Cha Yuri berkerja sebagai perkerja paruh waktu pada sebuah minimarket.
menjalani hidup yang rumit dan melelahkan membuatnya frustasi .
Namun Suatu Hari dia bertransmigrasi ke Dunia Isekai dengan bantuan sistem dia mencoba untuk menjalani setiap misi yang diberikan.
Sampai pada akhirnya dia tanpa sengaja mengubah plot nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana mengubah plot
Malam ini, Liangyi bersandar di jendela kamarnya dan menatap langit. Sesekali, ia menghela napas panjang—berpikir... atau barangkali ingin berteriak.
"Sebenarnya apa yang ada di pikiran saat menulis novel ini?!" gerutunya dalam hati.
"Kalau aku tidak muncul di bagian ini, mungkin hidupku masih normal! Tapi sekarang... aku harus menaklukkan dua pemuda dingin dan kejam... urgh."
Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Tapi suara di kepalanya justru terus menyulut api.
“Hei, Thor Naura?! Kau jangan mentang-mentang penulis novel ini jadi semena-mena begitu ya! Lihat saja, kalau aku bisa keluar dari sini, bakal kutabok napasmu! Akan kubakar semua bukumu!!”
(Liangyi membentak langit kosong, seolah berbicara langsung dengan penciptanya.)
TING!
[Terserah dong! Inilah imajinasiku, dan kau hidup di situ karena tulisan penaku! Aku yang bercita-cita jadi author, jadi kau nggak usah banyak komplain. Lakukan saja tugasmu!]
Liangyi menatap langit kosong dengan napas memburu. Kesal. Sangat.
"Apa kau bilang?! Hei, ya! Dasar—"
TING!
[Dilarang mengatakan hal kasar dan menghina author! Ada konsekuensi fatal untuk itu. Hati-hati, ya~]
Liangyi terdiam. Ia menahan bara amarah yang berdebar di dadanya. Tapi malam itu, sedikit demi sedikit, ingatannya kembali... tentang plot. Tentang jalan cerita yang harusnya ia rusak.
Hologram sistem muncul, melayang di udara seperti kunang-kunang yang menyebalkan.
Status Misi
Ketertarikan Xuanwei: 2%
Ketertarikan Yu Zhan: 11% → (Dikurangi 8% karena tindakan sembrono)
Dia tahu... besok akan ada 'pertemuan manis' antara protagonis pria dan wanita. Momen khas cerita romantis... Misi utamaku adalah merusak itu. Nilai harus naik. Harus!
Liangyi menggertakkan gigi. Tangannya mengepal, matanya menyala.
"Hah… aku bahkan nggak tahu harus berbuat apa lagi. Tapi... tunggu!"
"Besok pertemuan manis itu di plot! Besok!"
"Baiklah. Ayo. Mari mulai berjuang!! Hahaha!!"
(Serunya sambil mengepalkan tangan ke udara dengan gaya dramatis tapi kesepian.)
Ia berbalik dari jendela, langkah kakinya mantap menuju meja. Tangannya mengobrak-abrik tumpukan kertas catatan misi dari sistem.
"Kalau mereka pikir aku cuma boneka figuran, mereka belum tahu siapa aku sebenarnya!"
TING!
[Tingkatan kepercayaan diri meningkat. Tapi... jangan terlalu pede. Ingat, kamu masih karakter figuran.]
"DIAM!"
Liangyi menatap sistem hologram itu dengan tatapan yang bisa melelehkan baja.
"Kalau aku memang cuma figuran... maka aku akan jadi figuran yang merusak seluruh cerita ini dari dalam!"
Ia menarik napas dalam. Kafein dari kopi yang ia minum beberapa jam lalu masih terasa membakar tenggorokan.
Tangannya menulis dengan cepat di atas kertas, mencoret dan menggambar peta lokasi pertemuan esok hari, sambil menggumamkan monolog yang penuh dendam terhadap penulis fiktifnya sendiri.
"Aku akan menyelinap, menyamar, mencuri spotlight. Aku akan menjadi bencana paling anggun dalam bab manis mereka."
Ia bangkit, berjalan mondar-mandir seperti jenderal yang menyusun strategi perang. Langkahnya cepat, lalu berhenti tiba-tiba.
"Kudengar karakter utama wanita itu suka bunga magnolia... Bagaimana kalau aku munculkan bunga busuk di tengah pertemuan mereka? Atau... kuundang Yu Zhan datang juga, biar semuanya kacau sekalian?"
Matanya berkilat seperti petir sebelum badai. Dalam dadanya, bukan hanya dendam dan tekad—tapi juga gairah aneh untuk membalikkan semua hal klise yang membuatnya muak.
TING!
[Perhatian: Terlalu banyak ambisi dapat mengakibatkan chaos. Sistem menyarankan... meditasi atau teh herbal.]
"Simpan tehmu. Aku butuh kekacauan, bukan kedamaian," gumamnya sambil menyusun strategi baru, tangannya bergerak cepat di atas kertas seperti penulis bayangan yang mengutuk alur cerita.
Ia berhenti sejenak, menatap cermin di dinding. Tatapan itu mencerminkan figuran yang menolak tunduk.
"Biarlah aku jadi badai dalam cerita cinta mereka."
