Selina Pengasuh Tiga Badboy
Tepat di tengah jalan
Dari kejauhan, sebuah mobil sedan hitam melaju cepat di tengah guyuran hujan. Seorang pengemudi, pria bertubuh besar bernama Errick, langsung menginjak rem sekuat tenaga saat melihat bayangan seseorang berdiri diam di tengah aspal basah
“Tuan ada orang!” teriak Errick panik
Ban menggesek keras, suara desisnya memekakkan telinga. Mobil itu berhenti hanya beberapa inci dari tubuh gadis muda yang berdiri membeku di tengah jalan. Tapi sebelum mereka sempat keluar, tubuh itu ambruk
“Ya Tuhan!” seru pria paruh baya di kursi belakang. Matanya tajam, wajahnya berwibawa meski rambutnya mulai beruban. Namanya Niko Navarez, pemilik salah satu perusahaan properti ternama di kota itu. Sosok terpandang yang di hormati banyak orang
Mereka berdua buru buru keluar mobil, mendekati tubuh yang tergeletak tak bergerak
Errick menunduk, menyentuh bahu gadis itu “Tuan dia masih bernapas. Tapi tubuhnya sangat dingin”
Niko berjongkok, memeriksa wajah gadis yang kini tampak pucat dan lemah. Baju yang lusuh menempel di tubuhnya, koper kecil tergeletak tak jauh di sampingnya
“Cepat angkat dia ke mobil. Kita bawa ke rumah”
Tanpa banyak kata, Errick mengangkat gadis itu ke dalam mobil dengan hati hati. Koper kecilnya di masukkan ke bagasi
Hujan masih turun saat mobil itu melaju kembali. Namun di dalam kendaraan hangat itu, tubuh mungil itu terbaring diam, dengan wajah lelah dan napas yang mulai berat
Niko menatap gadis itu dari kursi belakang. Ada sesuatu dalam wajah gadis ini, bukan hanya kelelahan, tapi luka. Luka yang sepertinya tak hanya datang dari rasa lapar atau hujan malam
Setibanya di rumah mewah bergaya klasik milik keluarga Navarez, para pelayan langsung sigap membuka pintu dan menyiapkan kamar tamu
“Bawa selimut tebal dan siapkan makanan hangat” perintah Niko cepat “Panggilkan juga dokter Kevin”
Gadis itu di baringkan di tempat tidur empuk dengan seprai putih bersih. Bajunya di ganti pelan pelan oleh maid wanita dan tubuhnya di selimuti hangat. Wajahnya masih pucat, tapi rona merah mulai muncul di pipinya saat tubuhnya mendapat kehangatan kembali
Tak butuh waktu lama hingga dokter keluarga datang dan memeriksa kondisi gadis itu
“Dia hanya kelelahan dan kekurangan asupan makanan” ujar sang dokter “Bukan karena benturan apa pun. Dia pingsan karena tubuhnya terlalu lemah”
Niko mengangguk pelan “Seperti yang ku duga”
Errick yang berdiri di sudut ruangan tampak heran “Tapi kenapa dia bisa sampai seperti itu? Dia bawa koper malam malam begini”
Niko menatap gadis itu yang masih tak sadar “Entah siapa dia… tapi malam ini, dia selamat”
Dan mungkin, pikirnya dalam diam, kehadiran gadis ini akan mengubah sesuatu dalam hidupnya juga
Pagi itu, cahaya matahari menyelinap masuk melalui celah tirai putih yang bergoyang lembut di terpa angin. Gadis itu mengerjapkan matanya perlahan, lalu bangkit duduk dengan kepala yang masih terasa berat. Pandangannya menyapu sekeliling kamar yang asing namun terasa hangat dan tenang
Ketukan pelan terdengar dari arah pintu
Kliikk
Seorang perempuan paruh baya dengan seragam maid yang rapi masuk perlahan sambil membawa nampan kecil berisi air hangat dan handuk kecil. Wajahnya ramah, sorot matanya lembut penuh keibuan
“Selamat pagi nona” sapanya sopan “Saya Mbok Sri , ketua maid di rumah ini”
Gadis itu menatapnya dengan kebingungan dan sedikit gugup. Mbok Sri seolah bisa membaca kegelisahan di wajahnya. Ia tersenyum lembut, lalu meletakkan nampan di meja kecil dekat ranjang
“Nona tidak perlu takut. Nona sekarang ada di rumah orang baik” kata Mbok Sri menenangkan “Semalam, yang menemukan dan menyelamatkan Nona adalah tuan besar Niko Navarez. Beliau yang membawa nona kemari. Dan saya sendiri yang mengganti pakaian nona, jadi tenang saja ya”
Gadis itu menunduk pelan, merasa lega tapi juga malu. Ia masih belum tahu bagaimana ia bisa sampai di rumah ini setelah kejadian semalam
“Terima kasih Mbok... sudah merawat saya” ucapnya lirih
Mbok Sri mengangguk ramah “Sama sama, nona, itu sudah jadi tugas saya. Sekarang lebih baik nona mencuci muka dan bersiap. Tuan Niko sudah menunggu di meja makan, beliau ingin sarapan bersama nona pagi ini"
Gadis itu mengangguk pelan “Saya... ikut makan di bawah?”
