Mohon dukungan 😁😁
Like,komen dan vote ya cinta 👌👌👌
Aku Mawar Paramitha tidak percaya dengan ada nya Tuhan,Lalu mengapa aku diminta untuk percaya pada CINTA???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma mossely, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26.Hot pot
Ketika waktu menunjukan pukul tujuh malam,Mawar bangkit dari pembaringan nya.
Tidur selama delapan jam membuat tubuh nya kembali segar.Karna waktu sudah memasuki waktu makan malam.
Mawar segera keluar dari kamar nya dan pergi menuju tempat meja makan berada.
Namun begitu sampai di sana,Mawar dibuat menghela nafas karna dua wanita yang dilihatnya tadi siang,masih berada di rumah ini.
Kali ini bukan hanya ada mereka berdua di meja makan,melainkan di tambah dengan kehadiran sepasang suami istri,Armand dan Lila.
"Oh , 'ratu' sudah bangun? Apakah 'ratu' ingin makan malam juga?"
Pertanyaan bernada sarkastik itu langsung menyapa gendang telinga Mawar.
Malas menghadapi prilaku kekanakan itu,Mawar lebih memilih urung ke meja makan.
'Aku lebih baik beli saja' pikirnya.
Namun bagaimana mungkin kedua wanita ini membiarkan Mawar pergi begitu saja?
"Apakah kau tidak melihat Ayah dan Ibu mertua mu disini, sehingga kau tidak menyapa mereka? Inikah etika yang kau pelajari di kediaman Paramitha?"
Wanita paruh baya yang cantik itu melemparkan serangan nya kepada Mawar.
Mawar dapat melihat tatapan puas yang terpancar dari kedua wanita yang seharian mengusik nya ini.
Terlebih Armand dan Lila tidak memiliki niat untuk menghentikan kedua nya.
"Berbicara etika, saya rasa Anda cukup paham jika sedang makan di larang berbicara,Apalagi memancing keributan yang tidak perlu..."
"Cukup!!!!"
Kata-kata Mawar terputus ketika, Armand berbicara dengan nada yang tinggi.
Armand yang sejak tadi menikmati makanan nya,kini menatap Mawar dengan tajam.
"Ini meja makan bukan pasar.Jangan samakan rumah ini dengan kandang yang biasa kau tempati."
Tajam dan menyakitkan.
Armand bahkan melupakan etika yang sudah melekat di keseharian nya ketika melihat Mawar.
He he he
Tawa cekikikan terdengar dari wanita muda nan cantik itu.
"Cleo, makan makanan mu."
Suara Lila penuh dengan kelembutan ketika menegur wanita cantik di belakangan di ketahui bernama Cleo itu.
"Baik Bibi."
Cleo menjawab dengan penuh nada manja.Lalu dengan sengaja dia menjulurkan lidah nya ke arah Mawar.
Seolah-olah menunjukan jika status dan tempat mereka sangat berbeda.
Mawar sama sekali tidak menganggap serius semua orang ini.Dia kembali ingin melangkah menjauh dari meja makan, ketika suara menggelegar dari Ayah mertua nya kembali terdengar.
"Berhentiiiii !"
Brak
Prang
Bukan saja menggebrak meja dengan kasar,Armand bahkan menyapu semua piring yang ada di hadapan nya yang mengakibatkan piring-piring tersebut pecah berserakan.
Suasana seketika menjadi hening.Bahkan Cleo yang tadinya masih tertawa cekikikan ikut terdiam.
"Berlutut sekarang.!"
Suara Armand begitu tegas tanpa bisa di bantah.Dia bahkan berdiri dari duduknya dan menatap Mawar dengan penuh intimidasi.
Namun apakah Mawar akan peduli?
Jawaban nya tentu saja tidak.
"Tuan Besar Armand Wijaya."
Suara Mawar terdengar serak karna baru bangun tidur.Suaranya terdengar datar tanpa emosi.
"Apakah menurut mu semua orang akan berlutut hanya karna kau meminta nya?"
Mawar bahkan tidak menyematkan panggilan 'Ayah mertua' kepada Armand.
"Meskipun aku menikah dengan Putra mu,bukan berarti kau dapat memperlakukan aku dengan semena-mena.Kau ingin aku berlutut kepada mu? Satu kata dari ku , M I M P I."
