"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11 Juara
Alvin pun menyerahkan koreknya
dengan hati-hati.
"Santai le, jangan gugup" ucap pak Arif
seraya menyulut rokok.
"Iya pak" jawab Alvin hati-hati.
"Saya tadi liat dan denger semua apa
yang kamu bicarakan sama Ratih" ujar pak
Arif semakin membuat Alvin terkesiap.
"Tapi tenang saja, saya di pihakmu.
Apa yang sudah kamu lakukan tadi sudah
bener, saya salut" sambung pak Arif seraya
menghisap rokok yang ada di tangannya.
"Hmmm" Alvin bingung hendak
menjawalb bagaimana.
"Siap kan untuk presentasi yang kemungkinan akan jadi debat nanti?"
tanya pak Arif mengalihkan pembicaraan.
"Insyaallah siap pak" jawab Alvin.
"Bagus, saya percaya kamu yang bakal
menguasai nanti, cukup percaya diri,
semua yang kamu pelajari itulah yang
akan bermanfaat buat kamu" ujar pak Arif.
Pak Arif pembimbing mata pelajaran
fisika, guru yang Alvin segani, sebab
setiap beliau bicara selalu membuat
Alvin takjub karena wibawanya. Tak
lama pak Arif bercerita, hal hal sederhana
yang mampu membangun rasa percaya
diri Alvin lebih tinggi.
"Saya turun dulu, bentar lagi kamu
harus turun, ada makanan di ruang
kumpul tadi. Segera kamu makan, biar
keburu waktunya" pungkas pak Arif
mengakhiri pembicaraannya dengan Alvin, setelah melihat jam tangan yang
melingkar telah menunjukkan bahwa sisa
waktu istirahat tinggal 15 menit lagi.
"Baik pak, terimakasih" jawab Alvin
seraya mengangguk.
la pun membersihkan sisa Puntung
rokok dan mengibaskan tangannya untuk
menghilangkan bau.
Tak lama kemudian ia pun segera
turun, menuju ruangan yang di maksud
pak Arif tadi, benar saja, semua rekan
lomba yang berasal dari sekolahnya sedang
makan bersama.
"Lah Iki, tak cari dari tadi kamu vin!"
seru Mingyu yang senang melihat teman
sebangkunya datang.
"Aku tadi juga nyariin kamu Ming"
jawab Alvin seraya menerima kotak
makan yang segera disodorkan oleh Arumi.
"Cepet makan, keburu masuk lagi kita.
Nanti aja ngobrol lagi" ucap Arumi
membuat Alvin mengangguk nurut.
Usai acara makan bersama, bel tanda
masuk pun berbunyi tak lama setelah
Alvin menghela nafas, usai
menghabiskan nasi kotak mewah yang
jarang sekali ia rasakan.
Mereka pun berlalu masuk ke ruangan
masing-masing, sesuai dengan mata
pelajaran yang diikuti mereka.
Sebelum sesi presentasi dimulai, hasil
dari tes sebelumnya pun di umumkan.
Ratih berada di posisi nomor 2 dengan
nilai 98, sedangkan Mingyu berada tepat
dibawahnya, yakni di nomor dengan nilai
Sedangkan nomor l dan 4 diisi oleh
rekan satu tim yang berasal dari sekolah berbeda, sehingga saat ini kedudukan
kedua sekolah itu berada di posisi yang
sama.
Usai mengumumkan hasil tes tulis,
kini masing-masing tim diminta untuk
mengambil urutan presentasi, Ratih yang
berinisiatif mengambil nomor urutan.
Entah karena sial atau justru beruntung,
tim yang terdiri dari Alvin dan Ratih
menjadi tim pertama yang harus
presentasi.
"Baiklah, karena urutan pertama tim
dari SMA SANG JUARA, maka silahkan
mengambil tema yang akan di
presentasikan, di dalam tabung kaca ini"
ucap pembawa acara seraya memegang
tabung kaca yang berisi potongan kert
serta gulungan kertas yang bertalikan pita
kecil berisi materi presentasi.
