NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Cintapertama / Konflik etika
Popularitas:587
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.

Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.

Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.

Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Minggu sore di Seoul selalu terasa lebih lambat dan hangat. Udara sejuk musim semi membelai lembut tirai jendela di kamar Han Jiya, menciptakan pola cahaya yang menenangkan di lantai parket. Han Jiya, berbeda dengan Yujin yang pendiam, adalah sosok yang riang dan ekspresif. Ia adalah mahasiswi Hukum yang cerdas, memiliki tawa yang mudah pecah, dan hati yang mudah percaya.

Saat ini, Jiya sedang duduk di karpet kamarnya, bersandar pada tempat tidur, sementara Yujin duduk di kursi rotan di sampingnya. Mereka sedang menikmati waktu santai setelah seminggu penuh tekanan kuliah.

"Astaga, aku masih tidak percaya," kata Jiya, matanya berbinar saat menatap ponselnya. Ia baru saja menunjukkan foto swafoto dirinya dan Lino kepada Yujin.

"Lino Oppa benar-benar tahu bagaimana membuatku merasa istimewa, Yujin-ah."

Yujin tersenyum lembut, meskipun ia harus berusaha keras untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman setelah pertemuan singkatnya dengan Lino di kampus kemarin. Yujin mengambil ponsel Jiya dan mengamati foto itu, Lino tampak tersenyum lebar dan memeluk Jiya dari belakang dengan ekspresi penuh kasih.

"Tentu saja dia tahu, Jiya. Kau sahabat terbaikku. Kau layak mendapatkan yang terbaik," balas Yujin tulus.

Han Jiya adalah satu-satunya jembatan sosial Yujin di kampus, dan Jiya adalah sosok yang Yujin sayangi. Yujin telah menjadi pendukung paling setia hubungan Jiya dan Lino sejak mereka mulai berpacaran enam bulan lalu. Ia menyaksikan betapa cintanya Jiya pada Lino, dan ia tidak pernah meragukan sedikit pun ketulusan Jiya.

"Kau tahu, Oppa sangat sibuk dengan kasus organisasi, tapi dia selalu menyempatkan diri untuk menemaniku belajar di perpustakaan, bahkan jika hanya sepuluh menit," Jiya bercerita, nadanya dipenuhi rasa bangga dan syukur. "Dia bahkan membawakanku sup rumput laut yang katanya dibuat oleh Ibunya, sup yang khusus untuk menambah daya ingat, katanya."

Yujin mengangguk sambil meletakkan ponsel Jiya. "Itu bagus. Lino Oppa memang seperhatian itu. Dia pria yang baik, Jiya. Aku senang melihatmu bahagia seperti ini."

Namun, di balik dukungan Yujin yang tulus, ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Yujin mengingat kembali monolog Lino di loker perpustakaan, betapa Lino berusaha mengendalikan interaksinya dengan Taehyung. Dan Yujin ingat Lino yang tiba-tiba muncul di rumahnya larut malam dengan alasan tugas.

Apakah 'perhatian' Lino ini benar-benar tulus, atau hanya bagian dari strategi besar untuk menenangkan Jiya?

Yujin mencoba mengenyahkan pikiran gelap itu. Ia tidak ingin merusak kebahagiaan sahabatnya dengan kecurigaan yang mungkin tidak berdasar.

"Ngomong-ngomong soal perhatian," Jiya mencubit lengan Yujin pelan. "Bagaimana dengan Christopher Oppa? Dia selalu mengantarkanmu makanan dan menunggumu di gerbang rumah. Kalian benar-benar seperti kakak-adik yang ideal."

Yujin tersenyum malu-malu. "Dia memang seperti kakakku sendiri, Jiya. Sejak Ayahku meninggal, Christopher Oppa selalu memastikanku baik-baik saja. Dia sangat baik, dan aku bersyukur dia ada di dekatku."

"Kau harus lebih sering kencan dengannya, Yujin," goda Jiya.

"Kencan apanya? Dia adalah bodyguard pribadiku. Kami hanya bicara tentang desain, arsitektur, dan betapa sulitnya hidup sebagai Lee di bawah tekanan Ayah Lino," Yujin membela diri.

Jiya terkekeh, tidak menyadari bahwa menyebut Christopher dan Lino dalam satu kalimat memicu ketegangan yang tak terlihat di dalam diri Yujin. Yujin tahu Christopher dan Lino memiliki hubungan yang sangat dingin, bahkan cenderung bermusuhan, di balik fasad keluarga yang harmonis.

Yujin mengganti topik. "Jadi, apa rencanamu dan Lino Oppa minggu depan? Apakah kalian akan belajar bersama lagi?"

