Ivana Joevanca, seorang wanita ceria dan penuh ide-ide licik, terpaksa menikah dengan Calix Theodore, seorang CEO tampan kaya raya namun sangat dingin dan kaku, karena tuntutan keluarga. Pernikahan ini awalnya penuh dengan ketidakcocokan dan pertengkaran lucu. Namun, di balik kekacauan dan kesalahpahaman, muncul percikan-percikan cinta yang tak terduga. Mereka harus belajar untuk saling memahami dan menghargai, sambil menghadapi berbagai tantangan dan komedi situasi yang menggelitik. Rahasia kecil dan intrik yang menguras emosi akan menambah bumbu cerita.
“Ayo bercerai. Aku … sudah terlalu lama menjadi bebanmu.”
Nada suara Ivy bergetar, namun matanya menatap penuh keteguhan. Tidak ada tangis, hanya kelelahan yang dalam.
Apa jadinya jika rumah tangga yang tak dibangun dengan cinta … perlahan jadi tempat pulang? Bagaimana jika pernikahan ini hanyalah panggung, dan mereka akhirnya lupa berpura-pura?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Mata yang Berbicara
"Hari ini jadwal tuan bertemu dengan desainer interior untuk pembangunan resort kita yang sedang dijalankan," jelas Trevor pada Ivy yang tengah menyusun ulang notulen hasil rapat baru saja.
"Baiklah, aku akan pergi setelah ini," jawab Ivy tanpa menatapnya. Sudah seminggu ini ia bekerja — sungguhan! Dirinya benar-benar menjalankan peran sebagai sekretaris. Mudah saja baginya menyesuaikan diri.
Mengapa begitu? Tentu saja memohon dengan bayaran — tidak perlu tahu! Intinya ia benar-benar bekerja!
"Kali ini, Anda tidak perlu ikut, Nyonya. Biar saya dan tuan yang pergi. Anda bisa menunggu di kantor."
Ivy menghentikan kegiatannya dan menatap Trevor dengan kening mengerut heran. Ia tidak salah dengar, kan? Sudah seminggu ini sejak hari pertama Calix enggan melepaskannya sendiri. Pria itu selalu membawanya ke mana-mana, tapi sekarang?
"Ah, iya. Saya lupa mengatakan jika kita menggunakan jasa dari kantor nyonya besar." Trevor menjelaskan lagi.
"Oh, baiklah." Ivy mengangguk pelan. Trevor langsung kembali ke mejanya yang ada di luar, meninggalkan Ivy yang sedikit berpikir.
Pantas saja, pikir Ivy.
Catherine alias ibu mertuanya itu memang wanita karier yang sukses, terbukti dengan usahanya yang berhasil mendirikan sebuah perusahaan jasa desain arsitek interior yang kini digunakan oleh Calix sebagai rekan bisnisnya.
Mengingat hubungan mereka yang tidak cukup dekat dan sikap dingin mertuanya tersebut, sudah jelas Calix tidak ingin mereka bertemu terlalu sering. Ingat terakhir kali pertemuan mereka? Nyaris memprovokasinya.
Ivy mengalihkan pandangannya pada Calix. Jarak meja mereka memang cukup jauh karena luasnya ruangan di sini. Berdiri, ia berjalan mendekat.
"Ada apa?" tanya pria itu datar, bahkan tanpa menoleh atau menatapnya.
"Aku belum pernah melihat desain yang dibuat Catherine. Apa aku boleh lihat?" pinta Ivy dengan senyum cerahnya.
Calix tidak mengambil pusing. Tangannya bergerak untuk memilah tumpukan berkas di mejanya dan langsung memberikannya pada Ivy setelah menemukannya.
"Lihat saja sepuasmu."
Ivy duduk di kursi depan mejanya, membuka satu-persatu lembaran berisi beragam desain interior dengan ekspresi takjub. Ekspresi itu, membuat Calix menyandarkan tubuhnya untuk menatap istrinya.
"Rumah kita juga hasil desain mommy," kata Calix.
"Sungguh? Aku tidak tahu," jawabnya polos.
"Memangnya apa yang kau tahu? Kau bahkan tidak tahu cara memasang dasi."
Ivy menutup dokumen di tangannya dengan bibir mengerucut. Sindiran itu terlalu jelas untuknya yang memang punya banyak sekali kekurangan.
"Itu karena aku tidak pernah diajarkan!"
"Karena kau gadis manja," celetuk Calix acuh. Tidak peduli jika wajah istrinya sudah berubah kesal.
"Menyebalkan!" Ivy beranjak pindah menuju mejanya sendiri.
Calix lantas memutar kursinya mengikuti Ivy. "Kenapa kau jadi kesal? Kau sering bilang fakta itu harus diungkapkan meski menyakitkan."
"Iya, aku memang manja! Jangankan dasi, aku saja tidak bisa menata rambutku sendiri!" Ivy menghardik kesal.
Calix tersenyum kecil. Kekesalan wanita itu juga menjadi hiburan sekaligus beban yang terkadang menjengkelkan.
"Hei!" tegur Calix. Bibir wanita itu masih saja mengerucut lucu.
