Hidup bersama dengan keluarga yang tidak peduli dengan kehadirannya, kemudian memiliki seorang adik yang akhirnya meninggal dunia dan menjadi kesalahannya. Ditinggal pergi oleh orang tuanya karena dianggap pembawa sial, lalu hidup sendirian dalam rasa bersalah pada apa yang bukan menjadi kesalahannya. Hidup dengan keras hingga membuatnya lupa akan arti kebahagiaan, akankah suatu saat Cassie menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gemini Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengisi Peran Yang Kosong
Hari ini Cassie ada mata kuliah nanti di sore hari, jadi pagi harinya dia akan pergi bekerja di mini market. Saat baru turun, di sana sudah ada mobil mewah yang terparkir. Cassie mengabaikannya sebab dia juga tidak tahu milik siapa dan apa alasannya terparkir di situ, dia juga tidak mau tau urusan orang lain.
Cassie berniat untuk pergi saat mobil itu memri klakson hingga menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah mobil itu.
Kemudian dia hanya berpikir kebetulan saja, lalu dia pun berniat untuk melanjutkan perjalanannya. Namun lagi dan lagi mobil itu membunyikan klakson, Cassie pun membalikan badannya.
"Kalau ada perlu pada ku, kenapa dia tidak turun dari mobilnya? Tidak sopan sekali, masa bodoh juga lah aku" gumam Cassie di dalam hatinya, dia pun kembali membalikan badannya dan beranjak dari situ.
Orang yang ada di dalam mobil itu adalah Jackson, dia datang untuk menjemputnya. Pasalnya ada sebuah peran yang kosong di sebuah film yang sedang mereka garap, perannya hanya peran tambahan jadi bisa diselesaikan dalam satu hari syutingnya.
Di saat mereka sedang berembuk mencari siapa pemerannya, tiba-tiba Jackson teringat pada Cassie. Jadi dia pun menawarkan perempuan itu, dengan kemampuan penilaiannya Jackson selama ini tim produksi pun tidak meragukannya.
~ ~ ~
"Hei, berhenti dulu!" seru Jackson sembari menahan lengannya Cassie.
Perempuan itu tidak suka disentuh oleh orang asing, jadi dia menoleh dengan tatapan yang sangat dingin. Begitu tahu siapa yang menahannya pun membuatnya terkejut, dengan segera dia mengubah ekspresi wajahnya.
Jackson yang melihat ekspresi dan segala perubahannya pun dibuat terkejut.
"Kau?!" seru Cassie.
"Ah maaf! Aku tidak tahu kalau kau sangat benci disentuh oleh orang asing" ucap Jackson.
"Tidak masalah, jadi ada apa? Kau yang ada di mobil itu sedari tadi dan membunyikan klakson? Kenapa?" ujar Cassie.
"Ada sebuah film yang tim produksi kami sedang menggarapnya, nah ada peran tambahan kosong yang belum ada pemerannya. Aku terpikirkan soal kemampuan akting mu saat ikut casting, jadi aku menawarkan mu untuk memeran peran itu. Karena itu hanya peran tambahan, maka hanya membutuhkan waktu satu atau dua hari untuk syuting, bagaimana menurut mu?" ucap Jackson.
"Hm! Pertama, sekarang aku sedang dalam perjalanan untuk pergi ke tempat kerja sampingan ku. Kedua, kita bahkan belum menanda tangani kontra kerja namun kau sudah meminta ku untuk bekerja dalam film yang sedang digarap oleh perusahaan mu. Prosedurnya saja sudah salah, bagaimana nantinya jika aku menerima tawaran ini?" ujar Cassie.
"Aku sudah memikirkan hal itu, jadi untuk sekarang aku akan mengajak mu pergi ke perusahaan kami untuk melihat detail kontrak kerjanya karena sudah ada. Begitu kamu puas dengan isi kontraknya, kita bisa melakukan penanda tanganan kontrak itu dan bisa pergi untuk syuting. Namun jika kau memang tidak puas, maka kami pun tidak akan memaksa" ucap Jackson.
"Huh! Kalau begitu sebelum pergi ke perusahaan kalian, bisakah singgah sebentar ke mini market tempat ku bekerja. Aku ingin meminta izin, akan tidak sopan jika aku hanya menelfon mereka" ucap Cassie.
"Baiklah" sahut Jackson.
. . .
