NovelToon NovelToon
Ibu Sambung Kekasihku

Ibu Sambung Kekasihku

Status: tamat
Genre:Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:458
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terkurung

Aku baru saja selesai memakan makanan rumah sakit dan tadi Om Javar bilang jika aku tidak perlu melakukan rawat inap dan sudah diperbolehkan pulang. Baguslah kalau begitu aku tidak akan berlama-lama lagi ada di sekitar lelaki itu.

Barang bawaan ku sudah siap untuk dibawa pulang, aku berencana pulang menaiki taksi sendiri ketimbang harus dengan lelaki itu. Namun saat aku bangkit dari ranjang sambil menjinjing tas milik ku dengan satu tangan yang menumpu pinggang ku karena masih terasa sakit, disana di ambang pintu sudah ada Om Javar.

"Ayo pulang." Ucap nya yang di tangan kanan nya terdapat sebuah kunci mobil.

"Aku bisa naik taksi sendiri, lagipula kita gak searah."

"Nurut apa kata saya, saya antar kamu pulang."

"Ya udah, tapi anterin aku ke kosan. Aku mau pulang ke kosan."

"Iya."

Kami pun berjalan beriringan di lorong rumah sakit menuju ke basemen rumah sakit karena disana lah mobil milik nya berada.

Sekarang aku sudah duduk di kursi penumpang di samping Om Javar yang sedang menyetir, dia pun menyalakan mesin mobil nya dan keluar dari area basemen, tapi sebelum itu dia meminta alamat kosan ku terlebih dahulu karena memang dia tidak tahu.

Setelah aku memberikan alamat kosan ku itu, kami pun hendak keluar dari kawasan rumah sakit. Namun, saat sampai di jalan raya dia malah memilih jalan yang berlawanan dengan kosan ku, ini adalah jalan ke arah rumah nya.

"Om, ini bukan ke arah kosan aku!"

"Memang nya siapa yang bilang ini arah ke kosan mu itu?"

"Tapi aku pengen pulang Om."

"Kamu pulang ke rumah saya."

"Gak bisa gitu dong! Kalo Om gak mau anterin aku ke kosan, Om bisa turunin aku disini, biar aku pulang naik taksi aja."

"Mulai sekarang kamu tinggal di rumah saya, nanti barang-barang kamu yang ada di kosan akan di angkut oleh orang suruhan saya."

Ternyata itu tujuan dia menanyakan alamat kosan ku untuk mengambil barang-barang milik ku bukan untuk menghantarkan ku kesana.

"Tapi kita gak sepantasnya tinggal di satu atap Om. Lagipula gimana kalo sampe Geovan tau? Aku belum siap."

"Apa yang mesti kamu siapkan? Toh cepat atau lambat semua bakalan kebongkar."

"Pokoknya aku mau pulang ke kosan! Om turunin aja aku disini." Gertak ku sambil berusaha membuka pintu mobil yang sedang melaju itu.

"Jangan macam-macam! Ini semua demi kebaikan kamu dan anak saya."

"Aku dan anak ini bakalan baik-baik aja walaupun tanpa Om, bahkan mungkin akan lebih baik."

"Dengerin apa kata saya! Dan mulai besok, kamu gak perlu kerja."

"Om gak bisa seenaknya kayak gitu, aku udah capek-capek cari kerja dan dengan seenaknya Om nyuruh aku berhenti? Aku kerja karena aku butuh."

"Apa yang kamu butuhkan? Semuanya dapat saya kasih ke kamu."

"Aku bisa menuhin kebutuhan aku sendiri, Om gak perlu repot-repot kasih itu ke aku."

"Keputusan saya sudah mutlak, kamu tetap harus tinggal di rumah saya sampai anak itu lahir dan secepatnya saya akan menikahi kamu."

"Kan aku di rumah sakit tadi udah bilang, aku gak mau nikah sama Om."

"Tapi bagaimana pun kamu harus tetap menikah dengan saya."

"Aku gak mau Om." Balas ku dengan suara yang melemah.

