NovelToon NovelToon
Wanita Istimewa

Wanita Istimewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Mafia / Single Mom / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Berkisah mengenai Misha seorang istri yang baru saja melahirkan anaknya namun sayangnya anak yang baru lahir secara prematur itu tak selamat. Radit, suami Misha terlibat dalam lingkaran peredaran obat terlarang dan diburu oleh polisi. Demi pengorbanan atas nama seorang istri ia rela dipenjara menggantikan Radit. 7 tahun berlalu dan Misha bebas setelah mendapat remisi ia mencari Radit namun rupanya Radit sudah pindah ke Jakarta. Misha menyusul namun di sana ia malah menemukan sesuatu yang menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gaduh yang Kembali Terulang

Rintik hujan yang sejak sore turun kini berubah menjadi guyuran deras. Di dalam Warung Bahagia, Pak Raharjo dan Bu Lastri nampak gelisah. Mereka duduk di kursi kayu, mata mereka tak henti-hentinya menatap ke luar jendela, menunggu kepulangan Misha.

"Kok Misha belum pulang juga ya, Pak? Hujannya makin besar," ucap Bu Lastri, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

Pak Raharjo menghela napas. "Sabar, Bu. Mungkin dia terjebak hujan. Nanti juga pulang."

"Tapi, Pak... saya khawatir. Misha kan baru saja sedih," Bu Lastri bangkit dari kursinya. "Saya susul Misha saja, ya?"

"Jangan, Bu. Hujannya deras sekali. Tunggu saja di sini," cegah Pak Raharjo. "Lagipula, Misha itu anak yang kuat."

Bu Lastri kembali duduk, namun kegelisahan di hatinya tidak berkurang. Ia terus berdoa, berharap Misha baik-baik saja. Suara derasnya hujan di atap warung membuat suasana menjadi semakin tegang.

Tiba-tiba, suara klakson mobil memecah keheningan. Sebuah mobil SUV mewah berwarna hitam berhenti di depan warung mereka. Pak Raharjo dan Bu Lastri saling berpandangan, bingung. Pintu mobil terbuka, dan Misha turun.

"Misha!" teriak Bu Lastri, lega. Ia hendak menghampiri Misha, namun langkahnya terhenti saat melihat seorang pria asing keluar dari mobil. Pria itu menatap Misha dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Pak... itu siapa?" bisik Bu Lastri.

Pak Raharjo menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu siapa pria itu. Ia melihat Misha berjalan mendekat, diikuti oleh pria itu. Misha menunduk, wajahnya pucat.

"Assalamualaikum," ucap Misha lirih.

"Waalaikumsalam," jawab Pak Raharjo dan Bu Lastri serentak.

Bu Lastri segera memeluk Misha erat. "Ya ampun, Nak! Kamu dari mana saja?! Ibu khawatir sekali!"

"Maaf, Bu. Tadi saya... ada sedikit masalah," jawab Misha, suaranya parau.

Pak Raharjo menatap pria di belakang Misha. Ia tidak pernah melihat pria itu sebelumnya. "Ini siapa, Nak?" tanyanya.

****

Misha menoleh ke belakang. Ia menatap pria itu, lalu menatap Pak Raharjo dan Bu Lastri. "Ini... dia yang menolong saya, Pak."

Pria itu melangkah maju. "Saya yang tadi nyaris menabraknya," katanya, suaranya tenang. "Dia tampak tidak baik-baik saja. Saya putuskan untuk mengantarnya pulang."

Pak Raharjo mengangguk. "Terima kasih banyak, Mas. Sudah mengantar Misha pulang. Masuk dulu, Mas. Minum teh hangat."

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Tidak usah, Pak. Saya langsung pulang saja."

Misha menatap pria itu. "Terima kasih banyak, Mas. Saya... saya tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Bapak."

Pria itu tersenyum tipis. "Tidak perlu. Saya senang bisa membantu." Ia lalu menatap Pak Raharjo. "Jika suatu saat nanti, dia butuh pekerjaan yang lebih baik. Hubungi saya."

Pria itu menyerahkan sebuah kartu nama kepada Pak Raharjo. Pak Raharjo mengambilnya, lalu membaca nama yang tertera di sana. "Rendy," bisik Pak Raharjo.

Pria bernama Rendy itu menatap Misha untuk terakhir kalinya, lalu masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi, meninggalkan Misha, Pak Raharjo, dan Bu Lastri yang masih terpaku.

"Ya ampun, Nak. Apa yang terjadi?" tanya Bu Lastri, menatap Misha dengan penuh kekhawatiran.

Misha menunduk, ia tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menceritakan semuanya, tentang Radit, keluarga barunya, dan pria yang menolongnya. Pak Raharjo dan Bu Lastri mendengarkan dengan hati-hati, wajah mereka menunjukkan rasa prihatin.

