Setelah perpisahan itu, Siena memulai hidup baru tanpa mengenang lagi masa lalu. Namun, saat kakinya meninggalkan Limerick, benih Erlan tumbuh di perutnya. Itu anak mereka. Tapi bagi Siena, anak itu hanya miliknya seorang.
Erlan tidak pernah membayangkan Siena akan benar-benar pergi. Erlan hidup dalam bayang-bayang penyesalan yang menyakitkan.
Nicole Ophelia Calliope tahu bahwa jatuh cinta pada Fernando Sagara Caesar adalah kesalahan besar. Pria itu adalah orang yang sangat ia benci selama lebih dari sepuluh tahun. Selain itu, ia tahu bahwa hati Nando adalah milik kakaknya, Siena Ariana Calliope.
Sampai kapanpun ia tidak akan pernah memenangkan hatinya. Nando mencintai kakaknya, selalu. Nicole hanya bisa menyimpan perasaannya sendirian, bahkan saat perjodohan keluarga Caesar dan keluarga Calliope yang baru berdamai mengikat dirinya dan Nando dalam ikatan pernikahan.
***
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan latar itu hanyalah karangan penulis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Rolls-Royce Sweptail memasuki gerbang mansion Harrison, mobil mewah itu belakangan ini memang menjadi kendaraan yang paling sering digunakan oleh Raja bisnis Limerick, Erlan Harrison.
Matthew, asisten pribadinya yang seringkali bertindak sebagai sopir keluar terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Tuannya.
Erlan keluar dengan wajah datar dan dingin, ia melangkah lebar ke dalam mansion mewah namun sunyi itu.
“Makan malam sudah siap Tuan,” Bibi Hasnah kepala pembantu di rumah itu menyambut Erlan di pintu utama.
“Saya sudah makan bi.” Kata Erlan tanpa menoleh sedikitpun. Ia masuk ke dalam lift dan naik ke lantai tiga. Hari ini melelahkan yang sangat menguras emosi.
Erlan masuk ke dalam kamarnya. Ia berhenti di depan pigura besar dalam kamar itu. Pigura Siena Calliope yang berpose anggun sambil tersenyum manis, dia sangat menawan saat itu dan Erlan yakin dia masih sangat menawan sampai sekarang.
“Aku merindukanmu,” gumam Erlan menatap pigura dengan penuh kerinduan.
Rumah besar Harrison seperti tubuh tanpa jiwa sejak kepergian Nyonya rumah. Erlan jarang pulang ke rumah, dia lebih sering menghabiskan waktu di kantor dan bahkan lebih sering lagi berpergian ke luar negeri untuk memperluas jangkauan bisnisnya.
Hari ini adalah kepulangannya setelah berada diluar selama dua bulan, itupun ia pulang karena hari pernikahan adik iparnya.
Erlan melepas jasnya lalu meletakkan di tempat tidur, kemudian ia keluar dari kamar utama dan pergi ke kamar yang ada di lantai dua.
Ia berjalan ke dekat jendela besar yang memperlihatkan langit malam di kejauhan. Kamar ini adalah saksi bisu betapa menggairahkan dirinya dan Siena malam itu.
Mereka bersatu malam itu seolah tidak akan terpisahkan, seolah cinta tanpa terucap itu akan bertahan selamanya dan mereka akan tetap saling memahami.
“Jika aku tahu kamu akan pergi malam itu, akan mengatakan semuanya. Mengatakan bahwa aku mencintaimu, menginginkanmu dan mempertahankanmu disini.” Ujar Erlan sendirian sambil menatap bulan yang bersinar lembut di langit malam.
Malam itu juga sama, ada bulan dan bintang dan tentu saja ada Siena.
Tapi malam ini. “Hanya ada aku, sendirian.”
Erlan tertawa getir. Ia pikir kepergian Siena tidak akan merubah apapun dalam hidupnya, ia pikir kepergian siena hanya akan membuatnya terluka sama seperti saat Cindy mengkhianatinya.
Tapi, tidak! Kepergian siena merubah dirinya sepenuhnya. Atau setidaknya hatinya.
Hatinya mati sejak saat itu, ia mulai benci saat wanita ada mendekatinya. Ia bahkan pernah memotong tangan seorang artis yang berani menyentuhnya. Saat ini hanya Nicole dan mommy nya, wanita yang tidak membuatnya jijik.
\=\=\=\=
Cindy menyelipkan rokok di sudut bibirnya, rambut merah panjangnya berantakan malam ini. Matanya bengkak karena terlalu banyak menangis.
Prang!
Prang!!