Setelah meminta izin pada pemilik toko itu, mereka pun segera menuju ke perusahaan. Meski pun Jackson masih kuliah, tapi dia sudah mengambil andil dalam pengelolaan perusahaannya. Setiap dia tidak ada jadwal mata kuliah, maka dia pasti akan pergi ke perusahaan.
Semua staff juga segan padanya, sebab kinerjanya Jackson memang tidak diragukan lagi.
Begitu tiba di perusahaan Jackson langsung mengajak Cassie ke ruang kerja ayahnya karena di sana lah kontrak kerja itu berada.
KLEK . . .
"Kalian sudah datang?" seru Robby berbasa basi.
"Kontraknya pa?" tanya Jackson.
Robby langsung menghampiri mereka yang sedang duduk di sofa yang ada di ruangannya itu.
"Nah, ini kontraknya Cassie! Silahkan diperiksa dulu, jika ada yang tidak berkenan kamu bilang saja nanti akan kami koreksi sesuai permintaan mu jika memang itu bisa dilakukan" ucap Robby.
Cassie pun mulai membaca isi kontrak yang sudah dibuat oleh mereka.
"Bagaimana?" tanya Robby.
"Tidak ada masalah! Hanya saja, bisakah aku sendiri menentukan pilihan atas pekerjaan yang harus diambil?" ucap Cassie.
"Bisa, nanti akan ditambahkan di kontraknya" ucap Robby.
"Kalau begitu nanti ku tanda tangani setelah kontraknya sudah direvisi" ucap Cassie.
"Boleh saja, tapi bagaimana dengan tawaran yang sudah ku katakan tadi?" tanya Jackson.
"Kita bisa pergi, selama aku akan dibayar maka aku akan pergi" ucap Cassie.
"Baiklah kalau begitu, kita kembali ke asrama mu dan kamu bersiap siap" ucap Jackson.
"Baiklah" ucap Cassie.
Mereka pun segera pergi dari situ, kemudian Robby menyuruh sekretarisnya untuk membuat kontrak kerja baru guna menambahkan apa yang diminta oleh Cassie tadi.
~ ~ ~
Setelah bersiap-siap, mereka pun segera menuju ke lokasi syuting yang berada di kota sebelah. Perjalanannya memakan waktu kurang lebih dua jam, Jackson pun menyuruh Cassie untuk tidur saja dulu.
Awalnya Cassie ingin menolak, namun karena semalam juga dia hanya tidur selama beberapa menit saja pun memutuskan akan tidur.
Cassie mengambil sebuah botol obat dan memakan obat tersebut.
"Obat? Kau sedang sakit? Kenapa tidak bilang saja? Dengan begitu kau bisa istirahat dulu" ucap Jackson.
"Hah! Ini hanyalah obat tidur, tanpa ada ini aku tidak akan bisa tidur" ucap Cassie.
"Huh?" sahut Jackson yang sangat terkejut, tiba-tiba saja dia teringat soal ucapannya Evelin yang mengatakan kalau perempuan yang ada di sampingnya itu tidak akan bisa tidur dengan tenang sebab selalu bermimpi buruk.
"Separah apa kerusakan mentalnya akibat kejadian yang menimpanya sejak kecil? Bukan kah sebaiknya dia harus pergi ke psikolog?" gumam Jackson di dalam hati.
Efek obatnya pun mulai bekerja, Cassie pun mulai tertidur.
* * *
Saat sudah mau tiba di lokasi syuting, Jackson melirik ke arahnya Cassie. Dia melihat gelagat dari ekspresi perempuan itu sedikit aneh, wajahnya terlihat sangat pucat dan keringat dingin membahasi wajah cantiknya itu.
Cassie terlihat seperti menangis namun di satu sisi dia seperti ketakutan, tangannya terlihat bergetar.
"Jangan tinggalkan aku!" ucap Cassie dalam tidurnya.
"Cassie? Cassie!" panggil Jackson yang berusaha membangunkan perempuan itu.
Akhirnya Cassie pun terbangun, dia sadar kalau efek obat tidurnya sudah mulai habis. Makanya dia akan bermimpi buruk setiap efek obat tidur itu habis, dia selalu meminta dosis obat yang lebih tinggi supaya efeknya lebih lama namun dia tidak diberikan.
"Apa yang terjadi? Kau bermimpi buruk?" tanya Jackson.
"Bukan apa-apa" sahut Cassie.
Mendengar jawaban itu pun membuat Jackson mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut.
