yang sempat dia injak, cukup keras namun tetap menyala. Harusnya setelah terbang dari jarak yang cukup jauh dan di injak, kemungkinan kerusakan akan jauh lebih besar. Sementara ini, masih terlihat waras.

“Arghhh…”

Khalil segera menyodorkan benda pipih itu pada Agil yang sudah mulai tidak nyaman. Dengung di telinganya membuatnya tidak bisa leluasa.

“Pilihlah yang terbanyak di pilih, jangan ragu kalo lo nggak mau mati”

“Oke”

Yuna memilih Sinta.

Endru memilih Sinta.

Ditto memilih Sinta.

Sinta memilih Yuna.

Agil memilih Yuna.

“Makasih, Khal. Kalo nggak ada lo, gue bisa mato” Agil menghela napas beratnya, menatap Khalil dengan penuh rasa syukur karena pria itu datang di saat yang tepat.

“Lain kali pentingkan dirimu dulu, sebelum orang lain” Khalil melirik pada Intan yang tersungur lemah di lantai, mengatur napasnya setelah tahu bahwa Agil sudah menemukan ponselnya juga.

“Bukan gitu” Agil melirik pada Intan.

“Lo milih Yuna?” Farhan kali ini menyela, “kenapa?”

“Maaf, gue salah mencet”

Karena Melanggar Peraturan, Zidya Akan Dieksekusi. Zidya Adalah Warga.

Karena Melanggar Peraturan, Thania Akan Dieksekusi.

Thania Adalah Warga.

Khalil menelan ludahnya susah payah. Mengintai satu per satu teman-temannya yang mulai berserakan tak karuan. Setiap pasang mata panik, membuat Khalil juga demikian.

“Tunggu disini, gue bakal bantu mereka”

“Jangan, Khal. Mereka bisa cari HP mereka sendiri” ujar Agil sambil meraih lengan Khalil. Mencegah tubuhnya untum bergabung dalam bencana game ini.

“Agil bener, Khal”

Pemungutan Suara Selesai.

Suara dan lekat cahaya merah perlahan meredam. Membuat napas lega dari masing masing murid yang tersungkur di lantai. Sisanya mencoba menerjemahkan keadaan dengan lebih positif, walau sudah ada beberapa teman mereka yang tewas.

Dengan Sepuluh Suara, Sinta Mendapat Paling Banyak Dan Dia Akan Dieksekusi.

Khalil menoleh bersama semua orang yang mengalihkan pandangan pada Sinta, gadis mungil yang menganis pada pusat aula.

Sinta adalah Warga.

“Gue udah bilang, gue warga! Bukan gue mafianya! Kenapa kalian milih gue?!” Deru napas tidak stabil dan isak tangis sangat jelas.

Saat tubuhnya hendak beranjak dan melepas genggaman tangan Agil dari lengannya. Tubuhnya seakan melemah, bersama Agil yang dengan sukarela melepaskan genggamannya lebih dulu.

"Brengsek, apa lagi sih”

Belum juga menyaksikan kematian temannya yang terpilih, gelap sudah menyelimuti pengelihatannya. Sebelum tubuh mulai ambruk tanpa daya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!