Gadis SMA bernama Monday , 16 tahun seorang yatim piatu. Sebatang kara dan harus mengais rejeki sendiri.
Dia tak ingin mengemis, namun dia harus berusaha mendapatkan uang lewat tarian kecilnya dibawah rambu lalu lintas.
Bisakah Monday bertahan? Bangkit dimasa sulit untuk mencapai impiannya. Akankah ia mampu meraihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By Amnesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman
"Monday," ucap seorang pria yang ia kenal.
Friday memperhatikan penampilan Monday yang kusut, mata sembab dan dengan kaki telanjang
"Kamu kenapa Mon, lagi ada masalah? masuk Mobil aku yuk." Timpalnya.
Mereka masuk ke dalam mobil Friday yang terparkir dipinggir jalan, tak jauh dari tempat mereka bertemu.
Monday menangis sedih. Kemudian dia menarik nafas panjang dan berkata "Ya ada masalah tadi ditempat kerja sambilan ku, dan sekarang aku kehilangan sepatu sewaktu shalat Maghrib. Jadinya kayak anak hilang deh," ucap Monday dengan polosnya.
"Hahaha, " Friday tertawa, "Maaf mon, bukan maksudku menertawakan kejadian yang kamu alami. Habis reaksi muka kamu lucu banget. Imut abis." Sambil cubit pipi.
"Ih malah ngetawain, jelek ya?" Tanyanya
"Banget hahaha," Friday tertawa tak habis-habisnya. Monday ikut tertawa.
"Mon, udah makan belom? aku kesini tuh mau makan tapi ketemu kamu, jadi ku ajak beli sepatu dulu kayaknya deh, biar besok bisa pake."
"Apaan sih, Aku masih ada sepatu di rumah kok,"
"Yakin, ada?" tanya Friday memastikan.
"Yakinlah ada, cuma ga pernah dipake. Aku lebih suka sepatu yang hilang itu, soalnya banyak kenangan, aku minta tolong bisa antar aku pulang aja ga?" pinta Monday.
"Apa sih yang ga buat kamu, aku antar pulang. oh ya mon, 2 hari lagi kita Lomba Matematika. Jangan lupa belajar." ucap Friday mengingatkan
"Ya ampun hampir saja aku lupa, makasih udah ingatin,"
Selama perjalanan pulang , Friday dan Monday tak banyak bicara, mereka asyik mendengarkan lagu di radio mobil. Sambil sedikit-sedikit bernyanyi.
"Suara kamu Enak ya Mon." puji Friday.
"Makasih Friday , " Monday tersipu malu.
Sesampainya di depan Rumah. Friday membuka pintu mobilnya. Kemudian Monday turun. Friday menggenggam tangan Monday hingga pintu depan rumah Monday. Anehnya Monday tak menepisnya.
Mereka saling menatap dan hati mereka seperti berbicara satu sama lain. Monday bingung dengan perasaannya yang tiba-tiba, ia tak menyangka ada getaran di hatinya.
"Aku ingin menemanimu disini," bathin Friday.
Setelah Friday pergi dengan mobil hitamnya. Monday masuk ke rumah. Namun tiba-tiba dia merasakan bumi ini bergoyang. Monday tak sanggup berdiri tegak.
Kakinya bergetar, Wajahnya pucat dan mengeluarkan keringat dingin. Semakin kencang pusing yang dia rasakan. Penglihatannya semakin gelap, kemudian dia jatuh terlunglai .
Monday membuka mata, dia melihat sorot lampu gantung yang besar dan penuh ukiran. Dia pun menyadari jika ia sedang berada di rumah mewah. Namun milik siapa dia tak tahu.
Monday berusaha untuk beranjak dari tempat tidur, namun badannya terasa berat dan pusing yang dia rasakan masih terasa. Dia pun duduk terdiam diatas ranjang empuk. Mengamati setiap sudut ruangan jikalau terdapat foto yang dia kenal.
Tak berapa lama, seorang Ibu yang sudah renta masuk ke dalam kamar. Dia menghampiri Monday dengan tersenyum.
"Anak yang malang, kata dokter kamu kelelahan dan banyak fikiran dan juga pola makan tidak teratur. Jadinya ya begini, jatuh pingsan." terang Ibu tua itu.
"Terimakasih sudah membantu saya, namun maaf saya boleh tau anda siapa nyonya?" tanya Monday yang penuh pertanyaan dikepalanya.