"Jangan tinggalkan aku! Apa dia sedang bermimpi akan kedua orang tuanya? Momen saat dia ditinggalkan oleh mereka? Apa itu yang menjadi ketakutannya selama ini?" gumam Jackson di dalam hati.
~ ~ ~
Mengabaikan hal itu, Jackson pun terus mengendari mobilnya hingga mereka tiba di lokasi syuting. Dia pun segera membawa Cassie untuk dikenalkan pada sang sutradara, setelahnya Cassie langsung diberikan skrip untuk dibacanya.
Pasalnya, meski hanya peran tambahan tapi dia memiliki dialog. Cassie pun mulai fokus membaca di ruang ganti, dia dibawa ke sana untuk mengganti kostum sesuai perannya.
Dalam film itu Cassie akan memerankan seorang adik dari pemeran utama, dia akan terbunuh dan menjadi alasan pemeran utama dalam aktingnya membalas dendam.
Dalam film itu Cassie akan memerankan seorang siswa SMA, jadi dia didandani senatural mungkin. Sebenarnya dia tidak terbiasa dengan make up, sebab dia memang tidak pernah melakukannya. Dia selalu tampil apa adanya, meski begitu pun dia mendapat julukan dewi kampus karena kecantikannya yang sangat natural.
"Kau kelas berapa?" tanya penata rias yang ada di situ.
"Huh? Aku sudah kuliah, umur ku sudah dua puluh tahun" ucap Cassie.
"Hah!" seru semua orang yang ada di ruang ganti itu, mereka benar benar terkejut.
"Lihatlah wajah mu yang sangat canti ini, bahkan kulit mu terlihat sangat halus. Apa rahasianya?" tanya staff yang lainnya.
"Rahasia? Aku tidak punya, aku hanya rajin mencuci wajah ku sebanyak dua kali sehari dan memakai pembersih wajah yang bisa ditemui di mini market" ucap Cassie.
"Tidak mungkin! Aku melakukan perawatan yang mahal tapi tidak mendapatkan kulit sebaik milik mu" sahut yang lainnya.
Cassie pun menjadi canggung, pasalnya dia memang tidak pernah melakukan perawatan. Meski Evelin sudah mengajaknya beberapa kali pun dia tidak mau, dia hanya terbiasa natural apa adanya.
# # #
Selesai dengan kehebohan itu, Cassie kini sudah diubah seperti anak SMA. Dia pun dipanggil ke set untuk mulai syuting, banyak yang terkesima dengan kecantikannya. Lebih dari itu, kemampuan aktingnya pun dapat mengimbangi kecantikannya.
Sutradara dan kru film yang lain pun dibuat terkesima karenanya.
"Dia adalah bakat yang sangat langkah, dimana kau dapat menemukannya? Apa dia berlatih akting dengan seorang guru yang hebat? Siapa gurunya?" tanya sutradara pada Jackson.
"Dia tidak pernah belajar akting sebelumnya, dia adalah putri dari temannya papa. Sebelumnya dia ikut casting di perusahaan kami, karena kemampuannya itu sekarang dia menjadi artis baru dibawah naungan perusahaan kami" ucap Jackson.
"Kalian sangat beruntung mendapatkannya! Dengan wajah dan bakat yang seperti ini, aku yakin dia akan menjadi artis yang sangat hebat ke depannya" ucap sutradara itu.
"Kenapa? Jika menggarap film terbaru, apa anda berniat ingin mengajaknya juga?" ujar Jackson.
"Hahaha! Bagaimana kau tahu dengan niat ku?" ucap sutradara itu.
"Karena jika kau sudah tertarik pada seseorang yang memiliki bakat, maka kau pasti akan mengajaknya untuk berakting di film mu" ucap Jackson.
"Benar juga, karena itu tolong izinkan dia suatu saat" ucap sutradara itu.
"Meski kami sudah memberi izin, tapi yang berhak penuh untuk menentukan apa dia mengambil kerja itu atau tidak ialah dia sendiri" ucap Jackson.
"Kenapa begitu?" tanya sutradara keheranan.
"Karena itu yang dimintanya, supaya dia mau tanda tangan kontrak kerjanya pun papa menyetujui syarat yang diajukannya itu" ucap Jackson.
"Hoh! Sepertinya pak Robby memandang sangat tinggi pada bakat anak ini jika sudah seperti itu" ucap sutradara itu.
"Mn!" sahut Jackson.