NovelToon NovelToon
Nikah Kontrak

Nikah Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

laras datang

Setelah Isabela pamit dari rumah besar keluarga Baskara, suasana ruang tamu kembali hening. Renata duduk di kursi utama dengan tatapan tajam, sorot matanya tertuju pada Amira.

“Amira,” ucap Renata pelan namun penuh tekanan, “bawa orang tuamu ke sini.”

Amira terdiam. Ia memandang lantai, hatinya bergemuruh. Rahayu dan Yono—ayah dan ibunya—sejak dulu sangat alergi dengan orang kaya. Mereka selalu merasa hina, merasa kecil setiap kali berhadapan dengan keluarga bermartabat. Bagaimana mungkin mereka bisa tinggal di rumah besar semegah ini?

Renata mencondongkan tubuhnya. “Kenapa kamu diam saja?” tanyanya dingin.

Amira memberanikan diri membuka suara. “Apa… apa sebaiknya mereka tinggal di rumah mereka saja, Oma? Bapak dan ibuku trauma dengan orang kaya. Mereka takut sama orang kaya”

Belum sempat Renata menjawab, Anton yang sejak tadi duduk bersedekap langsung memotong. Nada suaranya sinis, penuh tuduhan.

“Alasan! Itu hanya akal-akalanmu, Mira. Kau pasti takut rencanamu terbongkar kalau mereka di bawah pengawasan kita. Trauma sama orang kaya? Hah! Di dunia ini siapa yang menolak jadi kaya? Itu alasan murahan. Sebenarnya kalian takut bukan?”

Amira menoleh ke arah Anton, bibirnya bergetar, tapi ia menahan diri.

Viona, yang sedari tadi menyimak, mencoba menenangkan suasana. “Saya kira kita harus menghargai keputusan keluarga Amira. Kalau soal pengawasan, bukankah lebih bijak kita menugaskan pengawal untuk menjaga mereka di rumah masing-masing? Tidak perlu sampai memaksa mereka pindah.”

Namun tatapan Anton makin tajam. Dalam hati ia sudah menyusun rencana busuknya. Kenapa Viona malah membela? Semakin jelas, ada sesuatu yang mereka tutupi. Tidak, aku harus memastikan mereka tinggal di sini. Kalau sudah di bawah satu atap, lebih mudah menjebak. Tinggal tunggu waktu, aku bisa membuat Amira dan orang tuanya terlihat hina di depan Ibu. Setelah itu, mereka akan diusir dengan malu.

Keheningan kembali menekan ruangan. Renata mengetuk-ngetukkan jarinya ke sandaran kursi, lalu menatap Amira lagi.

“Amira,” suaranya datar namun tajam, “dengar baik-baik. Asal usulmu tidak jelas. Memang benar kau anak pemulung. Tapi itu bukan berarti kau tidak bisa berbahaya bagiku. Aku hanya mempertahankanmu karena menghormati Isabela. Kalau bukan karena dia, sejak awal sudah kuusir kau dari rumah ini. Jadi sekarang giliranmu menghargai kemurahan hati Isabela. Bawa orang tuamu kemari.”

Amira menunduk. Kata-kata Renata terasa seperti palu menghantam kepalanya. Hatinya panas, tapi ia tidak bisa melawan.

“Baik, Oma… aku akan membawanya sekarang.”

Renata mengibaskan tangannya. “Tidak usah. Kamu istirahat saja. Biar anak buah Ferdi yang menjemput orang tuamu.”

Amira mengerjap, hatinya tercekat. Ia tahu, itu adalah bentuk kewaspadaan orang kaya. Renata tidak percaya kalau Amira sendiri yang menjemput. Ia takut Amira dan orang tuanya sempat membuat rencana sebelum tiba di rumah ini. Semuanya harus diatur, dikendalikan.

“Baik, Oma…” Amira menjawab lirih. “Aku akan hubungi orang tuaku, supaya mereka siap-siap.”

Renata tidak menanggapi lagi. Ia berdiri, berjalan pelan meninggalkan ruang tamu, diikuti langkah Anton yang menatap Amira dengan senyum sinis. Viona menepuk bahu Amira sebentar, memberi kekuatan tanpa kata-kata, lalu menyusul ibunya.

“Kenapa?” tanya Ferdi sinis, matanya meneliti wajah Amira.

“Gak apa-apa,” jawab Amira cepat, berusaha menahan senyum.

Ferdi menyipitkan mata. “Takut semua kebusukanmu terungkap, kan?”

Amira menggeleng pelan. “Bukan begitu, Suamiku. Aku hanya takut orang tuaku tidak nyaman tinggal di rumah sebesar ini. Bayangkan saja, mereka terbiasa tinggal di gubuk dengan atap dan tembok dari kardus. Lalu tiba-tiba harus tinggal di rumah megah… itu pasti berat.”