Kenapa Monday berada di tempat asing padahal jelas-jelas tadi ia berada didepan rumahnya.
"Saya neneknya Siti. Tadi yang membawamu kemari adalah Siti, sekarang dia sudah tidur. sudah larut malam, sebaiknya kamu tidur juga ya," ucap Ibu tua yang sudah renta itu yang ternyata Neneknya Siti.
"Terimakasih nek, " jawab Monday
"Siti? Dimana Siti, sepertinya Aku harus menemuinya," bathin Monday seraya bangun dari tidurnya.
Ia tak sanggup bangun dari tidurnya, kemudian Monday memutuskan untuk kembali tidur malam itu.
Beberapa menit terlewati. Monday terlelap dalam balutan selimut tebal . Tiba-tiba nafasnya berat makin sesak.
Tak hanya itu, ada sesuatu yang mencengkeram lehernya hingga terasa sakit dan makin sulit bernafas.
Badannya tak sanggup meronta seperti tertimpa sesuatu yang berat . Dia membuka matanya tak nampak jelas pandangannya. Semua begitu gelap. Tak ada sinar satu pun yang masuk lewat jendela ataupun fentilasi udara.
Monday berusaha sekuat tenaga meraih sesuatu dengan tangannya dia mendapati bantal yang ada disampingnya mencoba memukul seseorang yang mencekiknya tapi tak berhasil, dua dan tiga kali dia pukul dan sia-sia.
Tenaganya makin terkuras, namun dia tak boleh mati tercekik. Di ambilnya udara lewat mulutnya dan di kerahkannya semua tenaga untuk menjatuhkan setan yang mencekik dan menduduki badannya.
Seseorang atau setan itu akhirnya terjatuh, telah kalah oleh serangan akhir Monday. Monday mengatur nafas yang tersengal sengal. Setelah itu Monday menghidupkan lampu meja disampingnya, kemudian mendatangi seseorang yang mencekiknya.
Monday tersentak saat melihat yang mencoba mencekiknya adalah orang. Wajahnya terbungkus topeng hitam yang terlihat hanya mata.
Dengan memakai jaket hitam ,sarung tangan hitam , celana panjang ketat hitam dan sepatu hitam. Jika dilihat dari ukuran tubuhnya adalah perempuan.
"Siapa kamu! " tanya Monday yang nafasnya masih tersengal-sengal.
Monday segera mendekatinya dan membuka topengnya. Namun Orang itu segera berlari melewati jendela.
Monday ingin melaporkan kejadian ini kepada pemilik rumah. Namun dia takut membangunkannya. Akhirnya Monday keluar dari kamar, dia semakin takut dan duduk di kursi ruang tamu. Tiba-tiba ada langkah kaki menuruni anak tangga.
"Siapa itu," seseorang itu pun menyalakan lampu ruang tengah
"Ternyata Monday, Mon kamu kenapa duduk di ruang tamu" Tanya Siti
" Siti, untung kamu datang. Dan ada yang ingin Aku tanyakan, kenapa aku ada disini, apa yg terjadi?" tanya Monday masih ketakutan.
"Aku kebangun tadi denger suara kayak orang berantem gitu. Ceritanya panjang. Kita duduk dulu yuk," ucap Siti.
Monday merasa aneh. Tidak ada suara orang berantem, apalagi kamar sebesar itu tidak mungkin terdengar dari atas. Monday curiga, dia pun memperhatikan penampilan Siti. Dari atas kebawah kemudian dari bawah keatas.
Oh tidak Monday menemukan gelang yang sama dipakai dengan orang yang mencekiknya. Monday terbelalak. Dia semakin takut.
"Siti apa rencana kamu." tanya Monday dengan rasa takut.
"Maksud kamu apa sih Mon aku gak ngerti. " Tanya Siti sambil tersenyum sinis.
Monday segera beranjak dari tempat duduknya, kemudian dia lari secepat kilat ke kamar yang tadi dia tempati. Ditutupnya pintu kamar cepat-cepat lalu dia pun segera menutup semua jendela. Dia segera berkemas membawa tas dan handphonenya.
"Monday buka pintunya Mon, maksud kamu apa aku gak ngerti?" Teriak Siti di balik pintu.
Monday menunggu Siti berbicara lewat pintu, lalu segera dia pergi keluar dari jendela kamar yang besar dan tidak bertralis. Monday berlari kencang.
Kakinya tak memakai alas. Kaki mulusnya merasakan perih yang terusuk tusuk, jalanan aspal yang tidak mulus dan berserakan kerikil kecil telah menyakiti telapak kaki nya.