Ia melemparkan botol-botol minuman di depannya ke dinding hingga pecahannya berhamburan di lantai. Isinya pun ikut mengotori lantai, ia belum sempat menikmati anggur-anggur mahal itu.
“Nando, kenapa kamu mengkhianati aku?!” Cindy berteriak lagi untuk kesekian kalinya, suaranya serak akibat terlalu banyak berteriak.
Ding! Dong!
Bel hotel berbunyi. Cindy berjalan ke pintu dengan marah, ia hampir memukul orang yang datang jika saja yang datang bukan manager nya.
“Ada apa?” Tanya Cindy datar.
“Ada apa dengan wajah jelekmu itu, Cindy? Dua jam lagi kita akan berangkat ke fashion Classical, tapi kamu hanya memperburuk keadaan,” Gina menatap tidak percaya pada Cindy. Ia menahan diri untuk tidak menggampar Cindy yang sering membuat masalah.
Cindy satu-satunya model yang dikirim oleh perusahaan untuk tampil di acara Fashion classical Catherine. Acara yang diadakan oleh rumah desain Catherine Harrison.
“Persetan dengan acara itu, Gina! Aku seharusnya sekarang berada di Limerick untuk membatalkan pernikahan kekasihku!” Bentak Cindy namun tetap membiarkan Gina masuk.
Gina tertawa sinis, ia tentu tahu kekasih mana yang dimaksud Cindy.
“Kamu tidak akan bisa membatalkannya karena aku yakin saat ini kekasihmu dan sahabatku sedang menikmati malam pertama mereka.” Ejek Gina. Ia seharusnya turut menghadiri pernikahan Akbar itu, tetapi perusahaan tempatnya bekerja sepertinya sedang kerasukan sehingga tidak mau memberinya cuti.
Alih-alih memberinya izin cuti, perusahaan malah mengirimnya ke inggris bersama Cindy untuk acara Fashion classical Catherine.
Ia tetap harus bekerja di hari pernikahan sahabatnya bersama seorang wanita gila yang terobsesi pada suami sahabatnya. Jika Gina bukan orang berkemauan keras sudah lama ia menolak pekerjaan menjadi manager Cindy, model penuh masalah yang mengejar-ngejar pria kelewat ramah dengan berbagai cara.
‘'Ah! Sahabatku yang malang.’ kata hati Gina prihatin. Namun sedetik kemudian ia kembali mengurus modelnya yang bermasalah.
Gina terpaksa menyeret Cindy ke klinik perawatan terdekat, masih ada waktu dua jam lagi sebelum acara dimulai. Gina berharap waktunya cukup untuk mengembalikan Cindy menjadi model, bukan manusia patah hati dengan mata bengkak yang menakutkan.
"Berhentilah membuat masalah, Cindy, sebelum CEO perusahaan kita menendang mu keluar!" bentak Gina saat Cindy menolak untuk pergi.
"aku tidak peduli, Gina! aku terluka... " Cindy kembali menangis, ia duduk di pojok kamar hotel. ia sudah melakukan ini sejak sore tadi. Pernikahan Nando membuatnya hancur, karena ia benar-benar mencintai pria itu.
Gina menghela nafas berat, lalu duduk disebelah Cindy. Ia menepuk-nepuk pelan punggungnya. "Jangan menangis lagi, meskipun kamu tidak datang kesini kamu tetap tidak akan bisa menggagalkan pernikahan mereka. Kamu tidak mungkin bisa melawan kekuasaan mereka."
"Tapi, aku mencintainya Gina. Dia berjanji untuk menikahiku," kata Cindy tersedu-sedu.
"Dia seorang bajingan brengsek yang tidak akan pernah menikahi kamu. Kalau bukan karena perjodohan, apa kamu pikir dia akan menikah dengan Nicole?"
Cindy menggeleng. Ia juga tahu siapa orang yang paling ingin di nikahi Nando, orang yang telah Cindy sakiti berkali-kali namun ternyata tidak merubah apapun. Ia menyakitinya dan mencoba menariknya ke sisi Nando dengan segala cara, dan ia tetap saja gagal.
"ya, kamu benar. Tidak akan ada pernikahan antara aku dan dia, sementara orang yang paling dia inginkan sudah pergi dan menghilang." Cindy berdiri lalu mengusap kasar air matanya. "Ayo pergi ke klinik kecantikan, aku harus tetap tampil kan?"
Gina tersenyum, akhirnya Cindy bisa sedikit diatur. Setidaknya untuk saat ini dia sadar bahwa kebodohannya sia-sia.
...***...
...Like, komen dan Vote...
...💗💗💗...
kasihan kaivan 🥲🥲