NovelToon NovelToon
EXONE Sang EXECUTOR

EXONE Sang EXECUTOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Dunia Lain
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aegis zero

Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.



Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

no mercy.

Pagi itu, langit kota Azura tampak kelabu. Aroma angin membawa kabar muram dari timur. Di tengah hamparan tanah lapang yang dulu menjadi tempat eksperimen keji, Arya berdiri diam, memandangi sisa kehancuran.

"Sudah tak ada lagi suara tangisan... Semoga kalian benar-benar tenang di alam sana," ucapnya lirih. Ia menutup mata, mengatupkan kedua tangan di depan dada.

Tugasnya belum selesai. Masih ada lima kota lainnya. Masih ada lima tempat penderitaan yang harus dibersihkan.

Arya mengepalkan tangan. "Tinggal lima lagi. Aku akan menyelesaikan ini sendiri."

Tubuhnya berpendar sekejap sebelum menghilang, teleportasi membawanya ke kota berikutnya.

Sementara itu, di kota Siju, Dina berdiri di tengah jalan sempit sambil menatap peta lusuh yang diberikan Arya.

"Menurut peta ini... tempatnya di sekitar sini," gumamnya. Matanya menyusuri lingkungan di sekeliling, sampai akhirnya berhenti pada sebuah rumah reot yang nyaris ambruk.

Ia melangkah mendekat, dua dagger sudah tergenggam erat di tangannya. Kerchak.

"Siapa itu? Hei, nak! Ini bukan tempat bermain!" seru salah satu penjaga di depan rumah.

"Ini rumah nenek tua! Jangan ganggu kami di sini!" seru yang lain.

Dina tak menjawab. Dengan satu gerakan cepat, ia melesat ke depan. Slash! Dua kepala menggelinding di tanah sebelum tubuh-tubuh itu sempat menyentuh gagang senjata mereka.

Kreeott...

Begitu pintu terbuka, aroma busuk menusuk hidung. Dina tersentak dan tersedak.

"Ugh... ugh... Uhuk! Gila, ini bau banget! Ini sebabnya Arya ngasih sapu tangan..."

Namun bukan bau yang membuat air matanya mengalir. Di hadapannya berdiri deretan tabung kaca berisi cairan kehijauan, tempat tubuh-tubuh cacat dan dimonsterisasi tergantung tak bernyawa. Beberapa di antaranya masih hidup, tapi nyaris kehilangan wujud kemanusiaannya.

"Tolong..." lirih dari dalam salah satu tabung. "Tolong... bunuh kami..."

Tubuh Dina gemetar. Ia terjatuh berlutut, menatap ngeri.

"Maaf... maafkan aku... kenapa bisa... kejam sekali..." desisnya sambil meneteskan air mata.

"PENYUSUP!"

Suara teriakan membuyarkan emosinya. Beberapa penjaga dan ilmuwan datang membawa senjata.

"Kau akan mati di sini, anak kecil!"

Dina berdiri perlahan. Wajahnya gelap. Matanya kehilangan belas kasihan.

"Kalianlah yang akan mati!" pekiknya. "Strength! Wind Step! Double Slash!"

Tubuh-tubuh musuh berjatuhan. Beberapa dari mereka bahkan belum menyadari bahwa mereka telah dimutilasi sebelum tubuhnya terpecah.

"Aaarrghhh! T-tanganku!"

"K-kakiku!"

Dina tersenyum sadis.

"Saatnya berpesta," bisiknya.

Dengan penuh kebencian, ia mencongkel mata mereka, memotong telinga, lidah, satu persatu anggota tubuh, memastikan kematian mereka bukanlah pelepasan, melainkan neraka dunia yang mereka ciptakan sendiri.

Beberapa saat kemudian, napasnya terengah. Ia berdiri di tengah puluhan tubuh tak utuh. Pandangannya beralih ke para korban dalam tabung.

"Maaf... jika kalian masih merasakan sakit..."

Ia menutup mata. "Strength! Wind Step! Fire Double Slash!"

Dalam sekejap, tabung-tabung dihancurkan, kepala-kepala korban ditusuk tepat ke titik vital untuk memastikan mereka pergi tanpa rasa sakit.

"Maafkan aku... terlambat menyelamatkan kalian...!" isaknya.

Dengan tubuh gemetar dan wajah penuh air mata, Dina melangkah pergi dari tempat neraka itu.

Di kota Ekpiro, Gamma berdiri di depan sebuah rumah tua.

"Tempat ini... kelihatannya tidak mencurigakan. Tapi menurut peta, harusnya di sini."

Ia membuka pintu. Kerchak.

"Keluar, nak! Kau salah masuk tempat!"

Srett.

Seketika tubuh penjaga terbelah oleh benang tak terlihat.

Gamma melangkah masuk. Bau busuk langsung menyerang. Ia menutupi wajahnya dengan sapu tangan.

"Maafkan aku... Aku akan membantu sebisaku..."

