NovelToon NovelToon
Lihat Aku, Mas Dion!

Lihat Aku, Mas Dion!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Harem
Popularitas:92.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Dion terpaksa menikahi wanita yang tidak cintainya karena perjodohan yang diatur orang tuanya. Namun kehidupan pernikahannya hancur berantakan dan membuatnya menjadi duda.

Selepas bercerai Dion menemukan wanita yang dicintai dan hendak diajaknya menikah. Namun lagi-lagi dia harus melepaskan wanita yang dicintainya dan menuruti keinginan orang tua menikahi wanita pilihan mereka. Demi menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan, akhirnya Dion bersedia.

Pernikahan keduanya pun tidak bisa berlangsung lama. Sang istri pergi untuk selamanya setelah memberikan putri cantik untuknya.

Enam tahun menduda, Dion bertemu kembali dengan Raras, wanita yang gagal dinikahinya dulu. Ketika hendak merajut kembali jalinan kasih yang terputus, muncul Kirana di antara mereka. Kirana adalah gadis yang diinginkan Mama Dion menjadi istri ketiga anaknya.

Kepada siapa Dion melabuhkan hatinya? Apakah dia akan mengikuti kata hati menikahi Raras atau kembali mengikuti keinginan orang tua dan menikahi Kirana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah Perpisahan

“Apa?”

Serta merta Raras mengalihkan pandangannya pada Dion. Wanita itu melihat Dion dengan tatapan bingung. Telinganya jelas menangkap apa yang dikatakan pria di depannya, namun otaknya belum benar-benar mencerna maksud dari perkataan itu.

“Apa maksud mu?”

“Maafkan aku, Ras. Sepertinya kita memang tidak berjodoh.”

“Ngga.. kamu bercanda kan? Kamu janji akan menikahi Leti hanya satu tahun! Kamu janji pernikahan kalian hanya pernikahan kontrak!”

“Maafkan aku. Sebagai manusia, kita memang hanya bisa merencanakan. Tapi tetap Tuhan yang menentukan.”

“Tapi kamu sudah berjanji pada ku.”

“Aku memang salah. Aku tidak bisa menepati janji ku pada mu. Aku sudah menyakiti hati mu. Tapi janji lain yang lebih penting aku tepati, dibanding janji ku pada mu. Janji ku menjadi imam bagi Leti adalah janji yang yang harus ku tepati. Karena aku berjanji di hadapan Tuhan dan disaksikan para malaikat-Nya. Aku harap kamu mau mengerti.”

Kepala Raras terus menggeleng, seakan tengah menyangkal apa yang dikatakan Dion. Tangannya yang berada di atas meja, mengepal erat. Matanya bukan hanya menyiratkan kekecewaan tapi juga kemarahan. Tentu saja dia tidak terima Dion ingin benar-benar mengakhiri hubungan mereka.

“Apa Leti yang memaksa mu melakukan ini?”

“Tidak. Ini semua keputusan ku sendiri, tidak ada hubungannya dengan Leti.”

“Tidak mungkin kalau ini keputusan mu sendiri. Pasti ada andil Leti di dalamnya!”

“Ya, aku akui memang keputusan yang kuambil ada hubungannya dengan Leti. Tapi bukan dia yang mempengaruhi atau meminta ku melakukan ini. Selama aku menikah dengannya, dia selalu menjalankan kewajibannya sebagai istri dengan baik. Aku akan sangat berdosa kalau sampai aku menyakiti wanita sebaik dia. Aku ingin menjalani pernikahan dengannya secara serius. maafkan aku, Ras. Keputusan ku sudah bulat. Sejak awal aku sudah mengatakan, kamu tidak perlu menunggu ku. Kalau ada lelaki yang baik dan mencintai mu dengan tulus, kamu boleh menikahinya.”

“Tapi hanya kamu yang aku cintai. Hanya kamu yang aku inginkan menjadi suami ku.”

“Sekarang aku sudah menjadi suami orang. Maafkan aku. Jalani hidup mu dengan baik, Ras. Aku berterima kasih kamu sudah menemani ku selama ini. Terus berada di samping ku di masa sulit ku. Kebaikan mu tidak akan pernah kulupakan.”

