Ariana termenung di hadapan Lily. matanya masih berkaca-kaca namun kosong. memandang arah yang pudar di depannya. hatinya masih berkecamuk. ucapan-ucapan dokter soal kondisi ibunya terus terngiang yang dipikirannya. dia belum siap kehilangan satu-satunya wanita yang dia punya sekarang.
" Aku ada satu jalan keluar buat kamu. Tapi Aku nggak tahu kamu mau apa nggak sama pekerjaan ini." Ucap Lily setelah beberapa menit mereka berdiam duduk di dalam kafe.
" Apa pun itu. Akan aku lakukan. Saat ini aku udah nggak punya pilihan lain untuk memilih pekerjaan yang cocok atau tidak cocok untukku. Aku harus melakukan sesuatu untuk membayar biaya operasi ibu." Jawab Ariana dengan penuh keyakinan.
Ariana tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan pada sahabatnya itu. pekerjaannya sebagai waiters hanya cukup untuk biaya makan mereka sehari-hari.
" Jual diri." Kata Lily singkat.
Tak percaya sahabatnya akan menyuruhnya menjual dirinya untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Yang Berbeda
*****
Pagi ini Ariana sibuk menyiapkan sarapan di dapur saat Gibran keluar dari kamar nya.
" Sarapan apa?" Tanya Gibran.
" Aku tidak sempat masak. Hanya ada roti bakar dan telur dadar." Jawab Gibran.
" Itu juga tidak apa - apa. Aku bisa sarapan lagi di kantor nanti." Ucap Gibran.
Ariana tidak menjawab. Dia meletakkan kopi di depan Gibran dan menemani Gibran sarapan.
" Kamu boleh pergi dengan Lily. Tapi sebelum sore kamu harus kembali ke sini. Kalau perlu, kamu bisa telpon Liam atau pak Diman untuk mengantar kan mu nanti. Aku harus berangkat sekarang. Aku ada janji dengan Reno." Kata Gibran.
Setelah itu Gibran bergegas pergi meninggalkan Ariana.
Ariana menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan debar di dadanya ketika suara pintu apartemen akhirnya terdengar tertutup.
Kehadiran Gibran di depan nya hanya berhasil memompa adrenalinnya hingga sukar untuk diredakan, dan setiap tatapan Gibran seolah menyulut nyala yang lebih panas di pipinya.
Sungguh, hanya sebuah tatapan, dan ia bisa merasa seperti seluruh alam semesta menyaksikan betapa wajahnya memerah, terbakar oleh rasa malu yang menderu.
*
*
*
Setelah sarapan, Ariana bergegas bersiap - siap. Rencana nya dia akan ke rumah Lily untuk menceritakan yang terjadi selama antara dia dan Gibran pada Lily. Karena Ariana sudah tidak sanggup memikirkan nya sendiri.
" Apa aku bilang. Gibran itu mencintai mu. Kamu saja tidak percaya." Ucap Lily setelah mendengar cerita dari Ariana.
" Itu hanya perasaan kamu saja. Aku tidak mau langsung baper ah." Elak Ariana.
" Gibran tidak mungkin mengikatmu dengan kontrak itu jika dia tidak mencintai mu. Dia cemburu jika kamu sampai melayani orang lain. Dan dia juga menghapus pesan chat dari mas Bayu." Ucap Lily.
" Mungkin dia hanya ingin mempermainkan perasaan ku saja. Lagian dia itu sudah punya tunangan, Lily."
" Masih tunangan kan? Belum menikah? Memang nya kalau sudah tunangan tidak boleh jatuh cinta dengan wanita lain?"
" Aku malas memikirkan nya. Dia hanya membuat kepala ku mau pecah saja."
" Kalau tidak memikirkan nya, kenapa kamu malah mengadu ke tempat ku? Sudah lah jangan menyangkal lagi. Kamu juga uring - uringan sekarang karena kamu juga mencintai nya kan? Kamu cemburu melihat tunangan nya menghampiri apartment nya dan memeluk Gibran." Ucap Lily.
Dengan dada berdebar, Ariana menarik nafas panjang dan berat, seolah tiap helaan membawa beban yang tak terhitung.
" Aku tidak mau memperdalam perasaan ku dengan nya , Ly. Aku tidak mau sakit hati karena laki - laki. Sekarang ini kamu hanya ingin fokus pada kesehatan ibuk. Hanya itu. Lagi pula. Aku tahu jika Gibran tidak benar - benar serius dengan ucapan nya. Dia punya status sosial yang tinggi. Dia tidak mungkin suka dan jatuh cinta dengan wanita penghibur seperti aku. Hubungan kami hanya sebatas ranjang saja selama satu tahun ini. Tidak lebih. Kalau pun dia mencintai ku, orang tua nya tidak akan memberikan restu. Orang tua mana yang mau punya menantu wanita penghibur. Jangan kan orang tua Gibran. Kalau sampai ibuk tahu pekerjaan ku yang sekarang, ibuk juga pasti marah, Ly." Ucap Ariana.