Lagi-lagi Ratih lah yang maju, dengan
percaya diri ia mengambil materi sejara
acak, kemudian menyerahkan gulungan
kertas tersebut pada pembawa acara.
"OSILASI TETES AIR, baik silahkan
dewan penguji untuk memberikan
pertanyaan pada tim perwakilan dari SMA
SANG JUARA" ujar pembawa acara.
Salah seorang penguji pun
memberikan sebuah soal, Ratih yang
paling ingin terlihat menonjol lagi-lagi
maju dan membaca soal tersebut.
"Waktu 25 menit untuk mengerjakan
sekaligus presentasi, waktu dan tempat
Kami persilahkan pada tim dari SMA SANG
JUARA ucap pembawa acara setelah
melihat Ratih membaca soal dari penguji.
Tak ingin membuang waktu, Ratih
segera mengerjakannya di papan yang ada.
Alvin yang sejak tadi merasa tak dianggap, berinisiatif untuk mendekat, ia
penasaran dengan apa yang ditanyakan.
Usai membaca soal yang ada, Alvin
pun bergeser, ia lebih memilih menyimak
apa yang di kerjakan Ratih, Alvin yakin
Ratih pasti mampu mengerjakan soal itu.
Karena seingatnya Alvin pernah
memberikan catatan kecil mengenai olisa
tetes air ini.
Hampir 5 menit walktu berlalu, Ratih
masih belum menyelesaikan soal yang ada,
ia pun mulai gelisah, di lihatnya Alvin
yang kini juga tampak memperhatikan.
Tanpa bicara, Alvin pun mendekat,
ia mengambil spidol yang lain, tanpa
menghapus apa yang telah dikerjakan
Ratih, Alvin hanya menuliskan rumus
di sebelah tulisan Ratih.
"Jika diasumsikan tetes air berbentuk bola, maka di dapat ini" bisik Alvin,
seraya menunjuk rumus yang baru
ditulisnya.
"Kemudian masukkan ke sini" sambil
menambah rumus yang baru selesai
ditulisnya lagi.
Tanpa pikir panjang, Ratih pun segera
menghapus jawabannya dan mengerjakan
lagi menggunakan rumus yang di tuliskan
Alvin. Tak butuh waktu lama, hasilnya
pun ketemu, hal yang membuat Ratih
tersenyum.
"Gimana?" tanya Ratih pada Alvin,
seolah meminta di koreksi.
"Good" jawab Alvin seraya
mengacungkan jempol.
"Aku yang jelasin boleh?" tanya Ratih,
Alvin cukup heran melihat Ratih yang
Bertanya, sebab sejak tadi rekan se timnya itu selalu membuat keputusan sendiri.
"Silahkan" jawab Alvin enteng.
Ratih pun segera pasang posisi, ia
memperkenalkan diri, namun saat benar-
benar hendak menjelaskan ia mulai
gugup, hal yang menjadi perhatian
Alvin.
Melihat waktu yang tersisa tinggal 12
menit, Alvin pun mengambil alih.
"Selamat siang semuanya. Saya
Alvin, akan melanjutkan presentasi
yang dilkemukakan oleh rekan saya Ratih,
Jadi begini Pak, Bu,..." Alvin
menjelaskan hasil pengerjaan soal yang
diberikan berdasarkan teori-teori yang
telah ia pelajari.
Sesekali ia menjeda kalimatnya,
seolah memberi ruang untuk Ratih agar
bisa masuk pada pembahasan yang ia jelaskan, Ratih yang menangkap sinyal
kerja sama, yang dikirim oleh Alvin pun
menimpali sedikit hal yang ia tahu.