"Apa?" jawabnya sinis.
"Kemari." Calix menggerakkan jarinya, meminta wanita itu mendekat.
Ivy mendelik waspada. Apa, pria ini mau apa?
"Tidak mau?" Menaikkan sebelah alisnya.
"Mau!" Wanita itu segera berdiri.
Sialan, aku memang sering melawannya, tapi aku juga takut padanya! Aku terlalu pengecut, ya?
"Kau harus pergi, bukan? Catherine pasti sudah menunggumu," gugupnya.
"Kenapa mom menungguku?" Pria itu menarik pinggangnya pelan dengan kedua tangan, membawanya duduk di pangkuannya. Ada seringai tipis yang membuat Ivy tanpa sadar bergidik.
Bagaimana, sih! Dia niat pergi tidak, sih! Tangan, tanganmu!
Ivy sedikit menggeliat saat tangan Calix bergerak menyusup ke balik kemejanya.
"Aku tidak bertemu mommy hari ini," katanya saat Ivy menahan tangan pria itu.
"Begitu? Apa kau bertemu desainer lain?" Ivy sibuk memindahkan tangan besar Calix.
"Asisten mommy yang mengurusnya."
"Beatrice? Aku sudah dengar dia salah satu desainer terbaik Catherine. Kalau begitu bersiaplah." Ivy ingin buru-buru turun dari pangkuannya. Bahaya sekali jika ada yang melihat nanti. Lagipula ini kantor, bukan kamar yang bisa mereka gunakan untuk apa pun sesuka hati! Bisa-bisa rumor ia menggoda CEO terdengar lagi.
"Aku berubah pikiran. Lebih baik kau ikut saja," putus pria itu tiba-tiba.
"Apa? Kena —" Seperti biasa, sebelum menyelesaikan ucapannya, bibir pria itu akan mencuri start lebih dulu. Membungkam bibirnya dengan ciu*man panas nafsu pria itu.
Dia pasti kesal aku menghindarinya dari tadi!
-
-
-
-
-
Catherine's & Co adalah perusahaan yang memiliki keahlian dalam desain interior yang telah mengerjakan berbagai proyek inovatif, termasuk ruang modern, ruang ritel yang interaktif, hotel mewah, restoran kelas atas, dan kediaman pribadi.
Di sinilah mereka menunggu sekarang sampai hentakan heels seseorang terdengar mendekati pintu. Pintu terbuka, dan seorang wanita memasuki ruangan dengan langkah yang penuh percaya diri. Dia mengenakan gaun berwarna merah marun yang sederhana namun elegan, rambutnya yang blonde berombak diikat ke belakang, dan matanya yang cokelat berbinar dengan semangat. Dia membawa sebuah tas kerja kulit yang ramping dan sebuah portofolio besar.
"Selamat siang, Mr dan Mrs. Theodore," sapanya ramah. Wanita itu tampaknya tidak terkejut dengan kehadiran Ivy.
"Hm." Calix menganggukinya singkat tanpa respon lebih.
"Saya sudah dengar dari nyonya jika tuan selalu membawa nyonya muda. Ternyata itu benar, manis sekali," katanya. Ivy hanya tersenyum tipis.
Beatrice Peterson, sudah tiga tahun bekerja dengan Catherine sebagai asisten pribadi. Wanita itu tidak berbeda dengannya — mengikuti atasannya ke mana-mana, tapi hari ini ia tidak akan melihat Catherine yang artinya tidak akan ada keributan kecil yang membuat perasaannya tidak nyaman.
Namun, ada yang salah. Pria itu, menatap Beatrice dengan pandangan — lembut?
Aku tidak salah lihat, kan? batin Ivy terkejut.
Ivy kembali memperhatikan reaksi Calix saat melihat desain-desain Beatrice. Pria itu tampak lebih semangat dari biasanya, matanya berbinar dengan minat tak terduga. Melihat itu, Ivy merasakan gejolak aneh dalam dirinya. Selama ini, belum pernah ia melihat ketertarikan lebih dari Calix terhadap orang lain selain kepada dirinya.
"Bagaimana menurut Anda, Nyonya?" Sepertinya ia tidak sengaja melamun sampai tidak menyadari tatapan mereka sudah beralih padanya.
"Iya?"
"Desain yang saya buat?"
"Aku percaya pada kemampuanmu," jawab Ivy dengan senyum terpaksa. Ada sedikit raut tidak suka di wajahnya pada wanita yang kini menjadi rekan mereka. Belum lagi, Beatrice juga menunjukkan reaksi yang sama. Bagus sekali. Mereka terlihat seperti seseorang yang saling mengagumi diam-diam.
Kenapa aku baru menyadarinya? Padahal kami sudah sering bertemu karena dia asisten Catherine. Ada apa ini? Jangan bilang mereka memang saling tertarik? Tidak, mungkin hanya perasaanku saja.
...~o0o~...
mungkin si ivy klo melek jg bakal meleyot ya /Applaud/emhh manisnya abang cal/Kiss/
semangat kaka sehat selalu
pliss thor jangan sampai hiatus lagi yaa and jaga kesehatan selalu
smangat 💪💪💪