Dirasa tidak mendapatkan respon lagi dari nya, aku pun terdiam. Perjalanan menuju ke rumahnya dipenuhi keheningan setelah percakapan tadi. Namun, di pikiran ku terlintas bagaimana reaksi Geovan nanti jika melihat aku ada di rumah nya bersama dengan ayah nya?

"Om, aku gak mau tinggal di rumah itu. Aku bener-bener belum siap kalo Geovan tau sekarang."

Dan aku masih belum mendapatkan reaksi apapun darinya, dia mendiami aku.

"Om! Dengerin aku gak sih?!"

"Sebenarnya apa yang kamu takutkan dari Geovan? Kamu masih suka sama dia?"

"Tanpa harus aku jawab, Om pasti udah tau jawabannya apa. Jadi, tolong anterin aku ke kosan aja."

"Tidak bisa, kamu harus tetap ada dalam jangkauan saya."

"Kan Om juga bisa awasi aku di kosan."

"Terlalu jauh."

"Ck, ya udah gak usah diawasi."

"Ya sudah. Kalau kamu gak mau tinggal di rumah utama, kamu bisa tinggal di salah satu apartemen milik saya dan saya akan sering mampir kesana untuk mengawasi kamu."

Pilihan ini tentu saja lebih baik dari yang sebelumnya, dari pada aku harus tinggal di rumah itu dan bertemu dengan Geovan.

"Oke, aku mau. Dari pada aku harus tinggal di rumah Om yang itu, aku mau tinggal di apartemen Om aja."

Dia pun tidak jadi membawa ku ke rumah nya, tetapi berbalik arah menuju ke apartemen nya yang entah dimana, aku belum mengetahui tempat nya.

Tiba-tiba saja dia membuka suara. "Apartemen itu dekat dengan kantor saya dan sering saya tempati ketika sedang malas pulang ke rumah atau terlalu malam jika harus pulang ke rumah. Maka dari itu, pasti nya setiap hari saya akan berkunjung kesana setelah kamu tempati." Jelas nya panjang lebar.

"Dan untuk masalah kuliah kamu, nanti kamu bisa mendaftar ulang di kampus lain jika kamu tidak ingin di kampus yang lama. Tidak usah pikiran soal biaya, mulai saat ini semua biaya hidup kamu saya yang tanggung." Lanjut nya kemudian.

"Aku gak berniat buat lanjut kuliah lagi, aku cuma mau fokus sama anak ini."

"Bagus kalau begitu, tapi jika sewaktu-waktu kamu berubah pikiran ingin kuliah lagi, langsung bilang kepada saya."

Terjadi keheningan kembali, mobil yang dikendarai oleh nya pun melaju dengan kecepatan rata-rata membelah jalanan malam ini. Tidak memerlukan waktu yang lama, kami berdua sudah sampai di bangun tinggi yang ada di pusat kota ini, yang aku yakini jika di salah satu lantai nya terdapat unit apartemen milik nya.

"Ayo." Dia pun menuntun ku menuju lift yang ada di bangunan itu.

Setelah berada di dalam lift, lift itu pun membawa kami ke lanjau yang dituju.

"Penghuni apartemen ini kebanyakan orang kantoran seperti ku, jadi pastinya apartemen ini cukup sepi. Maka dari itu, jika kamu butuh sesuatu, langsung hubungi saya saja."

"Aku pasti langsung hubungin Om, lagipula siapa lagi yang bisa aku hubungi selain Om."

"Memang nya kamu tidak punya teman?"

"Ya punya, tapi belakangan ini aku menghindar dari mereka. Udah, lupain aja."

"Oke."

Kami pun sampai di lantai yang tadi dituju, dia langsung membawa ku ke depan pintu unit apartemen milik nya dan menekan tombol sandi yang ada disana.

Saat masuk ke dalam apartemen itu, aku dibuat takjub dengan kemewahannya. Memang tidak perlu heran jika ruangan ini terlihat mewah, toh yang punya nya pun sama mewah nya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!