Tangannya dirapatkan, doa lirih meluncur dari bibirnya.

"Thread Guillotine."

Benang-benang halus menyelinap di antara tabung-tabung eksperimen, menebas kepala para korban satu per satu. Diam. Cepat. Tanpa rasa sakit.

Lalu terdengar teriakan.

"Apa kau tahu berapa lama kami melakukan eksperimen ini?!"

"Kami hampir berhasil menciptakan makhluk sempurna!"

Gamma menatap mereka datar. "Untuk apa aku peduli, kalian para bajingan?"

Ia berjalan pelan, senyum tipis di wajahnya. "Persiapkan diri. Rasa sakitnya luar biasa."

Ia mulai memotong jari-jari mereka satu per satu. Teriakan menggema di dalam ruangan. Tak ada belas kasihan untuk monster dalam kulit manusia.

Setelah memastikan semuanya selesai, ia menundukkan kepala ke arah para korban.

"Maaf... kalau kalian masih sempat merasakan sakit."

Di tempat lain, Venus melangkah malas di depan bangunan tua.

"Kenapa aku harus mengurus tempat ini sih... Tapi demi Reisa-chan yang imut, aku harus!" serunya manja.

Begitu membuka pintu, dua penjaga langsung bersiul.

"Nona, ingin bermain sebentar?"

Venus hanya tersenyum manis. "Water."

Kepala mereka diselimuti air, nafas mereka hilang.

"Bagus... wajah kematian kalian cantik juga."

Ia masuk ke ruang eksperimen. Tanpa ekspresi, ia mengangkat tangan.

"Water Cutter."

Air tipis mengiris tabung-tabung korban satu per satu. Ia memastikan mereka mati tanpa rasa sakit. Begitu penjaga dan ilmuwan melihatnya, mereka menyerang.

"Bunuh dia!"

"Water."

Udara dari paru-paru mereka terhisap. Teriakan berubah menjadi gargling tak bermakna sebelum semuanya tumbang.

Venus menghela napas.

"Selesai... Tapi... bagaimana aku kembali?! Jalan kaki ke ibukota?! Mana mungkin!"

Lalu ia mengeluarkan alat komunikasi dari Arya. Beep beep.

"Halo? Nak? Ini alatmu keren banget ya! Bisa keluar suara!"

"...Venus?"

"Ya, ini aku! Gimana aku balik? Masa jalan kaki?"

"Ya udah, tunggu dua jam. Aku jemput."

"APA?! Cepat! Aku mau ketemu Reisa-chan!"

"...Baiklah."

Teleportasi.

Arya muncul.

"Hei! Aku di sini!" Venus langsung berlari dan memeluk Arya.

"Mari pergi." Teleportasi.

Mereka tiba di hutan dekat ibukota.

"Mana Reisa-chan?" tanya Venus.

"Sebentar."

Arya teleportasi kembali ke Ekpiro.

"Gamma?"

"Kak Arya?"

"Ayo pulang. Venus menunggu."

Teleportasi.

Begitu mereka tiba, Venus langsung memeluk Gamma.

"Reisa-chan! Kakak kangen!"

"Aku baik-baik saja, kak..."

"Manis sekali kau!"

Arya tersenyum, lalu berbalik. "Aku jemput Dina dulu."

Teleportasi.

Di kota Siju, Arya mencari-cari Dina.

"Jangan-jangan nyari makanan lagi..."

Lalu ia melihatnya. Gadis itu duduk bersandar di dinding, wajahnya murung.

"Dina?"

Dina menoleh, matanya basah. "Arya..."

Ia berdiri mendekat, lalu mendekap Dina.

"Aku melihat... hal yang mengerikan..." isaknya.

"Maaf... aku menyerahkan tugas ini padamu..." Arya membelai kepalanya. "Ayo, kita pulang."

Dina mengangguk pelan. "Iya..."

Teleportasi.

Begitu mereka tiba—

"Apa?! Hei, wanita cabul! Jauhkan dirimu dari Gamma!" seru Dina.

Venus hanya tersenyum. "Ara~ kamu iri ya karena tidak punya dada sebesar ini~"

"A-apa?! Aku masih tumbuh!"

"Masih lama sebelum seperti ini~" goda Venus sambil menempelkan dada ke wajah Gamma.

"Menjauh darinya!" Dina menarik Gamma.

"Tidak apa-apa, kak. Ayo kumpul!" Gamma malah menarik Dina ikut berpelukan.

"T-tidak! Jangan sampai kena virus cabul!"

"Hehehe..." Gamma tertawa polos.

Arya menghela napas dan tersenyum. Syukurlah... mereka kembali seperti biasa...

"Aku pergi dulu ke kota Azura. Tunggu di sini, ya."

"Baik, hati-hati, Kak Arya!"

Teleportasi.

1
luisuriel azuara
Karakternya hidup banget!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
Ani
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!