Lily lalu menggenggam tangan sahabat nya dengan erat. Lily tahu betapa berat nya ujian yang sedang di lalui Ariana.
" Perasaan itu sebenar nya tidak bisa kita kendalikan Ari. Tapi aku juga tidak bisa memaksa kamu untuk mencintai nya. Kamu pasti merasakan nya dengan sendiri nya nanti. Saat kamu dan Gibran menjadi semakin dekat. Dan kamu bisa menilai sendiri. Apa kah perasaan Gibran itu tulus atau hanya main - main pada mu." Jawab Lily.
*
*
*
Malam itu Gibran dan Reno duduk di bangku pojok yang ada di club malam.
"Sudah lama kita tidak menghabiskan malam seperti ini. Jadi malam ini mari minum. Aku sudah minuman yang paling enak untuk mu." Ucap Reno.
Gibran kemudian mengambil minuman itu dan mencoba nya beberapa teguk.
" Kamu tahu, Gibran. Sebenar nya tujuan ku ke sini hanya ingin meminta saran pada mu mengenai Lily."
" Kenapa dengan wanita itu?" Tanya Gibran.
" Aku saat ini benar - benar bingung dengan perasaan ku dengan nya. Setelah bertemu dengan nya di Mall waktu lalu, kepala ku jadi di penuhi oleh Lily. Aku terus saja memikirkan dia sepanjang hari. Sebenar nya apa yang terjadi pada ku? Aku pikir selama ini aku sudah berhasil move on dari nya, tapi ternyata aku salah. Lalu aku mencari tahu kontak nya dari soal media nya. Aku mengikuti nya dan di sana kami berbincang panjang soal banyak hal. Walau hanya lewat chat, tapi aku senang bisa ngobrol dengan dia lagi." Ungkap Reno menjelaskan apa yang dia rasakan.
" Jadi sebenar nya tujuan kamu kembali mengunjungi wanita itu untuk apa? Hanya untuk ngobrol saja?" Tanya Gibran.
" Awal nya aku hanya ingin mengajak dia kembali berteman. Tapi semakin kesini, aku ingin hubungan ku dengan Lily kembali seperti dulu. Lebih dari sekedar teman." Jawab Reno.
" Berarti kamu masih mencintai nya." Tebak Gibran.
Reno mengangguk pelan. Mengakui jika yang di katakan sahabat nya itu memang benar.
" Aku masih sangat mencintai nya. Itu lah sebab nya aku tidak pernah berhubungan dengan wanita setelah kamu putus. Aku hanya berharap bisa kembali lagi kepada nya."
" Kalau begitu, temui dia. Lalu ajak balikan. Gampang kan?" Usul Gibran.
" Tidak segampang itu. Aku tahu Lily bagaimana. Jika aku melakukan nya, dia akan langsung menolak ku. Saat ini aku hanya ingin kembali berteman dan kembali mendekati dia secara perlahan. Membuat dia merasa nyaman dulu dengan ku."
" Ada yang ingin aku katakan pada mu soal wanita itu." Ucap Gibran.
Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk Gibran mengatakan soal Lily yang sahabat dari Ariana. Karena Gibran juga butuh informasi soal Ariana dari Lily.
" Apa?" Tanya Reno penasaran.
" Wanita yang bersama Lily di Mall. Aku mengenal nya. Dia teman ku." Ucap Gibran.
" Benar kan? Kalau begitu coba tanyakan dengan teman mu itu. Apa Lily masih mencintaiku atau tidak?" Pinta Reno dengan antusias.
" Aku tidak mau. Kamu kan ingin mendekati nya kembali. Setelah kalian bisa berteman kembali, kamu akan tahu dengan sendiri nya bagaimana perasaan Lily pada mu." Tolak Gibran.
" Kalau begitu, kirim nomor kontak Lily kepada ku." Pinta Gibran.
" Untuk apa? Jangan bilang kalau kamu juga ingin mendekati nya." Celetuk Reno terkekeh.
" Aku hanya ingin menanyakan soal teman ku pada nya. Soal nya aku tidak sengaja menghapus kontak nya." Jawab Gibran.
" Oke."
Reno kemudian mengeluarkan ponsel nya dan mengirim kan kontak Lily pada Gibran.