"Ahhh," Monday terjatuh tersungkur. Kakinya tak kuat lagi menapak, darah mengalir deras dari tapak kaki yang tak beralas. Terlebur bersama pasir dan tanah hingga terbentuk lumpur berdarah.
Isak tangisnya bergema, namun hanya hening yang mendengar deritanya. Badannya masih tersungkur di bawah, tak mampu berdiri.
Terdengar derap langkah kaki yang berlari dari arah belakang dan bersamaan dengan suara memanggil penuh gairah
"Monday kamu dimana?" Teriak Siti. Gema mengaung bersama embun malam. Semakin mendekat suaranya terdengar kemudian dia memulai drama nya
"Monday kamu kenapa ? Ya ampun kaki kamu berdarah?"
"Mau kamu apa Siti, tolong jangan bunuh aku." Monday berkata sambil menangis.
Melihat Monday duduk tak berdaya dengan kaki terjulur lurus ke depan. Siti tertawa terbahak - bahak
"Hahaha Siapa yang mau bunuh kamu Monday?" Tanya Siti pura-pura tidak tahu.
"Tak usah bersandiwara lagi Siti. Aku bukan Monday yang bodoh." Monday berusaha awas.
"Hahaha Monday Monday, itu adalah sebuah peringatan. Kamu munafik! " Akhirnya Siti membuka kedoknya sendiri. Siti mendekati Monday secara perlahan
"Munafik? maksud kamu apa?" Tanya Monday tak paham.
"Katanya kamu tidak bodoh lalu kenapa masih tanya ?" Sahut Siti dengan sinisnya.
"Apa kamu cemburu aku dekat dengan Friday..kamu salah paham, tadi kita hanya bertemu dijalan, setelah itu dia mengantar ku pulang karena sepatu aku hilang saat sholat di Masjid," Terang Monday.
"Emangnya aku bodoh, emangnya aku ga bisa liat tatapan kamu ke dia, dan tatapan dia ke kamu.. dasar cewek munafik !!" Kata Siti.
Siti mendekati Monday lagi dan mencekiknya. Monday berusaha untuk melawan, namun tubuhnya lemah. Kepalanya masih pusing dan badannya tak sanggup berontak lagi.
"Dasar lemah!! Ayo teriak.. gak akan ada orang yang dengar. Hahahaha" Seru Siti yang semakin membabi buta
"To.. to..to...long... to..long.." ucap Monday terpatah-patah.
Tangannya berusaha mengambil dan menggenggam pasir kemudian di tebarkannya ke muka Siti. Siti melepaskan cengkeraman dari leher Monday ,matanya kesakitan kemasukan pasir .
"Si**al!Mataku, Ouch!" Geram Siti
Segera Monday bangun dan berlari. Dia menahan sakit di telapak kakinya.
"Lebih baik begini dari pada mati ditangan Siti, setidaknya aku harus berusaha menyelamatkan diri dahulu, Siti gila." ucap Monday dalam hati.
Monday memasuki pepohonan yang gelap gulita. Tak ada lampu penerangan. Dia mengeluarkan handphonenya dan menyalakan fungsi senter, lalu melanjutkan kembali berlari sejauh mungkin.
Namun dia tak tahu kemana arah jalan pulang. Monday bagaikan kumbang kecil yang terlantar.
Tak berapa lama Dia melihat ada rumah warga namun berada jauh dibawah longsor. Sedikit demi sedikit dia tapaki longsor bebatuan itu. Kakinya terasa keram . Tanah yang sedikit lembek dan terasa basahnya embun terus dia pijak.
Semakin kebawah dan licin membuat Monday kehilangan kendali. Dia tergelincir jauh dan terjatuh bergelinding menabrak bebatuan kecil dan ranting yang patah, hingga terhenti didasar longsor.
Monday masih hidup, seluruh badannya terasa dingin dan keram. Suara Siti tak lagi didengarnya , namun dia harus waspada.
Jalanan tak lagi gelap gulita. Ada lampu penerangan yang meneranginya meski redup. Kembali dia harus memaksakan tubuhnya yang terpontang-panting.
Menahan sakit telapak kakinya, berjalan terpincang-pincang dengan kaki berlumpur tanah, pakaian kotor dan rambut yang lepek. Terlihat persis seperti gembel yang tak pernah mandi.
Semangat kak Wen, lanjut baca karyamu yg lain...
salam,