The Poison Of Winter

Winter menatap cairan berwarna kuning yang selama ini membuatnya muak. Cairan ini membangkitkan kenangan buruk, dimana setiap tidak ada perubahan warna yang terjadi, maka ayahnya akan memukulnya sepanjang malam. 

Namun ironisnya, saat ini perubahan warna pada cairan merupakan hal yang paling ditunggu olehnya.

Setelah menarik napas panjang, Winter menambah irisan luka baru di pergelangan tangannya. Seketika cairan berwarna merah kental meluncur ke dalam mangkuk. 

Tidak lama kemudian muncul gas abu dari darah yang menempel ke cairan tersebut. Seolah darah itu merupakan api panas yang padam terkena air. 

Setelah menunggu beberapa saat darah itu tidak bergabung dengan cairan. Keduanya tetap memisah dan tidak ada perubahan apapun yang terjadi.

"Ini.. Tidak ada perubahan warna yang terjadi. Hasilnya sama seperti percobaan oleh penyihir..."

"Ha... Hahaha... Hahahaha...." 

Winter menatap mangkuk itu tajam dan tertawa hampa.

"Apa yang aku harapkan? Aku sudah melakukan ini belasan tahun dan sudah tau hasilnya. Entah mengapa, aku bersemangat karena melihat May saat itu..." 

Winter menatap kosong cairan dalam mangkuk.

"Yah, demam 3 hari dapat membuat siapapun berhalusinasi." 

Winter menekan kuat-kuat tangannya. Dia tidak boleh larut pada kebingungannya. Saat ini hanya satu tujuan yang ingin dicapainya.

"Cara paling aman adalah berada di pihak Putra Mahkota tanpa disadari oleh Lancaster. Jika aku mendapatkan kekuasaan dan bekerjasama dengan Putra Mahkota, kita bisa menghancurkan Lancaster bersama-sama."

Bukan rahasia umum bahwa keluarga kerajaan menaruh dendam kepada Lancaster. Namun lemahnya dukungan bangsawan kepada keluarga kerajaan, serta kuatnya dukungan politik bangsawan senior kepada Lancaster, membuat keluarga kerajaan tidak dapat melakukan apapun kepada Lancaster.

Hal yang sama berlaku untuk Winter. Walaupun darah Lancaster mengalir pada tubuhnya, dia bukan orang yang haus kasih sayang hingga akan melakukan apa saja untuk mendapatkan perhatian ayahnya. 

Sebaliknya, dia merasa jijik dengan keluarga yang selalu menyiksa dan mengabaikannya selama ini. 

Dia ingin pergi dari keluarga ini, membangun kehidupan yang nyaman di pinggiran kota. Winter yakin Putra Mahkota akan menjadi sekutu terbaik dalam menghancurkan Lancaster.

...***...

Ketika matahari mulai terbenam, Kayleigh telah sampai di kuil Agung. Saat Kayleigh turun dari kuda tampak seorang pria menghampirinya dengan muka masam.

“Anda terlambat.”

“Aku ada urusan sebentar.”

Utusan kuil itu mengernyitkan dahinya, namun dia tau sosok Kayleigh yang selalu terlihat anggun sebenarnya bukanlah orang yang memperhatikan etika bangsawan. Dia menarik napas panjang sebelum kembali berbicara kepada Kayleigh.

“Semua orang sudah menunggu. Silakan ikuti saya.”

Mereka telah sampai di depan bangunan dengan ornamen berwarna perak. Utusan itu meminta Kayleigh untuk masuk ke dalam. Ketika Kayleigh membuka pintu tampak beberapa orang sudah hadir di sana. 

“Ah, kamu sudah di sini.” Putra mahkota Harry tersenyum ke arah Kayleigh.

“Tampaknya ada orang baru di sini.” 

Kayleigh yang baru saja tiba, memperhatikan seseorang yang tampak asing di pertemuan rahasia fraksi Putra Mahkota.

“Aku yang membawanya atas izin Pemimpin Agung Kuil. Dia baru saja menjadi seorang Sword master dan menyatakan akan berada di pihak kita. Bukankah itu luar biasa!” 

Putra mahkota tersenyum lebih lebar saat mengenalkan pria itu dengan bangga.

“Saya Alexander Charless. Kita beberapa kali bertemu di perjamuan kerajaan tapi belum pernah berbicara secara langsung. Senang bertemu dengan Anda, Lord Kayleigh.”

“Salam kenal sir Alexander. Kita seumuran, jadi silakan berbicara dengan nyaman.”

“Melihat Marquisate Charless yang netral mulai berpihak kepada Anda, saya ingin mengucapkan selamat Yang Mulia.”

Seorang pria tua, pemimpin keluarga Beverly tersenyum kepada Harry.

“Ini masih rahasia, mohon untuk menjaga kerahasiaan ini hanya diantara kita.” Ujar Putra Mahkota.

“Jika Lancaster tau Putra Mahkota sedang mengumpulkan kekuatan, akan sangat berbahaya bagi Putra Mahkota.” 

Llyod, ajudan putra mahkota berkata berkata dengan tegas yang dibalas oleh anggukan semua orang. 

Saat semua orang sedang merenung, sebuah pintu terbuka. Tampak sosok pria tua yang karismatik muncul dari dalam ruangan. 

Ketika pria tua memasuki ruangan, seluruh bangsawan selain Putra Mahkota menundukkan kepalanya ke bawah.

“Pemimpin Agung Kuil.”