“Apa kamu jatuh cinta padanya?”

“Maaf.”

“Jawab aku! Apa kamu jatuh cinta padanya?”

Mata Raras melihat nanar pada Dion. Hatinya terasa sakit seperti ditusuk ribuan sembilu. Satu hal yang dia yakini, dibalik keputusan Dion hari ini karena pria itu sudah bermain hati dengan Letisha.

“Apa kamu mencintainya?” suara Raras terdengar sedikit melunak.

“Aku tidak tahu. Hanya saja aku merasa nyaman saat berada dekat dengannya. Aku membutuhkannya dan menginginkannya terus berada di samping ku. Mungkin ya, aku sudah jatuh cinta padanya.”

Airmata yang sedari tadi menggenangi pelupuk mata Raras akhirnya luruh juga. Tangis wanita itu pecah mendengar jawaban jujur Dion. Dia merasa kalah telak dari Letisha. Bukan hanya wanita itu memiliki kehidupan yang lebih baik darinya, tapi Letisha juga berhasil mengalihkan hati Dion padanya. Dion mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya, lalu memberikannya pada Raras.

“Maafkan aku, Raras. Aku tahu kalau aku sudah mengecewakan mu, menyakiti mu. Kamu boleh marah pada ku, boleh benci pada ku, aku akan menerimanya. Aku hanya bisa mendoakan semoga kamu bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari ku.”

Raras tak henti menyusut airmata yang terus mengalir dari kedua matanya. Dion melihat ke sekeliling. Beberapa pengunjung yang berada di rooftop sesekali melihat pada mereka. Mungkin bertanya-tanya, apa yang menyebabkan wanita cantik di depannya ini menangis.

“Sebaiknya kita pergi sekarang. Aku tidak mau orang-orang melihat mu menangis seperti ini.”

“Kamu yang sudah membuat ku menangis.”

“Iya, aku tahu. Aku yang sudah menyakiti hati mu. Maafkan aku.”

Dion berdiri kemudian membantu Raras bangun dari duduknya. Keduanya segera meninggalkan roof top bersama. Raras terus menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan mata sembabnya. Dia segera masuk ke dalam mobil sesampainya di parkiran.

“Kamu mau kembali ke kantor, apa mau pulang?” tawar Dion.

“Aku mau pulang.”

“Baiklah.”

Dion segera mengarahkan kendaraannya menuju apartemen yang ditinggali Raras. Di kota Bandung ini Raras hanya tinggal seorang diri. Semua keluarganya berada di Jakarta. Selama dalam perjalanan pulang, hanya kesunyian saja yang melingkupi keduanya. Setengah jam kemudian mereka sampai di tujuan. Dion menghentikan mobilnya di depan lobi apartemen.

“Kalau kamu mau cuti, silakan. Urusan Mr. Liu biar ditangani oleh Reza.”

Tidak ada jawaban dari Raras. Wanita itu segera keluar dari mobil. Tanpa menolehkan kepalanya lagi ke belakang, wanita itu terus masuk ke dalam gedung. Dion memandangi Raras yang semakin menjauh. Sebelum melajukan kendaraannya lagi, Dion menghubungi Letisha lebih dulu.

“Halo, Mas.”

“Kamu di mana?”

“Aku masih di kantor. Apa Mas sudah selesai makan siang?”

“Sudah. Aku habis mengantarkan Raras ke apartemennya.”

“Bagaimana keadaannya? Pasti dia sangat sedih.”

“Iya,” jawab Dion pelan.

Sebelum mengajak Raras pergi makan siang, Dion memang meminta ijin Letisha lebih dulu. Tahu kalau suaminya ingin menyelesaikan hubungannya dengan Raras, Letisha pun mengijinkannya.

“Aku akan ke kantor Mas.”

“Biar aku yang menjemput mu.”

“Tidak usah. Kebetulan Hilya mau keluar. Biar dia yang mengantar ku.”

