NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terlahir Dengan Membawa Karma Buruk

Melati berlari dengan menyeret kakinya yang pincang, ia menembus pepohonan, ranting-ranting tajam menyayat kulitnya. Napasnya sesak, dadanya seperti dihimpit, berharap ada seseorang di kebun sana yang bisa menolongnya.

Namun, tiba-tiba tanah di bawah kakinya itu amblas.

"Aaaaaahhh!" jerit Melati, tubuhnya melayang jatuh ke dalam gelap pekat, seperti ditelan bumi hidup-hidup. Tidak ada cahaya dan angin, hanya ada suara tangisan.

Tangisan seorang perempuan dan tangisan bayi yang memekakkan telinga, menusuk ke dalam jiwa.

"Tidaaaak!" Melati berteriak, tubuhnya menghantam dasar kegelapan. Kepalanya terhuyung, ia terlonjak membuka mata dan di sana, tepat di hadapannya sosok perempuan cantik berkebaya merah darah, menggendong bayi yang wajahnya tak jelas, hanya tangisan melengking yang terdengar.

Tepat di depan matanya, hanya berjarak beberapa inci. Mata perempuan itu merah menyala, menatap tajam Melati yang mematung, gemetar.

"Hahahahahaha!"

Tawa perempuan itu menggema, memenuhi seluruh ruang. Melati menutupi telinganya, berusaha mengusir suara itu.

"KARMA!" ucapnya menggelegar.

Melati menggeleng, masih menutupi telinganya. "Percuma koe nutup telinga, hahahahahaha!"

Suara itu makin keras, semakin menusuk, sampai Melati menjerit histeris.

"AAAHHHH!!!"

Dan saat itu, Melati mendengar sesuatu, seperti ada orang lain dalam mimpinya, dia memanggilnya tanpa henti, Melati pun berhenti menjerit, dia melihat kanan dan kirinya, tapi masih gelap, tidak ada siapapun.

Lalu, grep!

Tubuhnya terlonjak lagi dan mata Melati terbuka dengan nafas yang memburu tak beraturan.

Keringat sebesar biji jagung mengucur deras, membasahi wajah dan lehernya.

Ia mendapati dirinya masih duduk di kursi mobil. "Hufttt, cuma mimpi di pagi hari," batin Melati.

Sopir yang duduk di depan menoleh panik.

"Ada apa, Non. Non dibangunin nggak bangun-bangun. Untung ada Non Ratih tadi," ucapnya cemas.

Ratih hanya diam, menatap Melati dengan pandangan nanar, seolah ingin bicara banyak tapi bibirnya kelu.

"Kamu tau Arini?" tanya Ratih pelan.

"Kenapa?" suara Melati masih bergetar.

"Bapaknya, bapaknya meninggal dunia semalam. Kecelakaan kerja," jawab Ratih lirih, membantu Melati turun dari mobil.

Mendengar itu, jantung Melati serasa diremas.

Apakah ini kebetulan?

Apa arwah itu ingin dia dan Kemuning mati secepat ini?

"Rat, aku… aku ke toilet dulu ya," kata Melati buru-buru, tubuhnya limbung menuju toilet belakang sekolah.

Saat masuk, aroma lembab langsung menyergap.

Dan di sana, Seno sudah duduk di sudut bawah dekat keran, mengisap rokok. Asapnya mengepul samar, membentuk bayangan aneh di udara.

"Seno, kamu ngapain di toilet perempuan?" suara Melati nyaris tak terdengar, tubuhnya kaku berdiri di pintu.

Seno mendongak, tatapannya sulit diartikan, tapi ada sesuatu yang Melati rasakan, perasaannya tidak enak.

Lalu, Seno bangkit, membuang rokok, melangkah pelan, semakin mendekat.

Tanpa banyak bicara, tangannya meraih lengan Melati yang hendak pergi, seno menyeret paksa gadis itu ke dalam salah satu bilik.

"Seno! Lepasin! Jangan, Sen-"

Tapi belum sempat ia berteriak, Seno sudah membekap mulutnya, mendorong tubuh Melati ke dinding, dia menghimpitnya.

Tangannya kuat, tak memberi ampun pada gadis yang selama ini dia incar, bukan karena cinta, tapi karena hasrat.

Nafas Melati tercekat.

Bibir Seno melumat paksa, memainkan perannya sekaligus membungkam segalanya.

Melati menangis, menggeleng kuat, mencoba meronta, tapi Seno mengunci rapat gerakannya.

Kepala Melati berdenyut hebat, amarahnya memuncak, dia ingin mengakhiri semua penderitaannya sekarang juga, sama seperti Kin dulu saat dinodai ayahnya.

Kin ingin mengakhiri hidupnya saat itu juga.

Melihat karma menggerogoti keturunan Drajat membuat Kin merasa puas, dia menyayangkan karena Drajat tak melihat adegan ini, adegan yang akan membuat darahnya mendidih.

“Tidaaak!" teriak Melati yang tertahan, dia mencoba bertahan saat tangan Seno mulai aktif.

Air mata gadis polos itu semakin deras. "Apakah ini termasuk kutukan itu?" tanya Melati dalam hati.