Mata Armand membulat ketika melihat sikap kurang ajar Mawar.Bukan hanya Armand, Lila ,Cleo dan juga Ibu nya pun sama.
Mulut mereka terbuka lebar melihat keberanian Mawar.
Armand, pria diktaktor yang gila hormat tentu saja merasa malu sekaligus marah.Wajah nya semakin memerah dan matanya melotot tajam kearah Mawar.
"Dasar kurang ajar dan tidak sopan.Hari ini aku akan mengajarkan kepada mu, apa arti patuh terhadap yang lebih tua.Jika Ayah mu tidak sempat mengajarkan kepada mu,maka aku tidak keberatan menggantikan nya."
Selesai berbicara begitu,Armand mengangkat tangan nya dan hendak menampar wajah Mawar.
Mata Mawar memicing tajam ketika melihat Armand tidak takut mati sama sekali.Saat tangan Armand semakin dekat dengan wajah nya,Mawar hendak menangkap tangan nya dan mematahkan nya.
Namun suara tua penuh keagungan menghentikan nya tepat waktu.
"Sekali saja tangan mu mengenai Cucu Menantu ku,maka selama nya kau tidak akan aku akui sebagai Anak ku."
Tangan Armand berhenti di udara.
Tubuh nya secara sepontan melihat kearah sumber suara.Begitupun dengan semua orang.
Wajah mereka menjadi pucat ketika melihat Riodrigo tangah berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung nya yang bungkuk.
Wajah tua nya menatap mereka dengan penuh amarah.
"Masih belum menurunkan tangan mu?? Apakah kata-kata ku tidak berguna lagi di rumah ku sendiri??"
Ucapan Riodrigo tentu sukses menampar kesombongan di wajah Armand.
Dengan pelan,dia menurunkan tangan nya yang terangkat di udara.Namun mata nya menatap Mawar dengan penuh peringatan.
"Kali ini kau lolos tapi tunggu saja."
Kata nya dari sela-sela giginya.
♧♧♧♧♧♧
Riodrigo mengikuti setiap langkah kaki Mawar.
Setelah perdebatan tadi, Mawar lebih memilih pergi ke luar untuk mencari makanan.Namun sialnya, Riodrigo mengikuti di belakang nya.
"Aku akan menebus kesalahan Putra ku dengan uang ku malam ini."
Itu adalah kata- kata yang Riodrigo ucapkan ketika Mawar memintanya untuk berhenti mengikutinya.
"Kakek aku akan pergi memakan hot pot malam ini."
Mawar mengatakan hal itu agar Riodrigo berhenti mengikutinya,namun Mawar harus menelan kekecewaan nya kali ini,karna Riodrigo menyambut ide itu dengan hati yang riang.
"Tidak masalah, aku juga sudah lama tidak makan hot pot.Selagi Anak itu belum pulang."
Riodrigo berkata dengan riang.
"Tuan Tua.."
Suara rendah dari seorang pria paruh baya terdengar dari kegelapan malam.
Sejurus kemudian sosok itu muncul di hadapan mereka.
Alis ramping Mawar terangkat ketika melihat pria itu.
' Ilmu tenaga dalam' batinnya kegirangan.
"Anda dilarang oleh Tuan Muda memakan makanan yang terlalu berminyak dan pedas,daging juga tidak boleh."
Pria paruh baya ini tampak nya adalah orang yang diutus khusus oleh Arthur untuk melindungi Kakeknya.
"Apakah aku, seorang veteran perang selemah itu?"
Ya.
Riodrigo dulunya adalah seorang Tentara, namun sayang, dia harus pensiun dini karna cidera berkepanjangan yang di deritanya.Ketika sudah pensiun,Riodrigo memutuskan untuk memulai bisnis kecil-kecilan.
Dia dan mendiang istrinya menggunakan semua uang simpanan mereka sebagai modal usaha.Saat usaha mereka semakin sukses,sang istri meninggal lebih awal.
Meninggalkan Ayah dan Anak sendirian.Armand kala itu masih berusia sepuluh tahun.
"Tetap tidak bisa Tuan Tua.Ini perintah langsung dari Tuan Muda."
