"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja
🍃🍃🍃
Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.
Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?
🍃🍃🍃
"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tak terselamatkan
"DOKTER!! PASIEN RUANGAN VIP NO DUA RATUS TUJUH KEJANG DAN MUNTAH DARAH!!
Mendengar akan hal itu, Dokter dan Alvan langsung lari menuju ruangan tempat Herlin dirawat. Namun yang diperbolehkan masuk hanya dokter. Alvan dan juga teman-temannya tidak diperbolehkan masuk.
"Bangsat! Gue anaknya!"
"Maaf Mas, mohon tunggu diluar! Dokter sedang melakukan yang terbaik untuk pasien." Ujar suster hendak menutup pintu ruangan. Namun dokter langsung memerintah perawat lain untuk memindahkan Herlin ke ruang ICU.
Sedangkan Alvan yang terus memberontak langsung dicegah Arden dan kenzie. "Sabar, Al!! Dokter sedang melakukan yang terbaik buat bunda lo!"
"Bunda gue Brengsek! Bunda butuh gue!"
"Apa perlu gue jemput Ana supaya lo bisa tenang?" Tanya Noval
"Akh sialan! Siapa yang kasih bunda gue racun?!"
Arden menoleh kearah Noval seolah mengisyaratkan sesuatu. Kedua lelaki itu mengangguk singkat, membuat kenzie merasa ada yang disembunyikan.
"Ken, lo jagain tuh si Alvan. Gue sama Arden mau langsung ke apartemen. Siapa tahu pelaku meninggalkan jejak." Ujar Noval
Kenzie mengangguk. "Jangan lama-lama. Gini-gini gue juga kewalahan nahan si Alvan."
Kembali pada Alvan dan kenzie. Kedua lelaki itu akhirnya mau menunggu dokter keluar dengan kabar baik untuk Alvan.
Sudah satu jam lebih Alvan menunggu, tetapi dokter tak kunjung keluar. Sedangkan kenzie malah tertidur karna lelah.
Tak menunggu lama, akhirnya dokter keluar. Dengan Segera Alvan menghampiri dokter dengan ekspresi penuh tanya. Sedangkan kenzie langsung jatuh karena Alvan yang tiba-tiba bangkit.
"Gimana dengan bunda saya?" Tanya Alvan penuh harap
Sang Dokter itu menghembuskan nafas panjang. "Racun itu menyebar ke seluruh tubuh. Membuat sel-sel di tubuh ibu Herlin mati dan berakhir organ lain tidak berfungsi. Maaf sebelumnya, ibu Herlin tidak bisa kami selamatkan."
Bugh!
Setelah meninju tembok, Alvan menatap dokter itu penuh amarah. "Ini yang paling gue benci pada lo semua! Lo semua sengaja membunuh orang-orang nggak bersalah. TERMASUK BUNDA GUE!!"
Kenzie langsung menahan tangan Alvan yang mau menonjok dokter di depannya. "Sabar Al! Bunda lo nggak akan tenang kalau lo nggak ikhlas! Bunda lo lelah, dia butuh istirahat!" Teriaknya berusaha menyadarkan Alvan
Bruk!
Tubuh Alvan ambruk begitu saja, lelaki itu menangis sembari memukul lantai. Sedangkan dokter dan perawat lain segera pergi dan mengurus jenazah Herlin.
"Bangun Al! Tunjukkan pada tante Herlin kalau lo bisa membahagiakan wanita yang lo cintai setelah tante Herlin."
"Antar gue ke rumah Abah Ahmad."
🍃🍃🍃
"Sabar nak Alvan, ikhlaskan semuanya, Nak." Ujar Ahmad dengan mengusap punggung Alvan. Alvan menatap sang bunda yang sedang dilakukan proses pemakaman. Ahmad meminta Alvan untuk mengadzani dan meng-iqomahi Herlin.
"Jika kamu tak kuasa, jangan lakukan, Nak. kasihan ibumu, beliau pasti lebih sakit ketika putranya menangisi kepergiannya." Ujar Ahmad memperingati
"Alvan bisa, bah."
Sesuai yang ditunjukkan Ahmad. Alvan mulai mengatur posisi sesuai arahan Ahmad. Mengangkat tangan kanan untuk menutupi telinga kanannya. Menghembuskan nafas panjang dan menutup mata....
"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar."
"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar."
"Asyhadu allaa illaaha illallaah."
"Asyhadu allaa illaaha illallaah."
"Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah."
"Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah."
"Hayya 'alashshalaah."
"Hayya 'alashshalaah."
"Hayya 'alalfalaah."
"Hayya 'alalfalaah."
"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar."
"Laa ilaaha illallaah."
Alvan menghembuskan nafas panjang. Jeda sejenak sebelum Alvan melantunkan Iqamah. Alvan menoleh kearah Ahmad yang langsung di angguki lelaki berumur itu. Alvan kembali membenarkan posisinya.....
"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar."
"Asyhadu allaa illaaha illallaah."
"Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah."
"Hayya 'alashshalaah."
"Hayya 'alalfalaah."
"Qad qaamatish-shalaah, Qad qaamatish-shalaah."
"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar."
"Laa ilaaha illallaah."
Seusai acara pemakaman selesai, orang demi orang mulai meninggalkan makam hingga tersisa Alvan dan beberapa orang.
"Udah mulai petang, Al. Ayo pulang." Ajak Arden, Alvan tak membalas. Ia masih menatap sendu kearah batu nisan
Ahmad mendekat, mengusap punggung Alvan pelan. "Apa kamu tidak mengabari istrimu, nak?"