"Sudah, Nak, sudah," kata Pak Raharjo, memeluk Misha. "Mereka yang jahat. Bukan kamu."

Misha menangis dalam pelukan Pak Raharjo. Ia menyadari, ia masih memiliki Pak Raharjo dan Bu Lastri, orang-orang baik yang mau membantunya. Ia tidak sendirian. Ia tidak akan menyerah. Ia akan berjuang untuk hidupnya, untuk harga dirinya, dan untuk kebahagiaannya.

****

Siang itu, Warung Bahagia kembali ramai oleh para pelanggan. Misha yang sudah kembali bersemangat setelah mendapat hari libur dari Pak Raharjo, melayani dengan senyum ramah. Ia tidak tahu, badai baru akan datang.

Tiba-tiba, suara keras memecah keheningan. "Heh! Tutup warung ini!"

Pintu Warung Bahagia digebrak dengan keras oleh Bu RT. Di belakangnya, Bu Ratmi dan gerombolan ibu-ibu yang lain sudah siap dengan tatapan penuh amarah. Bu Ratmi melangkah masuk, lalu menggebrak meja makan dengan keras, membuat piring-piring bergetar. "Semalam si Misha ini berbuat asusila dengan laki-laki asing!" tuding Bu Ratmi, suaranya melengking.

Para pelanggan terkejut. Mereka berhenti makan, menatap Bu RT dan Bu Ratmi dengan bingung. Misha yang baru saja keluar dari dapur dengan nampan berisi pesanan, terpaku di tempatnya.

"Bu RT! Bu Ratmi! Kenapa kalian selalu mengganggu kami?!" bentak Pak Raharjo.

"Ganggu apa?! Saya hanya ingin membersihkan kampung ini dari orang-orang kotor!" Bu RT menuding Misha. "Semalam, wanita ini pulang diantar mobil mewah! Diantar oleh laki-laki asing! Sudah jelas kan, dia itu wanita murahan!"

Hati Misha mencelos. Ia tidak menyangka, kebaikan yang ia dapatkan akan disalahartikan. Ia menatap Bu RT dengan mata berkaca-kaca. "Tidak, Bu! Dia hanya mengantar saya pulang! Saya kehujanan!"

"Halah, omong kosong!" Bu Ratmi tertawa sinis. "Kamu pikir kami percaya?! Laki-laki mana yang mau mengantar wanita lusuh seperti kamu, kalau bukan karena dia sudah melayanimu?!"

Para pelanggan laki-laki yang tadinya hanya menonton, kini menjadi sasaran kemarahan para ibu-ibu. "Kalian semua juga! Kenapa kalian suka makan di sini?! Karena wanita ini kan?! Dia sengaja menggoda kalian semua!" teriak Bu RT, sambil menunjuk mereka satu per satu.

"Bu RT! Jaga mulutmu!" bentak salah seorang pelanggan. "Kami makan di sini karena masakannya enak! Misha itu wanita baik-baik!"

Namun, teriakan pelanggan itu tidak digubris. Ibu-ibu yang sudah termakan hasutan Bu Ratmi, mulai mencaci maki. "Dasar mata keranjang!" "Suami-suami tidak tahu diri!" "Pulang! Jangan makan di sini lagi!"

****

Suasana menjadi sangat gaduh. Keributan pecah. Para pelanggan yang merasa tidak nyaman, mulai beranjak meninggalkan warung. Piring-piring dibanting, meja digeser, suasana menjadi kacau.

Bu Lastri yang melihat itu, tidak bisa lagi menahan amarahnya. Ia maju, menatap Bu RT dan Bu Ratmi dengan tatapan tajam. "Kalian berdua keterlaluan! Kalian sudah menghancurkan hidup Misha! Sekarang, kalian mau menghancurkan usaha kami?! Kami sudah tidak punya apa-apa lagi! Kenapa kalian tega?!" teriaknya.

Bu Ratmi dan Bu RT terdiam. Mereka tidak menyangka Bu Lastri yang biasanya kalem, kini bisa semarah itu. Namun, amarah mereka lebih besar.

"Tidak usah sok suci! Suamimu juga sama saja! Mempekerjakan wanita murahan!" bentak Bu RT.

"Bu!" teriak Pak Raharjo. Ia memeluk istrinya, mencoba menenangkannya. "Sudah, Bu. Jangan diladeni lagi."

"Tidak bisa, Pak! Mereka sudah keterlaluan!" Bu Lastri menangis, menatap Misha yang kini terduduk di lantai, menangis.

Misha menunduk. Ia merasa sangat bersalah. Kehadirannya telah membawa begitu banyak masalah. Ia ingin pergi. Ia ingin menghilang. Ia tidak ingin melihat orang-orang yang peduli padanya, menderita karena dirinya. Ia hanya bisa menangis, berharap ada keajaiban yang bisa mengakhiri semua penderitaan ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!