NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:825
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesal

Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Luna kembali ke dorm. Di belakangnya, Elio berjalan pelan, masih pucat tapi sudah jauh merasa lebih baik.

Suasana dorm masih hening, hanya terdengar dengkuran samar dari kamar anak-anak lain.

Adrian keluar dari kamarnya dengan rambut berantakan, matanya masih setengah tertutup.

“Hei, kalian dari mana?” tanyanya heran, menahan kantuk.

Luna menoleh, agak gugup. “Kami, baru pulang dari klinik,” jawabnya singkat.

Adrian langsung terjaga sepenuhnya. “Klinik? Kenapa?”

Pandangannya beralih ke Elio yang berdiri di belakang Luna. Dia baru sadar saat ia melihat wajah Elio yang masih pucat.

“Elio! Kau sakit?”

Suara Adrian cukup keras hingga membangunkan Rei dan Jae yang buru-buru keluar kamar. Han muncul belakangan dengan wajah bingung.

“Ada apa pagi-pagi ribut?” tanya Rei sambil menguap.

Elio tersenyum kecut, mengangkat tangan seolah menenangkan. “Santai saja, aku baik-baik saja sekarang. Hanya sedikit alergi makanan.”

“Apa?!” seru Han dan Jae hampir bersamaan.

Luna, yang dari tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Tadi malam dia alergi setelah makan sup, aku harus membawanya ke klinik karena keadaannya cukup parah.”

Suasana menjadi tegang. Anak-anak yang semalam bersepakat untuk mengerjai Luna jadi saling pandang dengan wajah tak enak.

Dane mengusap tengkuknya, merasa bersalah. “Astaga, kami pikir kau hanya berusaha cari perhatian dengan mengetuk pintu semalam.”

Luna tersenyum sinis, hatinya sedikit kesal. “Apa katamu, kau pikir aku perempuan apa!"

Ia mendorong bahu Dane hingga tubuh Dane terlangkah mundur. Luna benar-benar tersinggung.

"Aku tidak bercanda dengan keadaan darurat seperti ini." ketusnya.

Han menunduk, suaranya pelan. “Kami yang salah. Kami minta maaf, Luna.”

Elio menoleh menyela, "Ini juga salahku karena tidak memberitahunya tentang alergiku.”

Adrian tak kalah kesal. “El, seharusnya kau tidak main-main dengan itu."

Adrian menoleh ke Luna, "Aku minta maaf mewakili mereka, Luna. Tolong jangan marah. aku akan memperingati mereka."

Luna mengangguk, wajahnya masih sedikit cemberut. Dia menoleh ke arah Elio, "Jam 9 kau ada jadwal lagi kan?. Mumpung masih ada waktu, istirahatlah sebentar lagi."

Elio hanya mengangguk. Lalu Luna berjalan masuk ke kamarnya meninggalkan mereka.

Rey yang dari tadi diam, langsung mendekat ke arah mereka.

"Sudah kuperingatkan, jangan main-main dengan Luna. Kenapa kalian masih keras kepala." Katanya dingin dengan tatapan tajam ke arah mereka.

Mereka hanya menunduk. Sebenarnya mereka segan dengan Rei. Dia sangat menakutkan saat marah. Apalagi Rei adalah anggota tertua kedua setelah Adrian.

"Aku mendengar dari kak Marcel, nasib grup kita ada ditangan Luna. Kalian tahu akibatnya kan. Kalau nanti sampai terulang lagi, aku sendiri yang akan melaporkan langsung kepada Direktur Gun." Ucap Rey tegas.

Anak-anak yang lain saling menatap, mereka mengangguk mengerti. Elio hanya menunduk dari tadi.

Rey melangkah meninggalkan mereka, tangannya sempat menepuk pundak Elio dan Han. Mereka paham itu adalah peringatan halus darinya.

Sementara itu di kamarnya, Luna masih duduk di tepi ranjang. Pandangannya kosong menatap arah lantai.

“Beraninya mereka begitu padaku. Mereka pikir siapa mereka. Kalau bukan karena permintaan Paman, mana mungkin aku mau jadi manager mereka,” gumamnya dalam hati.

Ia menghela napas, menegakkan punggung dan mengendurkan bahunya. Saat amarahnya masih mengambang di dada, Luna melakukan cooling breathing yang selalu ia andalkan.

Ia menarik napas perlahan membiarkan udara yang dingin menyentuh tenggorokan, lalu menghembuskannya pelan-pelan lewat hidung.

Diulanginya beberapa kali sampai dadanya terasa lebih ringan. Setelah merasa sedikit tenang, ia merebahkan diri di atas ranjang dan menarik selimutnya.

Matanya menatap langit-langit kamar itu sejenak sebelum terpejam.

“Semoga hari ini tidak ada drama lagi.” batinnya pelan.

Lalu Luna melanjutkan tidur yang semalam sempat tertunda karena Elio.

Di luar, Rey yang habis memperingati para anggota lain melangkah menuju ke dapur dan membuka kulkas.

Ia melihat sup yang dimasak oleh Luna masih tersisa banyak. Rey mengambil mangkuk sup itu dan memanaskannya di microwave.

Sambil menunggu supnya panas, Rey melirik sekilas ke atas meja makan. Terlihat sisa-sisa makanan dari Elio masih tergeletak dengan sedikit berhamburan. Tanpa basa-basi, ia langsung membersihkannya.

Beberapa saat microwave berbunyi, Ia mengeluarkan sup itu. Lalu dia mengetik pesan,

"Habiskan sup ini. Aku tidak mau melihat sisanya sedikit pun!." Lalu ia mengirimkan pesannya ke grup Neonix.

Mereka yang menerima pesan itu langsung merasa getar getir, karena tentu saja itu bukan penawaran, tapi peringatan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!