Ferdi mendengus, setengah mengejek. “Amira, apa kamu kesurupan?”

Amira menatapnya polos. “Kenapa Suamiku berkata seperti itu?”

Ferdi langsung mengernyit, seolah ada yang janggal. “Nah, itu! Kenapa kamu mendadak bicara lembut, sopan, manis lagi. Aku jadi tambah curiga sama kamu.”

Amira menunduk, pura-pura tersipu. “Ah, kamu terlalu curiga. Istrimu ini cuma sedang berusaha jadi istri yang baik.”

Ferdi mendecak, sinis. “Cih! Aku gak percaya vampir bisa berubah jadi peri.”

Amira menahan tawa, sementara dalam hatinya ia bergumam, Ya dong, gue harus berubah. Sebentar lagi gue akan jadi orang kaya. Harta kamu, Ferdi, akan gue ambil pelan-pelan. Jadi sekarang waktunya belajar gaya hidup orang kaya.

Ferdi mengamati wajah Amira yang tampak melamun. “Lihat? Kamu banyak bengong. Pasti sedang nyusun rencana busuk lagi, kan?”

Amira cepat-cepat menggeleng. “Jangan berburuk sangka sama istrimu ini. Aku cuma ingin… ya, menjadi lebih baik.”

Ferdi berdiri, menyilangkan tangan di dada. “Hentikan, Amira. Sikapmu yang begini malah bikin aku makin curiga.”

Amira tersenyum samar. “Terserah. Aku hanya ingin jadi istri yang baik.”

“Sudahlah, aku mau istirahat dulu,” ucap Ferdi sambil melangkah ke kamar.

Amira buru-buru ikut di belakangnya.

“Mau ngapain kamu?” tanya Ferdi ketus.

“Mau nemenin kamu istirahat. Siapa tahu kamu butuh susu,” jawab Amira santai.

Ferdi mendengus. “Cih, jangan mimpi! Aku nggak pernah tertarik sama kamu.”

Namun, Amira tetap mengikuti.

“Hentikan, Amira!” bentak Ferdi, mulai kesal.

Amira tersenyum manis. “Ayolah, Suamiku. Kita mulai dari awal lagi. Supaya hubungan kita harmonis, sakinah, mawaddah, warahmah.”

Ferdi langsung menoleh cepat. “Astaga… sejak kapan vampir pintar ceramah?”

“Sejak aku mengenal kamu,” jawab Amira sambil pura-pura polos.

Ferdi hanya bisa geleng-geleng kepala, melangkah masuk ke kamar. Ia tahu melarang percuma—Amira bukan tipe wanita yang mudah menyerah.

Di kamar, Ferdi merebahkan badan di kasur, sementara Amira sibuk membereskan lemari dan memasukkan baju-bajunya kembali. Setelah itu, ia mengambil handuk.

“Mau ke mana kamu?” tanya Ferdi, setengah malas membuka mata.

“Mandi. Mau ikut? Ayo, Sayang… mandi bareng pasti sensasinya luar biasa,” ucap Amira sambil menggoda.

Ferdi mendengus keras. “Cih, malas aku.”

Amira terkekeh, lalu masuk ke kamar mandi. Entah sengaja atau tidak, pintunya dibiarkan sedikit terbuka.

Ferdi yang awalnya ingin tidur malah jadi gelisah. Kenapa sih pintunya nggak ditutup rapat? pikirnya. Imajinasi aneh mulai muncul. Ia membayangkan Amira mandi, air mengalir di tubuhnya, lalu…

“Nooo!!!” teriak Ferdi sambil menutup wajah dengan bantal.

Dari dalam kamar mandi, suara Amira terdengar menggoda. “Ada apa, Sayang? Ayo masuk… pintunya nggak aku kunci, loh…”

Ferdi menelan ludah, wajahnya memerah.

Dasar vampir gila, batinnya.

“Sayang… handukku jatuh. Tolong ambilin handuk baru, ya…” suara Amira terdengar dari dalam kamar mandi.

Ferdi langsung bangkit dari kasur. “Tidak mau!” jawabnya ketus.

“Ayolah, jangan sampai aku memaksa kamu…” sahut Amira manja.

“Dasar gila,” gumam Ferdi, tapi akhirnya berdiri juga. Ia mengambil handuk baru dari lemari, lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Pintu kamar mandi terbuka sedikit. Begitu Ferdi hendak menyerahkan handuk, tiba-tiba kakinya tersandung ember kecil yang tergeletak di dekat pintu.

“Waduh!” teriak Ferdi.