“Betul” jawab Mbok Sri sambil tersenyum “Tuan Niko sendiri yang meminta. Jadi ayo saya bantu nona bersiap ya"
Dengan di bantu Mbok Sri, gadis itu membersihkan diri seadanya dan mengenakan pakaian bersih yang sudah di siapkan di kursi dekat tempat tidur. Gaun sederhana warna peach itu pas di tubuhnya dan terasa nyaman
Beberapa menit kemudian, Mbok Sri menggandeng gadis itu perlahan menuruni tangga menuju lantai bawah. Aroma harum roti panggang dan kopi segar langsung menyambut mereka, membawa nuansa rumah yang hangat
Di ruang makan yang luas dan elegan, seorang pria paruh baya, berusia akhir kepala empat duduk santai di ujung meja dengan kemeja putih dan celana kain hitam. Wajahnya serius namun tidak kaku. Tatapan matanya tajam, tapi dalam
Niko Navarez
Saat mendengar langkah kaki, Niko menoleh dan langsung berdiri
“Selamat pagi" ucapnya singkat namun tenang
Gadis itu menunduk sedikit “Selamat pagi tuan Niko”
“Silakan duduk. Sarapan sudah siap” katanya
Gadis itu pun duduk perlahan, masih canggung tapi perlahan merasa nyaman di bawah tatapan tenang Niko
Niko mencondongkan tubuhnya sedikit, suaranya tenang namun hangat.
“Kalau boleh tahu… siapa nama kamu?” tanyanya sambil menatap lembut, seolah tak ingin membuat gadis itu semakin canggung
Gadis itu menunduk sebentar, jemarinya saling meremas di pangkuan sebelum akhirnya berani mengangkat wajah
“Nama saya… Selina Ratu Afensa” ucapnya sopan, suaranya lembut tapi jelas
Niko tersenyum tipis, seakan nama itu baru saja meninggalkan kesan di hatinya
“Selina Ratu Afensa” ia mengulang pelan, seperti sedang menikmati bunyinya “Nama yang indah… terdengar anggun sekaligus kuat”
Pipi Selina memerah, ia menunduk lagi sambil menggigiti bibir bawahnya, berusaha menahan senyum kecil yang muncul tanpa sadar
Niko tidak langsung menambahkan kata kata lain. Ia hanya memperhatikan, lalu setelah beberapa detik ia kembali bertanya, kali ini dengan nada ringan
“Kalau umurmu sekarang?”
“Dua puluh tahun tuan” jawab Selina cepat, masih dengan sopan
Niko mengangguk pelan, senyumnya tetap terjaga
“Masih sangat muda, kamu tidak perlu panggil saya tuan. Panggil saya om saja" katanya singkat, namun ada nada kagum terselip dalam suaranya. Tatapannya tetap lembut, membuat suasana perlahan tidak lagi terasa kaku
Selina mengangguk “Baik tu- maksud saya om, saya juga ingin mengucapkan terima kasih atas bantuannya semalam. Saya… tidak tahu harus bagaimana membalasnya”
Niko menatapnya beberapa detik sebelum menjawab “Kamu tidak perlu membalas apa pun. Kamu hanya perlu makan dan pulihkan dirimu dulu”
Suasana makan menjadi hangat dalam keheningan yang tidak canggung. Sesekali Niko menyendokkan makanan ke piring Selina tanpa banyak bicara dan Selina pun diam diam mengamati pria itu dari samping
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments