Bunga yang pernah dikecewakan oleh seorang pria, akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk Malik yang selama setahun terus mengejar cintanya. Ia terima cinta Malik walau sebenarnya rasa itu belum ada. Namun Bunga memutuskan untuk benar-benar mencintai Malik setelah mereka berpacaran selama dua tahun, dan pria itu melamarnya. Cinta itu akhirnya hadir.
Tetapi, kecewa dan sakit hati kembali harus dirasakan oleh Bunga. Pria itu memutuskan hubungan dengannya, bahkan langsung menikahi wanita lain walaupun mereka baru putus selama sepuluh hari. Alasannyapun membuat Bunga semakin sakit dan akhirnya memikirkan, tidak ada pria yang tulus dan bertanggungjawab di dunia ini. Trauma itu menjalar di hatinya.
Apakah Bunga memang tidak diizinkan untuk bahagia? Apakah trauma ini akan selalu menghantuinya?
follow IG author : @tulisanmumu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengetahuinya
Malik tiba di rumahnya dengan langkah gontai. Dasi yang sedari pagi terpasang sempurna kini sudah terlepas, tergantung tidak teratur di lehernya. Begitu juga kancing lengan kemejanya yang sudah ia buka, dan lengan kemeja sudah ia gulung sembarangan ke atas.
Olivia yang tengah duduk di ruang santai begitu bingung melihat penampilan suaminya. Baru kali ini Malik, sang suami pulang dengan penampilan berantakan.
Tidak hanya pakaiannya, namun rambut Malik juga terlihat berantakan. Kusut dan acak-acakan. Tidak seperti biasanya. Wajah pria itu juga tampak kusut. Bahkan matanya juga terlihat merah dan sembab, seperti habis menangis.
"Ada apa denganmu?" tanya Olivia yang mengikuti Malik masuk ke dalam kamarnya.
"Kembali ke kamarmu!" tegas Malik.
"Apa kamu ada masalah?" tanya Olivia lagi tanpa menghiraukan perintah Malik.
"Aku bilang, kembali ke kamarmu!"
Olivia begitu terkejut hingga mundur beberapa langkah ke belakang. Ini merupakan pertama kalinya Malik membentak dirinya.
"Kamu kenapa, sih? Kenapa marah sama aku?" tanya Olivia yang tidak terima. Ia merasa tidak membuat kesalahan pada Malik, lalu kenapa dia harus dimarahi seperti ini.
Malik membalikkan tubuhnya, dan menatap tajam ke arah Olivia. Olivia merasakan sedikit ketakutan, namun ia mencoba sekuat mungkin untuk tidak menampakkannya pada Malik.
"Semua karena kau! Kalau saja kau tidak masuk ke dalam kamarku pada malam itu, semua tidak akan jadi seperti ini. Tidak akan ada pernikahan sialan ini!" Malik berteriak, meluapkan seluruh amarah yang ia pendam selama ini.
Olivia menatapnya dengan mata terbelalak. Ia tidak terima kesalahan itu dilimpahkan kepadanya.
"Apa kau lupa kalau kau yang menyentuhku?” Olivia membalas ucapan Malik dengan ikut berteriak. “Memang aku yang salah masuk kamar, tapi kenapa kau menyentuhku? Kenapa kau tidak langsung mengusirku, melemparku keluar dari kamarmu? Kenapa kau malah menikmati tubuhku?" Ia berbicara sambil menunjuk-nunjuk ke arah Malik.
"Semua karena minuman sialan yang kau tuangkan malam itu! Karena aku mengira kau adalah Bunga. Dan sekarang… karena kau, aku kehilangan dia!" teriak Malik dengan suara penuh amarah dan penyesalan.
"Bunga sudah mulai mencintaiku. Dia sudah mulai menerimaku, membuka hatinya untukku. Aku berjanji tidak akan membuatnya kecewa dan akan menjadikannya ratu dalam hidupku. Aku yang dulu menyembuhkan lukanya… tapi justru aku yang membuat luka itu kembali terbuka, bahkan lebih dalam dari sebelumnya," lirih Malik dengan nada penyesalan. Air mata pria itu kembali mengalir, membasahi pipinya. Dengan kasar ia menyapu rambutnya ke belakang, lalu terpuruk duduk di lantai.
Olivia yang semula dipenuhi amarah kini perlahan meredup. Rasa iba mulai menyusup melihat Malik yang tampak begitu frustrasi. Sosok pria tegas dan dingin yang selama ini ia kenal seakan lenyap, berganti dengan seorang lelaki rapuh yang terjebak dalam luka dan penyesalan.
"Apa sebelumnya kau memiliki kekasih?" tanya Olivia. Wanita itu kini ikut duduk di samping Malik.
Malik mengangguk tipis, sebagai jawaban atas pertanyaan Olivia.
“Aku bahkan sudah melamarnya… dua hari sebelum malam sialan itu,” ucap Malik dengan suara lemah, pandangannya kosong tak berdaya.
Olivia menghela nafas panjang. Ia sama sekali tidak tahu jika Malik telah memiliki kekasih sebelumnya, sebab yang ia tahu Malik tidak pernah terlihat memiliki kedekatan dengan wanita manapun.
"Mau aku bantu dengan bicara dengannya?" usul Olivia. Ia turut andil dalam kandasnya hubungan sang suami, dan sudah seharusnya ia membantu sang suami mendapatkan cintanya kembali. Entahlah ini benar atau salah, tapi Olivia sendiri tidak kuat melihat kondisi Malik yang hancur seperti saat ini.
"Jangan!” tegas Malik. “Dia bahkan meminta kamu untuk tidak menemuinya lagi" lanjutnya.
"Maksudnya? Memang aku mengenalnya?" tanya Olivia bingung. Kenapa ada kata 'menemui lagi’.
Olivia terdiam,berpikir sebentar, hingga akhirnya raut wajahnya menunjukkan keterkejutan.
"Tunggu. Tadi kamu bilang Bunga. Apa yang kamu maksud itu, dokter Bunga? Dokter kandungan yang aku temui kemarin?" tanya Olivia beruntun. Perasaannya saat ini tidak tenang. Ia berharap apa yang dipikirannya saat ini bukan jawabannya. Namun yang ia lihat malah kebalikannya. Olivia melihat Malik mengangguk.
"Oh Tuhan..." Bunga sontak berdiri, tangannya menutup mulutnya dengan gemetar.
Bayangan hati Bunga yang tercabik-cabik membuat dadanya semakin terasa sesak. Wanita itu harus memeriksa kondisi kehamilan istri dari pria yang menjadi kekasihnya dulu. Tidak bisa Olivia bayangkan betapa hancurnya hati Bunga kemarin.
"Apa dia juga datang ke acara nikahan kita?" tanya Olivia lagi. Jangan sampai Malik mengangguk lagi, pikirnya. Namun kembali, harapan hanya harapan karena Malik kembali menganggukkan pelan kepalanya.
Olivia hanya bisa diam. Pantas dirinya merasa pernah bertemu dengan Bunga. Ia merutuki kebodohannya malam itu yang mengajak Malik dan Rendra untuk menemaninya minum.
Malam itu sekitar dua bulan lalu, mereka bertemu di lobby sebuah hotel di Bali. Malik dan Rendra ada urusan pekerjaan, sedangkan dirinya sedang liburan seorang diri. Karena merasa bosan, akhirnya ia meminta Rendra yang masih merupakan kerabat dekat keluarganya untuk menemaninya minum di tempat hiburan malam yang lokasinya masih berada di hotel tersebut.
Karena keasikan, Olivia menjadi lupa diri. Ia terus menuangkan minum untuk kedua pria itu. Rendra yang memang terbiasa minum minuman beralkohol sejak duduk di bangku kuliah tentu saja tidak merasa terganggu sama sekali. Namun berbeda dengan Malik yang memang waktu itu adalah pertama untuknya.
Melihat Malik yang sudah tidak kuat, Rendra kemudian membawa Malik ke dalam kamarnya, sedangkan Olivia memilih tinggal sebentar lagi. Setelah meletakkan Malik di atas ranjang, Rendra langsung keluar dari kamar. Tanpa ia sadari, pintu kamar tidak tertutup rapat.
Tidak lama Olivia juga ikut menyusul. Kebetulan kamar mereka berada di lantai yang sama. Entah bagaimana saat itu, penglihatan Olivia yang sudah tidak fokus mengira kamar Malik adalah kamarnya. Karena kamar Malik tidak tertutup rapat, Olivia yang mengira itu adalah kamarnya langsung masuk ke dalam kamar Malik.
Merasa gerah, Olivia membuka semua pakaian luarnya dan hanya menyisakan pakaian dalam saja. Ia langsung tidur di sebelah Malik yang kala itu tidur terlentang. Olivia yang kesadarannya juga sudah menurun, memeluk Malik dari samping karena mengira itu adalah bantal yang ada di kamarnya.
Sepasang manusia tidur diatas ranjang dan dalam kondisi mabuk, mengakibatkan saraf-saraf di otak mereka tidak dapat bekerja secara sempurna. Mereka tidak bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata. Akhirnya malam itu terjadilah sesuatu yang haram dilakukan oleh pasangan yang belum sah menikah.
"Aku minta maaf," ucap Olivia tulus. Bagaimanapun ia turut andil dalam kesalahan itu. Seandainya ia tidak salah masuk kamar, semua ini pasti tidak terjadi, pikirnya.
Malik hanya diam, tidak menanggapi permintaan maaf Olivia. Pria itu kini berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Di depan pintu kamar mandi, Malik berhenti tanpa menoleh ke belakang.
"Kembalilah ke kamarmu. Aku mau istirahat." Setelah mengucapkan itu, Malik langsung masuk dan mengunci pintu kamar mandi.
Tidak ingin mengganggu Malik, akhirnya Olivia keluar dari kamar Malik dan kembali ke kamarnya. Ia memikirkan mengapa hidupnya bisa seperti ini. Kalau orang-orang mengetahui ini, dirinya pasti sudah dijuluki PELAKOR.
****
Hai hai, Terima kasih sudah mampir ke cerita author ini ya. Jangan lupa untuk like, komen, dan ⭐️5 nya biar author semakin semangat untuk nulisnya ❤️❤️
Semoga masih ada harapan Bunga kembali ke Fadi
Mama nya Jelita hamil dengan orang lain dan Fadi yg menikahi nya
Jelita bertemu dengan tante Bunga di IGD & Bunga tidak menyangka kalau papa Jelita adalah Fadi sang mantan.
2 mantan berada di IGD semua dengan kondisi yang berbeda