BRUK! Tubuhnya terjatuh, dan handuk yang dibawanya justru terlempar ke dalam kamar mandi. Lebih sial lagi, air yang tergenang di lantai kamar mandi menyembur keluar, membasahi bajunya dari atas sampai bawah.

Ferdi berdiri dengan wajah kusut, bajunya sudah menempel basah di tubuh. “Sial! Lihat nih gara-gara kamu!”

Amira keluar dari kamar mandi dengan santai, sudah selesai mandi dan memakai daster tipis bersih. Ia mengambil handuk yang tadi jatuh sambil tersenyum geli.

“Yah, malah kamu yang basah, Sayang. Kok bisa sih?” godanya sambil menahan tawa.

Ferdi mengibaskan baju basahnya dengan kesal. “Aku harus ganti! Mana bisa tidur dengan kondisi kayak gini.”

Amira mendekat, pura-pura prihatin. “Kasihan suamiku… kalau begitu, mandi sekalian aja. Biar seger.”

Ferdi menatapnya tajam. “Kamu pasti sengaja menjebakku, kan?”

Amira menaikkan alis. “Masa sih aku segitu jahatnya? Tapi kalau kamu mau mandi… aku bisa temenin kok.”

Ferdi menutup wajah dengan tangannya. “Astaga… hidupku ini neraka apa surga, sih?”

Amira terkekeh, lalu menyodorkan handuknya. “Tenang, Sayang. Neraka sama surga itu tipis bedanya… tinggal tergantung siapa yang nemenin.”

Amira keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah, wangi sampo menyebar. Jubah mandi tipis menempel di tubuhnya. Sementara itu, Ferdi—karena bajunya basah—terpaksa mandi.

“Tok…tok…tok…” suara pintu diketuk.

Amira melangkah membuka. Seorang art berdiri di depan, Nia, yang sejak awal memang tidak menyukainya. Senyum sinis mengembang di bibirnya.

“Ada apa?” tanya Amira datar.

“Ada Nona Laras. Tolong sampaikan pada Tuan Ferdi,” jawab Nia, menekankan setiap kata dengan nada menusuk.

Amira tersenyum samar. “Mmm… baiklah, aku yang akan menemuinya.” Ia sengaja tidak mengeringkan rambutnya, membiarkan tetesan air jatuh ke leher, menambah aura menggoda.

“Tapi Nona Laras ingin bertemu Tuan Ferdi, bukan Anda,” sahut Nia, nada sinisnya makin kentara.

Amira menatapnya tajam. “Aku istrinya.”

Ia berjalan melewati Nia dengan elegan, dalam hati bergumam, “Baiklah, ular berbisa… permainan untukmu baru saja dimulai.”

1
partini
bulu bulu salah pilih lawan wkwkkw
fer kecintaan buangttt ma Kunti
3C
keren Amira...
Dea Wibowo
suka aja, bahasa nya natural, konplik ringan, cerita nya jg gak ribet .. enak buat d baca sambil rebahan /Facepalm//Good/
Mami Pihri An Nur
Ya Allah bab pertama sj sudah bikin aku ngakak,, smngat kak, aku kasi bunga deh
Dewi Anggraeni
sepertinya amora dan amira kembar an yaa
SOPYAN KAMALGrab
makasih Lo ka
partini
ao seperti itu
partini
sehhhh mantap sekali ini Oma
partini
dari sinopsis bikin curiga lah pas baca 👍👍👍👍
3C
Amira kereen...anak serigala gitu loh
3C
cerita nay bagus....unik beda dari yg lain. nyesel lho klo ga baca
3C
wah, makin seru ceritanya nih...
Heny
Kucing di kasi ikan mn nolak kwkw
y_res
boleh getok palax Ferdy e teflon gk sich bego banget jdi org,nenekx diselamatin eh malah gk sadar diri,ap dulu wkt sekolah cman ampe pagar 🙏🙏🙏
y_res
ntah si Ferdy in polos atw bodoh level dewa,ditinggalin di hari pernikahan msh cinta,,,gk ad harga dirix🙏🙏🙏
y_res
judul e berkaryalah....ta kirain suruh kerja a gitu eh ternyata suruh nglukis pake bibir 😅
y_res
biasax dlm nikah kontrak yg sadis tuh suami istri cman bsa manut trus mewek diam2,,,lah disini suamix malah frustasi gk bsa ngelawan😅
y_res
bru bab 1 dah ngakak🤣🤣🤣,tpi ta simpen dulu thor biar banyak soale aq tim maraton 😅🙏
Rian Moontero: mampiiirr/Bye-Bye/
total 2 replies
3C
wkwkwk...lucu bgt dah Amira. biasanya tokoh wanita itu cengeng, ini mah keren....
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka @
total 1 replies
3C
lanjut Thor....seru ceritanya
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!