"Tentu saja! Kami harus mempersiapkan ujian besar," Jiya menjawab dengan semangat. "Tapi aku ingin sekali mengajaknya makan malam romantis di restoran baru di Myeongdong. Dia bilang dia terlalu sibuk dengan tugasnya, tapi dia pasti mau menemaniku. Dia tidak pernah benar-benar menolak keinginanku."

Jiya menatap Yujin dengan mata yang polos dan penuh cinta. "Yujin-ah, kau harus tahu, Lino Oppa itu adalah belahan jiwaku. Dia tidak hanya tampan dan pintar, tapi dia juga sangat menghargaiku. Dia selalu mendengarkan setiap ceritaku, meskipun dia tahu itu tidaklah penting."

Yujin merasakan tusukan yang aneh di hatinya. Betapa yakinnya Jiya. Betapa ia tidak melihat celah sedikit pun.

Yujin memaksakan diri untuk tersenyum dan memberikan dukungan. "Kalau begitu, ajak saja dia! Kau harus berani mengambil inisiatif, Jiya. Dia pria yang sangat beruntung memilikimu."

Mereka kemudian menghabiskan beberapa jam berikutnya dengan menonton film dan mengerjakan tugas. Yujin sekali lagi merasakan betapa besarnya kontras antara kekacauan di hatinya dan ketenangan yang ia rasakan saat bersama Jiya.

Pukul delapan malam, Yujin memutuskan untuk pulang. Jiya menemaninya sampai ke gerbang rumahnya di kawasan Seochogu yang tenang.

Saat Yujin membuka pintu gerbang kecilnya, Jiya teringat sesuatu.

"Yujin-ah, tunggu sebentar!" Jiya merogoh tasnya. "Lino Oppa menitipkannya padaku."

Jiya menyerahkan sebuah flash drive berwarna perak kepada Yujin. "Ini berisi software baru untuk desain arsitektur yang sangat bagus, katanya. Dia bilang, karena kau dan Christopher Oppa sering membahas masalah desain, mungkin ini akan berguna untuk tugas kuliahmu."

Yujin menatap flash drive itu, lalu menatap Jiya. Ekspresinya sedikit mengeras.

"Kenapa Lino Oppa memberikannya padamu? Kenapa tidak memberikannya langsung padaku?" tanya Yujin, nada suaranya berubah serius.

Jiya mengangkat bahu, tampak tidak mengerti mengapa Yujin begitu formal. "Dia bilang dia tidak enak mengunjungimu larut malam sendirian. Dia sangat menghormatimu, Yujin-ah. Dia tidak ingin Jiya salah paham, dan dia juga tidak ingin mengganggu waktu belajarmu. Jadi dia memintaku yang mengantarkannya saat aku mampir ke rumahmu."

Wajah Jiya berseri-seri, bangga dengan 'rasa hormat' yang ditunjukkan Lino.

Namun, bagi Yujin, penjelasan itu adalah kebohongan yang terlalu jelas.

Tidak ingin mengganggu waktu belajar? Lino pernah datang larut malam dan mencoba memaksa masuk. Tidak ingin Jiya salah paham? Lino berbohong pada Jiya tentang keberadaannya saat dia mengintai di luar Vanté.

Yujin tahu, Lino hanya menggunakan Jiya sebagai filter, sebagai perisai agar ia bisa terus memberikan 'perhatian' tanpa terlihat mencurigakan. Ini adalah manipulasi yang halus dan berbahaya.

Yujin tersenyum tipis, menyimpan flash drive itu di sakunya. Ia tidak akan pernah menggunakannya, tapi ia tidak ingin membuat Jiya curiga.

"Sampaikan terima kasihku padanya, Jiya," kata Yujin.

"Tentu saja! Good night, Yujin-ah! Sampai jumpa besok di kampus!" Jiya melambai riang, lalu berbalik, langkahnya ringan dipenuhi kebahagiaan.

Yujin menyaksikan Jiya pergi hingga sosoknya menghilang di balik tikungan jalan. Begitu Jiya tidak terlihat lagi, senyum Yujin luntur sepenuhnya.

Ia memasuki rumahnya yang sunyi, langsung menuju meja dapur. Ia mengeluarkan flash drive perak dari saku.

"Kau tidak sopan, Lee Lino," desis Yujin, memegang benda itu erat-erat. Ia merasakan kehangatan di hatinya yang ia rasakan saat Christopher datang, kini digantikan oleh rasa dingin dan waspada yang selalu menyertainya setiap kali Lino muncul.

Yujin tahu, tugasnya bukan hanya menyelesaikan desain dan meraih beasiswa. Tugasnya yang jauh lebih berat adalah melindungi dirinya sendiri, dan yang paling penting, melindungi Jiya, sahabatnya, dari kebohongan yang ia cintai.

.

.

.

.

.

.

.

— Bersambung —

1
Dian Fitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!