"Apa benar aku dilahirkan untuk menderita?" Akhirnya, pertahanan yang tak terlalu kokoh itu runtuh juga. Seno kembali menaikkan celananya yang sempat turun.

"Dengar! Awas kalau kau berani ngadu, ku habisi kau dan adikmu yang idiot itu!" ancam Seno seraya mengangkat dagu gadis itu. Melati yang terduduk lesu dengan rambut yang acak-acakan itu hanya bisa memeras air matanya.

Pagi itu, Melati tak mengikuti pelajaran seperti biasanya. Dia keluar dari sekolah tanpa sepatah kata pun, berjalan menyusuri pematang sawah dengan sepatu yang berlumur lumpur. Langit mendung seakan mengerti perasaannya yang remuk, dan tubuhnya masih gemetar oleh kejadian barusan.

Langkah Melati tergesa saat memasuki halaman rumah. Napasnya memburu, wajahnya pucat pasi, dan matanya sembab. Dia ingin cepat-cepat masuk ke kamarnya, menyembunyikan diri dari dunia yang membuatnya merasa begitu kotor dan lemah.

Si mbok sedang duduk di ruang tengah, mencatat sesuatu di buku besar milik keluarga, dia menoleh saat gadis itu melintas cepat di hadapannya.

"Non, kok pulang cepet-" Belum selesai bertanya, Melati sudah lebih dulu memotongnya.

"Aku nggak enak badan, Mbok!" jawabnya singkat tanpa melihat yang bertanya.

Si mbok hanya mengangguk, tak sempat bertanya lebih jauh. Tapi langkah Melati terhenti begitu melewati ruang tengah.

Kemuning duduk di lantai, memegang mangkuk mie instan, makan sambil menonton televisi. Suara sendoknya beradu dengan mangkuk.

Melati berdiri mematung. Napasnya mendadak berat.

Matanya menatap isi mangkuk itu, mie yang tampak menggeliat, seperti cacing-cacing hidup yang basah dan licin.

Setiap suapan yang masuk ke mulut Kemuning membuat Melati mual.

Tanpa sadar Melati menjerit pelan, lalu menyambar mangkuk dari tangan adiknya dan melemparkannya ke lantai.

PRANGG!

Mangkuk itu pecah, isinya berserakan. Kemuning menatap kakaknya dengan mata terbelalak.

"Mbak!"

"Jangan makan itu! Jangan dimakan!" teriak Melati, nafasnya memburu, tubuhnya kaku.

Kemuning menangis kesal, hanya mie yang dia makan, kenapa Melati bisa semarah itu. Padahal, Melati juga sangat menyukai mie.

"Itu cuma mie, Mbak! Itu mie!" ucap adiknya seraya menunjuk ke lantai yang berserakan.

Melati menunduk, matanya menatap lantai.

Mie itu sekarang terlihat biasa. Tidak bergerak, apalagi berlendir.

Hanya mie instan yang tadi sempat dimasak si mbok.

Melati mundur beberapa langkah, memegangi mulutnya, lalu berlari masuk ke kamarnya, menutup pintu rapat-rapat.

Gadis malang itu duduk di bawah pintu, dia menatap kosong pada langit-langit kamarnya.

"Bu, Pak, dosa apa yang udah pernah kalian perbuat sampai aku dan Kemuning jadi gini?" tangisnya mulai pecah, sesenggukan.

Bayangan tadi saat Seno menodainya tak mau pergi, Melati pun menjerit dalam diam, tidak ingin semua orang tau tentang aibnya, bahwa karma benar-benar menghampiri mereka.

Kemuning mengetuk pintu, memanggil Melati yang hari ini pulang cepat dengan keadaan menyedihkan.

Tapi, Melati tak juga membukakan pintu, hatinya seolah kosong menangisi kesuciannya yang baru saja terenggut.

Gadis remaja itu bangun dari duduk, dia pergi ke kamar mandi, di sana tak berhenti menggosok bagian tubuhnya yang tadi dijamah oleh Seno.

"Menjijikkan! Kenapa dunia ini kejam padaku, Tuhan?" tanya Melati dalam hati. Hati yang tak berhenti mengutuk pemuda itu.

Sementara Seno, di jam istirahatnya dia berkumpul di belakang sekolah bersama teman-temannya. "Gimana, kamu udah kalah taruhan, udah dapat belum perempuan yang harus kamu taklukan?" tanya si ketua geng pada Seno.

Seno membuang putung rokoknya, dia menoleh dan tersenyum smirk. "Udah dong, Seno!" ucapnya dengan bangga.

"Siapa, kasih tau, dong!" sahut yang lainnya.

"Melati," jawab Seno singkat dan nama itu cukup membuat mereka semua terdiam, saling menatap tajam penuh tanya di setiap sorot matanya.

"Kenapa Melati?" tanya Prass, si ketua geng yang terlihat panik saat mendengar nama gadis itu.

Mau tau kelanjutannya? Tentu, ada di bab selanjutnya, ya. Mohon jangan lupa untuk tinggalkan komentar di setiap babnya, ya.

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!