Pria paruh baya itu menunduk hormat,karna tetap kekeh dengan pendirian nya untuk menghalangi Riodrigo agar mengurungkan niat nya untuk ikut.
Cih.
"Persetan dengan mu! Jika aku tidak bisa pergi malam ini,maka lupakan untuk dapat terus disisi ku."
Mawar terkekeh geli ketika melihat pria tua di depan nya ini merajuk.
"Maaf Tuan Tua."
Namun Sang pelindung juga tidak mau mengalah.
Riodrigo menghentak-hentakkan kaki nya dengan kesal.Jika dia tidak bisa mengintimidasi pengawal rahasia nya,maka dia bisa mencoba ke mahluk di sebelah nya.
"Kau tau aku sangat ingin ikut dengan mu.Kau harus membalas jasa mu karna aku telah membela mu tadi."
Kali ini Mawar adalah sasaran nya.
Melihat Mawar akan mengangguk,pria paruh baya itu menjadi cemas.
"Nona Muda, Tuan Tua memang dilarang keras oleh Tuan Muda untuk melanggar gaya hidup sehat yang sudah di jalaninya selama ini."
Karna cemas,pria paruh baya itu tidak sengaja mengeluarkan aura beladiri nya yang sangat mengintimidasi.
Bahkan Mawar yang selalu santai,merasakan tekanan tak kasat mata menyerang dirinya.Wajahnya seketika menjadi pucat.
"Tarik kembali aura sialan mu itu.Siapa yang coba kau takuti? Jika Cucu Menantu ku terluka dan gagal memberikan ku seorang cicit, maka pergi saja dari sisi ku."
Mawar yang tadi nya merasakan tekanan berat pada dirinya kini sirna,digantikan oleh tatapan membara dari Riodrigo.
"Baiklah, aku ingin pergi makan karna aku sudah lapar.Kalian tinggallah disini."
Akhirnya Mawar memutuskan untuk mendengarkan Pria paruh baya tersebut.Dia juga masih ingat peringatan dari Arthur, yang meminta nya untuk menjaga jarak dari Kakek nya.
"Tidak boleh,jika kau tidak membawa ku malam ini maka aku lebih baik mati saja."
Tanpa menunggu reaksi dari kedua orang di depan nya,Riodrigo duduk ditanah dan melanjutkan sikap merajuk nya.
"Tuan Tua.."
Bukan nya Pria paruh baya itu tidak mampu mengangkat tubuh kurus Riodrigo, hanya saja dia masih menjaga martabat yang sangat di junjung tinggi oleh Pria Tua ini.
"Kau membawa ku atau tidak, pilihan ada di tangan mu."
Usai berkata begitu dia tidak lagi memperdulikan Mawar maupun Pria paruh baya itu.
Cuaca jauh lebih dingin ketika hari sudah malam.Khusus nya bagi orang tua seperti Riodrigo.Sehingga baru duduk selama lima menit,tubuh nya sudah mulai menggigil.
Namun dia tetap bersikeras pada pendirian nya,yang membuat mereka jatuh kedalam jalan buntu.Pria paruh baya itu berulang kali ingin membantu nya berdiri dan berulang kali pula Riodrigo menolak.
Karna tidak tahan lagi,apalagi Mawar sudah sangat lapar,maka tidak ada pilihan lain lagi selain membawa mereka berdua bersama nya.
"Ayo, ikutlah dengan ku.Tetapi sebelum kita pergi,minum pil ini terlebih dahulu. Pil ini tidak akan membunuh mu,tetapi membantu menetralkan makanan yang akan kita makan."
Mawar mengeluarkan sebuah pil dari botol mungil di tangan nya.
Karna Mawar sangat menyukai hot pot tetapi dia memiliki alergi khusus terhadap makanan pedas berkuah tersebut.Maka Mawar menciptakan 'racun' khusus yang dapat melarutkan rasa pedas dan menyengat cabai,kolesterol pada daging dan berbagai zat berbahaya pada tubuh sehingga perut nya akan tetap nyaman meski memakan hot pot dalam jumlah yang banyak.
Riodrigo segera menelan pil itu tanpa ragu,sebelum Mawar kembali berubah pikiran dan sebelum pria paruh baya ini menghalangi nya.