“Saya lihat semua orang telah hadir.” 

Pemimpin Agung Kuil Suci tersenyum ramah kepada para bangsawan di hadapannya.

“Anda memanggil kami dengan tergesa-gesa. Apakah ada sesuatu yang terjadi?” 

Putra Mahkota yang tidak sabar segera bertanya.

“... Sebuah oracle telah turun.”

“Oracle?!” 

Semua orang terkejut dan saling berpandangan. Faktanya sudah sangat lama sejak terakhir kali oracle muncul di Windland. Kerajaan sedang mengalami krisis atas penistaan agama beberapa tahun terakhir. 

Penurunan pengikut kuil, perburuan penyihir yang dianggap sesat, hingga keberadaan Dewa yang mulai dianggap mengabaikan kerajaan. 

Sehingga rakyat kerajaan menganggap Dewa mulai memalingkan wajahnya dari kerajaan Windland.

“Oracle yang turun mengatakan bahwa Kebangkitan Sang Peramal akan melahap ular hitam.”

Semua orang bingung mendengar ucapan Pemimpin Agung. Walaupun dikatakan secara harfiah, ular hitam merupakan lambang yang digunakan oleh keluarga Lancaster. Keluarga yang sangat menentang kuil dan keluarga kerajaan saat ini.

“Ular Hitam.. Lancaster..”

Kayleigh bergumam seraya menopang dagunya.

“Sang Peramal? Apakah itu artinya kemunculan seseorang yang akan menghancurkan dinasti Lancaster?” 

Alexander yang baru bergabung dan tidak mengetahui apa-apa soal Sang Peramal bertanya dengan bingung.

Kayleigh menatap Pemimpin Agung sebagai bentuk persetujuan. Setelah menerima anggukan, dia mulai menjelaskan kepada Alexander.

“Sang Peramal adalah salah satu orang yang diberikan kekuatan suci yang sangat kuat untuk menjaga Kuil Agung. Sebelumnya, sosok Sang Peramal telah ada dalam beberapa generasi dan melindungi kuil agung secara turun temurun-”

“-Kuil merahasiakan keberadaannya untuk melindungi Sang Peramal karena kemampuannya yang diinginkan oleh banyak pihak. Oleh karena itu hanya beberapa orang yang mengetahui tentang Sang Peramal.” Kayleigh berbisik kepada Alexander.

“Ah..” Alexander mengangguk pelan.

“Tapi.. Bukankah Sang Peramal terakhir sudah meninggal?”

Lloyd seakan lupa akan etikanya, memotong perkataan Alex dengan keras.

“Apakah mungkin sebenarnya Sang Peramal masih hidup? Mungkin kita salah mengenali jasadnya karena sudah terbakar, ah.. ” 

Putra Mahkota yang bergumam segera menutup mulutnya saat melihat wajah Pemimpin Agung yang kaku.

“...Tubuh itu sudah pasti jasadnya. Saya dapat langsung mengetahuinya meskipun wajahnya sudah tidak dikenali, Yang Mulia. Lagipula isi ramalan menjelaskan bahwa kekuatan Sang Peramal ini baru saja bangkit.”

Pemimpin agung segera tersenyum lemah mendengar gumaman Putra mahkota.

“Tapi bagaimana mungkin Sang Peramal yang sudah meninggal dapat muncul dalam Oracle? Oracle yang diturunkan oleh Dewa tidak mungkin salah.” Count Beverly bertanya dengan gusar.

“Oracle mengatakan Kebangkitan Sang Peramal. Apakah mungkin Peramal yang lain telah bangkit?” Alex kembali bertanya.

“Seperti layaknya keberadaan Pemimpin Agung dan Saintess, Sang Peramal hanya ada satu di dunia ini. Bedanya, Saintess akan terpilih dari kekuatan penyembuhan di atas rata-rata yang ditetapkan kuil. Namun, Sang Peramal hanya dapat dilahirkan oleh Seorang Peramal juga. Dalam prosesnya Sang Peramal akan menyerahkan seluruh kemampuan meramalnya hanya kepada seorang penerus yang lahir dari rahimnya. Dan generasi itu seharusnya sudah punah ketika Sang Peramal terakhir meninggal saat insiden perburuan penyihir," jelas Putra Mahkota.

Pemimpin Agung mendesah panjang. Tatapannya terlihat kosong.

“Sang Peramal dan Saintess. Keduanya merupakan pendukung kuil yang keberadaannya tidak ada di generasi kuil agung saat ini.” Pemimpin Agung bergumam dengan sedih.

“Bagaimana jika..”

Ketika semua orang terdiam, Kayleigh yang sejak tadi berpikir keras mulai mengeluarkan asumsinya.

“Ini hanya asumsi saya. Namun, bagaimana jika Sang Peramal melahirkan seorang penerus sebelum dia meninggal? Bukankah dia menghilang secara tiba-tiba dari kuil agung setahun sebelum kematiannya. Bagaimana jika.. Selama setahun tersebut, Sang Peramal mempunyai seorang anak yang tidak kita ketahui?”

Semua orang terbelalak ketika mendengar asumsi Kayleigh, mereka segera menatap Pemimpin Kuil Agung dengan tatapan gusar. Diantara semua tebakan yang ada, asumsi itu tampak mendekati kebenaran yang sesuai dengan isi Oracle. Di sisi lain, wajah Pemimpin Kuil Agung tampak semakin mengeras.

...-BERSAMBUNG-...