"Alvan tidak mau membuat Ana kepikiran, bah. Sudah cukup Alvan yang merasakan."
"Kabari, nak. Almarhumah pasti juga mengharapkan doa dari menantunya. Apalagi menantunya ada di pesantren." Alvan hanya mengangguk tanpa ada niat untuk membalas
Kini, hanya tersisa anggota inti Blaster. Baru saja Noval mendapat notif dari seseorang. Dengan segera Noval mendekat kearah ketuanya itu.
"Pelaku adalah or-"
Ting!
Noval kembali membaca pesan yang baru masuk. Begitu terkejutnya Noval setelah membaca pesan tersebut.
"Ke Pesantren sekarang, Al!"
"Kenapa?!" Tanya Kenzie ikut panik
"Hari ini Naya masuk pesantren."
"Apa hub-"
"Naya adalah penyebab bunda lo meninggal, Al!"
"Akh! Sialan!!"
🍃🍃🍃
Beberapa hari yang lalu......
Naya datang ke apartemen Alvan. Dan cerdiknya, Naya sudah hafal sandi apartemen Alvan. Begitu masuk, Naya langsung menghampiri Herlin yang tengah sarapan disuapi sus Lilik.
"Assalamualaikum, Bunda." Ucap Maya dengan sifat ramahnya
"Waalaikumsalam."
"Alvan kemana, Bunda?" Tanya Naya
"Jenguk istrinya."
Sus Lilik menoleh kearah Naya. "Mbak, boleh saya minta tolong?"
"Boleh, apa sus?"
"Ambilkan minum untuk ibu Herlin mbak."
Naya mengangguk, perempuan cantik itu berjalan menuju dapur. Mengambil segelas air untuk Herlin. Ponselnya berdering, seseorang yang Naya namai Erik tengah menelponnya. Dengan segera Naya menggeser tombol hijau dan menempelkan benda gepeng itu kearah daun telinganya.
"Lakukan sekarang!"
"Tap-"
"Suruh Lilik buat ambil sesuatu di mobil."
"Oke."
Sambungan terputus. Sebelum Naya melakukan aksi, Naya kembali ke ruang tengah untuk meminta bantuan pada sus Lilik.
"Sus."
"Iya, mbak?"
"Boleh saya minta tolong?"
"Apa mbak?"
"Tadi saya lupa. Ada buah-buahan segar yang mau saya berikan pada bunda. Bisa tolong kamu ambilkan?"
"Dimana?" Tanya Lilik balik
"Di mobil. Mobil warna hitam ya sus. Kalau nggak tahu, tanya aja langsung sama satpam."
"Baik, mbak." Balas Lilik
Sus Lilik segera keluar dari apartemen Alvan. Sedangkan Naya kembali ke dapur untuk melakukan aksi. Naya mengeluarkan botol kecil dari saku gamisnya. Sebuah cairan bening yang sudah di siapkan Erik, sepertinya itu racun.
Naya langsung menuangkan cairan itu ke arah minuman yang nantinya akan diminum Herlin. Reaksi racun ini akan terlihat setelah sepuluh menit diminum. Lama amat. Batin Naya
Naya segera menghampiri Herlin dan memintanya untuk segera diminum. "Ini bunda. Kata sus Lilik harus habis. Karena bunda jarang minum air putih." Ujarnya, Herlin segera meminum air putih itu hingga tandas tanpa sisa.
"Kalau kurang biar Naya ambilkan lagi, bunda." Balas Naya hendak melangkah, tetapi Herlin menahan tangannya.
"Tidak perlu, nak."
"Naya menoleh kearah pintu. "Sus Lilik kok lama banget ya." Gumamnya
"Kamu juga, mobil hitam yang punya banyak. Sus Lilik bingung atuh cari mobil kamu. Buruan atuh di susul." Ujar Herlin
"Bunda nggak papa Naya tinggal?"
"Kan cuma sebentar, nak."
"Yaudah, Naya susul sus Lilik dulu ya, Bun."
Dengan Naya berjalan keluar apartemen. Sebelum keluar, Naya menoleh dan memberikan senyuman terakhir untuk Herlin.
Sebenarnya Naya itu anak baik, bunda. Hanya saja putra bunda yang membuat Naya berubah jadi orang jahat. Batin Naya
🍃🍃🍃
"Gimana, sayang?" Tanya Erik menyambut Naya dengan mengecup singkat bibir Naya
"Sedikit nggak tega sebenarnya."
"Halah! Wanita tua itu memang sudah waktunya untuk mati, sayang."
"Rencana kamu setelah ini apa?"
"Kamu masuk pesantren, ya."
Jelas suruhan Erik ditolak mentah oleh seorang Naya yang notabenenya nggak suka pakai hijab. Apalagi kalau di pesantren dua puluh empat jam pakai hijab terus.
"Nggak mau!"
"Ayolah, sayang. Kamu cuma fitnah Ana aja kok. Bentar lagi kan wanita tua itu mati, Alvan bakalan sibuk ngurusin ibunya dan di situ kesempatan kamu masuk pesantren dan fitnah Ana untuk mencuri uang kamu. Di sana ada penjara suci untuk orang yang tertuduh mencuri dan pelanggaran berat, di situ kamu bilang kalau anak di dalam perut kamu ini anaknya Alvan." Terang Erik panjang lebar, Naya tersenyum puas melihat rencana Erik.