Katanya, Arsel pembunuh bayaran. Katanya, Arselyno monster yang tak berperasaan. Katanya, segala hal yang menyangkut Arselyno itu membahayakan.
Seorang Berlysa Kanantasya menjadi penasaran karena terlalu banyak mendengar desas desus mengenai cowok bernama lengkap Arselyno M Arxell. Semua murid sekolah mengatakan bahwa Arsel 'berbahaya', menantang gadis yang bernama Lysa untuk membuktikan sendiri bahwa yang 'katanya' belum tentu benar 'faktanya'.
Penasaran kecil yang berhasil membuat Lysa mengenal Arsel lebih dalam. Penasaran kecil yang sukses menjebaknya semakin menjorok ke dalam jurang penasaran.
Pada akhirnya, Lysa mengerti; ternyata mencintai Arsel, memang seberbahaya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon __bbbunga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab X :// Mulai Dekat
Lysa sudah memikirkan yang tidak-tidak atas kalimat Arsel yang agaknya ambigu. Namun ternyata ekspetasinya itu adalah... Menyelinap diam-diam masuk ke dalam sekolah malam-malam. "Entar kalau ketahuan pak satpam, kita bisa dikira lakuin yang enggak-enggak, Arsel!"
Arsel membungkam mulut Lysa dengan jari telunjuk, berdesisi. "Makanya jangan sampai pak satpam tau"
Kini mereka sedang berjongkok di balik tembok, menghindari pak satpam yang sedang berkeliling memeriksa lingkungan sekolah.
"Kalau kita dikira mau nyolong soale ujian, gimana? Kalau kita dikira mau maling buah mangga punya sekolah, gimana? Gue nggak mau masa depan Chanel YouTube gue terancam, Arsel!" bisik Lysa pelan.
Bukanya menjawab, Arsel malah tersenyum geli. Menyuruh Lysa bergerak dua langkah mendekati ujung tembok bersamanya. Lalu mengintip pak satpam lagi. Merasa pak satpam sudah pergi, Arsel langsung mengajak Lysa berlari. Menuju atap sekolah.
Kini mereka sudah ada di atap sekolah, lebih tepatnya di tepi atap. Arsel mengeluarkan teropong kecil dari saku celananya. Lysa hanya memperhatikan apa yang dilakukan cowok itu.
"Mlam ini ada gerhana bulan," ungkap Arsel kemudian.
"Oh ya?" Arsel mengangguk. "Wuih! Lumayan nih buat konten baru." Lysa mengeluarkan kamera DSLR-nya yang selalu ia bawa, berniat merekam momen tersebut. Arsel mengarahkan teropongnya ke langit. Menatap bulan .
"By the way, kenapa hari di atap sekolah?" tanya Lysa seraya mulai merekam langit.
"Biar lebih dekat lihat bulannya."
"Kan pakai teropong?"
Arsel tersenyum kecil. Cewek itu memang memiliki rasa penasaran yang tinggi. "Semakin tinggi tempatnya, semakin jelas bulannya. Kayaknya teropong dari tangan Arsel. "Arsel, bulannya mulai berubah!"
"Mana?" Arsel mendekatkan teropong itu agar Arsel melihatnya sendiri daripada jantungnya terus berdebat tanpa henti.
"Cantik," gumam Arsel. Lalu memutar teropongnya ke arah Lysa.
Lysa seketika salah tingkah. "Gue cantik?"
Arsel tertawa kecil. "Maksud gue bulannya."
Lysa langsung memalingkan wajah, menepuk jidatnya sendiri. Kenapa dia selalu saja he-er, sih?
Lysa terkekeh renyah, sukses di buat salah tingkah. Arsel menyondorkan teropongnya, membiarkan Lysa melihat bulan lagi.
Lysa antusias. Terlalu bersemangat dan bergerak lebih dekat ke tembok bawah, menyentuh dasar. Lysa terbelalak, mengerjap sekali dia kali. Untungnya saja tidak ada pak satpam di bawah sana. Dengan polos ia menoleh ke arah Arsel, lali menyengir kuda.
"Arsel, maaf... jangan bunuh gue! Please!" mohon Lysa polos sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dahi. Memelas.
Arsel malah tergelak "Biarinlah, cuma teropong doang, kok"
Lysa menghela nafasnya lega.
"Lagian masih ada bulan lain yang nggak kalah indah, dan bisa gue pandangi tiap hari"
Lysa menatapnya, bingung "Apa?"
Arsel tersenyum kecil, lali melanjutkan "Elo"
Sial. Arsel berhasil membuat pipi Lysa blushing. Astaga, kenapa Arsel membuatnya baper terus, sih? "Kalau gitu pandangi gue aja sampai gerhana bulannya selesai," balas Lysa mencibir. Lalu menahan senyum.
"Enggak, sayang?
"Hah? lo panggil gue apa tadi 'sayang'?"
"Maksud gue sayang melewatkan gerhananya."
"Tapi katanya kecantikan. Gue setara sama bulan?"
"Bukan berarti gue bakal lihatin muka lo terus-terusan"
"Why?"
Arsel menatapnya sejenak, sebelum kemudian melihat kembali ke arah langit, "Banyak resikonya"
Lysa menaikkan sebelah alis bingung.
Arsel kembali menatapnya "Apa lo siap menanggung resiko kalau gue jatuh cinta sama Lo?"
Lysa menahan salivanya. Menyampirkan anak rambut di telinga, seketika gemetaran. Namun buru-buru mengatasinya dengan tertawa ala kadarnya.
"Bilang aja lo itu sebenarnya takut. Ya, kan?"
Lysa melipat tangan di dada, kembali mencibir Arsel jail "Cupu"
Arsel menatapnya, melihat Lysa yang menantangnya membuat Arsel mendengus geli seraya tersenyum. Lysa meletakkan lidahnya jail, Arsel membuka mulutnya tidak percaya. Lalu dengan jail menggelitiki pinggang cewek itu. Lysa memekik, lali berlari menjauh sembari tertawa kegirangan.
Setelahnya mereka berbaring terlentang di lantai atap, dengan tangan yang menumpu kepala masing-masing. Melihat indahnya langit malam dari atap sekolah bersama-sama.
...*****...
thor mampir juga dong ke ceritaku..