“Kalau begitu kita bertemu saja di Blue Living.”

“Baiklah.”

Panggilan keduanya berakhir. Dion memasukkan ponsel ke saku kemejanya kemudian kembali melajukan kendaraannya. Tujuannya kali ini adalah Blue Living. Dia akan menemui beberapa stake holdernya di sana. Salah satunya adalah Resnu. Menurut laporan yang diterimanya, pria itu masih belum memperbaiki kualitas barang seperti yang dimintanya. Beberapa pengunjung yang membeli barang dari gerainya sampai melayangkan komplain.

***

Mobil yang dikendarai Hilya berhenti di depan lobi Blue Living. Setelah menurunkan Letisha, Hilya kembali menjalankan kendaraan. Sepeninggal Hilya, Letisha melangkahkan kakinya memasuki mall yang khusus menjual barang-barang furniture. Seorang security yang berjaga di depan, menyambut kedatangannya dengan ramah.

Udara dingin yang berasal dari air conditioner langsung menerpa kulit Letisha ketika kakinya melangkah masuk. Kepalanya mendongak melihat lantai bagian atas. Mall bertingkat delapan lantai ini berbentuk seperti spiral. Untuk naik ke lantai atas, terdapat tiga pilihan. Bisa menggunakan lift, bisa menggunakan eskalator dan bisa berjalan, karena lantai gedung terus menyambung ke lantai atas, membentuk seperti spiral.

Sambil menunggu Dion sampai, Letisha memutuskan untuk melihat-lihat gerai yang ada di sana. Mall ini tidak hanya dipenuhi oleh penjual furniture, tapi juga ada tempat makan seperti café, kedai kopi dan supermarket yang ada di lantai dasar. Letisha memilih naik ke lantai atas dengan berjalan sambil melihat-lihat gerai yang dilewatinya.

Wanita itu memasuki salah satu gerai yang memajang sofa dengan berbagai bentuk dan bahan. Seorang pramuniaga segera menyambut kedatangan wanita itu. Dia menerangkan tentang desain sofa serta bahan yang digunakan.

“Ibu mau sofa yang seperti apa?”

“Saya ingin desain yang seperti ini tapi apa bisa warnanya diubah?”

“Ibu mau warna apa?”

“Biru navy.”

“Boleh, Bu. Tapi mungkin butuh waktu sekitar satu minggu, karena jatuhnya pesanan custom. Tidak apa-apa, Ibu?”

“Tidak apa-apa.”

“Sebagai uang muka, Ibu bisa menyetorkan sebanyak dua puluh persen dari harga.”

“Saya langsung lunasi saja.”

“Baik, Bu.”

Pegawai wanita itu tentu saja senang Letisha mau membeli furniture di tempatnya. Apalagi ini adalah pengalaman pertamanya bekerja. Dia baru bekerja sejak gerai ini dibuka. Dari empat pegawai yang bertugas memasarkan, hanya dirinya yang belum berhasil menarik pembeli. Kalau sampai akhir bulan ini dia belum bisa mendapatkan pembeli, maka dirinya akan diberhentikan sesuai surat perjanjian yang sudah ditanda tangani.

“Kamu sepertinya masih muda. Berapa umur mu?”

“Sembilan belas tahun, Bu.”

“Sudah berapa lama kerja di sini?”

“Ini pekerjaan pertama saya, Bu. Saya bekerja di sini sejak gerai dibuka.”

“Sebelumnya bekerja di mana?”

“Hanya membantu Ibu jualan nasi kuning. Ini tanda terimanya, Bu. Nanti sofanya mau dikirimkan kemana?”

Letisha segera memberikan alamat rumah Dion beserta nomor ponselnya. Nantinya sofa baru akan ditempatkan di ruang tamu. Letisha ingin mengganti nuansa di ruang tamu rumah suaminya itu.

“Begitu barang siap dikirim, saya akan menghubungi Ibu.”

“Baik, terima kasih.”

“Saya yang harus berterima kasih pada Ibu. Ibu adalah pembeli pertama untuk saya selama saya bekerja di sini.”