Sejujurnya Ratih belum terlalu jauh
mempelajari mengenai Osilasi tetes air ini,
makanya ia kurang paham. Beruntung
Alvin mampu menguasai hal itu, 2
pertanyaan lain dan sanggahan yang di
kemukakan penguji, dilahap habis dengan
santai serta penjelasan yang mudah
dipahami.
3 menit waktu yang tersisa, menjadi
point plus untuk tim SMA SANG JUARA.
Menjadi yang pertamakali maju,
ternyata ada untungnya. Selain karena
bisa bersantai karena telah usai, juga
karena setiap selisih satu tim, maka ada
pengurangan waktu sebanyak l menit.
Hingga di tim ke 8 atau tim terakhir yang
maju, hanya memiliki waktu l7 menit.
Setelah seluruh tim maju, maka
penilaian pun mulai di rekap. Di gabung
beserta tes tulis diawal tadi, maka
kesimpulan pemenang lomba pun sudah
ketemu dan langsung di umumkan.
"Dan untuk juara pertama olimpiade
fisika, di raih oleh tim SMA SANG JUARA.
dengan perolehan nilai tes tulis yang
hampir imbang dengan peraih juara
kedua, namun mampu dikalahkan secara
telak saat presentasi, presentasi yang
dikemukakan oleh tim dari SMA SANG
JUARA telah menyumbang point
tertinggi, sekali lagi saya ucapkan kepada
SMA SANG JUARA, silahkan maju
kedepan" ujar pembawa acara dengan
semangat.
Alvin dan Ratih pun maju
bersamaan, ada gurat bahagia di wajah
keduanya.
Usai pengumuman, Ratih masih
berada di dalam ruangan tersebut untuk
mendapatkan ucapan selamat, bahkan ada
seorang reporter yang mewawancarainya
untuk majalah sekolah.
Sedangkan Alvin, duh jangan
ditanya. Anak itu sudah kabur entah
kemana, Alvin si murid beasiswa
kurang menyukai hal-hal yang berbau
selebrasi.
Setelah selesai dengan wawancara
dadakan, Ratih pun baru sadar jika
Alvin telah keluar ruangan, ia pun
segera mencari keberadaannya.
"Hey, kenapa kamu berhenti ngasih
aku catatan lagi? Coba aja kamu masih
ngasih catatan, pasti aku tadi juga bisa
waktu presentasi, apalagi saat kamu
ditanyai penguji dan pernyataanmu
disanggah, kalau aku udah mempelajarinya pasti aku bisa bantu
kamu" ujar Ratih begitu menemukan
Alvin di tempatnya merokok tadi.
"Bisa bisa malah kamu yang presentasi
ya, jadi aku enak tinggal terima beres aja,
tau tau juara" jawab Alvin sarkas.
"Yah gak gitu, paling enggak aku gak
bakal keliatan kosong kayak tadi. Lagian
kamu kenapa gak ngasih aku catatan lagi
sih" keluh Ratih sambil menghentakkan
kaki.
"Bukannya terakhir kali kamu
membuang catatan yang aku berikan,
padahal di catatan yang terakhir aku kasih
itu, berisi mengenai teori yang aku
kemukakan tadi loh" jawab Alvin santai.
Sementara Ratih tampak gugup.
"Eh bukan gitu, aku gak maksud
membuangnya" jawab Ratih tak enak.
"Gak maksud gimana, aku jelas-jelas
lihat kok waktu kamu buang catatan yang
aku buat, ke tong sampah sekolah" ujar
Alvin membuat Ratih semakin malu.
"Tapi vin.."
"'Sudahlah, yang penting kan sudah
juara. Lain kali gak usah ngeluarin duit,
untuk selembar kertas gak penting seperti
yang kamu kasih tadi, lagian gak keluar
sama sekali kan, kamu perlu percaya sama
dirimu sendiri Ratih" ucap Alvin seraya
menepuk bahu Ratih yang mulai terdiam
memikirkan ucapan Alvin.
"Udah ah aku turun duluan" pungkas
Alvin kemudian berlalu.