“Berarti kita berjodoh. Tetap semangat ya.”

“Iya, Bu.”

Sebelum pergi, Letisha mengeluarkan lima lembar seratus ribuan dari dalam dompetnya lalu memberikannya pada pramuniaga tersebut.

“Ini untuk mu.”

“Eh apa ini, Bu?”

“Anggap saja tips, karena kamu sudah melayani saya dengan baik. Sebagian simpan untuk mu, sebagian bisa kamu gunakan untuk mentraktir teman-teman mu.”

“Ya Allah, terima kasih banyak, Bu.”

“Sama-sama.”

Letisha melanjutkan perjalanannya. Wanita itu melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah dua puluh menit dia berada di sini, namun Dion belum juga tiba. Letisha terus berjalan menuju lantai atas. Ketika sampai di lantai empat, dirinya melintasi sebuah gerai yang terdapat seorang wanita di depannya. Gerai itu nampak sepi, tidak ada satu pengunjung pun yang mampir untuk melihat-lihat.

Wanita yang ternyata adalah Astrid, langsung mengenali Letisha yang tengah melintas di depannya. Dengan cepat dia memanggil mantan sahabatnya itu.

“Leti!”

Mendengar seseorang memanggilnya, Letisha menghentikan langkahnya. Namun ketika tahu kalau sang pemanggil adalah Astrid, dia hendak melanjutkan kembali langkahnya. Tapi dengan cepat Astrid menghalangi jalannya.

“Sedang apa kamu di sini?”

“Ini tempat umum. Apa ada larangan untuk ku datang ke sini?”

“Aku yakin kamu sengaja ke sini. Kamu ingin melihat gerai milik Mas Resnu kan? Kamu pasti ingin menggagalkan lagi usaha kami. Apa kamu masih belum bisa melepaskan kami? Apa belum cukup kamu mengirim orang untuk mempermalukan kami?”

***

Besok aku libur🤗

1
Siti Siti Saadah
cari kebahagiaan kamu sendiri raras jangan kejar dion
anonim
Semoga karya Author masuk 40 bab terbaik hasil penilaian NT.
anonim
W a d u h Astrid di tusuk Rina yang di pecat Letisha karena ikut terlibat mencampurkan obat perangsang ke juice mangga yang akan di minum Letisha.
Rina ini tambah hancur hidupmu, penjara pasti menantimu.
anonim
Letisha sudah mau membuka hatinya untuk Dion.
Ketika Dion mengirim chat menawarkan makan siang bersama, bukannya membalas chat dari Dion, Letisha menyuruh sopirnya untuk diantar ke kantor Blue Harmony.

Letisha sudah di ruang kerja Dion, sempat membuat Dion terkejut dengan kedatangannya.
Dion bangun dari duduknya menuju Letisha, Letisha langsung memeluk Dion. Kata keramat terucap dari mulut Letisha - "I love you. I love you, Mas."

Sebelum makan siang Letisha membantu membereskan pekerjaan Dion. Selesai dengan pekerjaannya, Dion dan Letisha beradu bibir, ciuman semakin intens.
Raras melihat adegan itu hatinya terpotek wkwkwk.

Tuh ditawarin menikah sama Mr. Liu, kau dibuat berdiri sejajar dengan Leti. Pikirkan itu Raras. Tapi setelah menerima tawaran menikah dengan Mr. Liu jangan pongah - jangan sombong, tetap tak ada apa-apanya kau dibandingkan dengan Letisha 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
Aamiin 🤲🏻
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
kerjaannya ga akan beres" 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
modus 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
Rasain 🤪
choowie
amiin
choowie
pantesan leti Langsung pecat tuh orang
choowie
diih nikah sama aki"
choowie
kirain udah resign
choowie
akhirnya
choowie
duh bawaan bayi kayanya😅
choowie
semoga ya
choowie
belum mau jujur sama perasaan kamu leti
Ani
wooooo.. kira kira langsung Innalillahi gak ya...?
Doraemon
aamiin
Kim nara
semangat thor...
ana17
Aamiin semoga masuk kategori terbaik 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!